Rabu, 29 Juni 2011

Hanya cinta yang bisa (Cerpen)

Yang cinta menjadi benci…

Yang benci menjadi cinta…


Gimana perasaan lo kalo lagi sayang22nya sama cowo/cewe lo, tiba22 mereka minta putus? Demi milih cewe lain, atau demi hal22 yang lainnya? Sakit ati, marah, kesel, benci, semua pasti campur aduk. Kaya es campur di campur gado22 di campur tahu tek di campur steak hiihhh jijik. Terus apa yang kalian rasain setelah itu? Pengen bales dendam, pengen mutilasi dia yang udah nyakitin lo, pengen nampar, aduh banyak pasti. Yayaya, gue pernah ngerasain kok. Bolak balik.

Walopun kita udah benciiiii banget sama mereka, atau bahkan udah punya pengganti buat ngegantiin dia-si-masa-lalu, tetep aja terbesit di hatikecil kita, gue-mau-balikan. Ngaku deh, apalagi kalo dia-si-masa-lalu itu berarti banget buat kita. Di mulut ngakunya gue-benci-dia. Coba aja kalo di dalem ati aduh-gue-pengen-banget-sama-dia-lagi! Ataaaaau bagi kalian22 yang putus secara baik22, dan berakhir dengan ‘sahabatan’. Ga berarti kalo udah jadi sahabat, ga bisa pacaran lagi kan? Sekarang cobaa gue Tanya sama kalian semua. Apa sebelum pacaran kalian sahabatan? Engga kan? Kalian baru kenal, tukeran nomor hape, terus PDKT, jadian deh. Bener ga? :D


Adalagi yang gue denger, ada cerita sih, sahabat gue sendiri, ga ketemu sama mantannya selama 2 tahun. Dan kalian tau ngga apa yang terjadi setelah mereka ketemu? Saling suka lagi. Cinta itu emang buta. Gak kenal waktu, usia, derajat. Cinta membutakan segalanya. Dari cinta menjadi benci. Dari benci menjadi cinta.

Faktanya juga, kalo status hubungan mantan kamu lagi ‘berpacaran dengan…’ ‘bertunangan dengan…’ ‘menikah dengan…’ pasti kamu makin sering buka FBnya, atau twitternya, bukain comment demi comment, wall dari cewe22. Jangankan status hubungan, mantan kamu bikin status yang agak ‘nyeleneh’ aja bisa ngebuat kamu penasaran dan makin sering buka FB dan twitter dia. Ahaha :D

Gue-ga-jealous. Haha kata22 orang munafik. Kecuali kalo lo emang bener22 ga sayang sama mantan lo. Tapi kalo lo masih nyimpen harapan buat bisa balikan sama mantan lo, pasti lo jealous setengah mampus pas liat mantan lo bikin status cinta22an dan isinya kaya udah ga anggep lo gitu.

Gue-udah-ga-cinta! Munafik lagi tau gak. Misalnya, mantan lo tiba22 ngajakin lo balikan dengan cara yang romantis, dengan ngasih lo surprise kecil22an tapi tetep romantiss. Apa lo masih ga mau balikan? Gue-bingung. Hah? Bingung? Katanya udah ga cinta, katanya ga ada rasa, katanya udah benci, kenapa di ajak balikan bingung? Nahhh disitu lo tau, kalo lo emang ‘gengsi’ ngakuin kalo lo emang masih sayang sama mantan lo itu.

Oke gue harap cerpen gue ini bisa ngebuat kalian ga munafik kalo kehadiran mantan di tengah22 kita bisa ngebuat kita klepek22 setengah mampus lagi, setelah belasan atau bahkan puluhan sumpah serapah yg kita ucapin buat sang mantan, atau kita udah punya penggantinya sekalipun. Pasti pilih mantan. Mantan terindah tentunya :’)

Cekidoootttt >>>>


*

Ku fikir ku tak pernah pantas untuk bahagia…

Sejak kau pergi dalam ketidak tahuanku…


Seandainya bisa terulang kembali

Saat pertama bertemu antara kau dan aku

Kau sentuh jemari tanganku

Terbuai indahnya kata cinta terucap olehmu

Manis.. Manis yang ku rasa

Ku tak rela cintaku berakhir

Ku minta kau katakan cinta

Saat ku terjaga

Adakah kau rasa

Tak seperti diriku kini

Cintaku t'lah hilang

Sayangnya kini aku tak mengerti

Begitu berat rasa ingin memelukmu

Tapi ku hanya bisa mengingatmu

Karena kau tak pernah tau tentang rasa ini

Hilang.. Hilang yang ku rasa

Cintaku kini telah berakhir

Dirimu yang selalu temani hayalku

Tatap mataku

Rasakan tangisku

Agar kau tahu

Karna ku biasa denganmu dahulu

Di setiap waktu

Ku minta kau katakan cinta

Saat ku terjaga

Adakah kau rasa

Ku minta kau katakan cinta

Saat ku terjaga

Adakah kau rasa

Tak seperti diriku kini

Cintaku t'lah hilang


Plok plok plok

Suara riuh tepuk tangan menggema di ruangan ini. Aku mengangkat jariku dari tuts-tuts piano yang telah berhasil ku mainkan dengan apik di acara ulang tahun shilla, sahabatku. Lagu tadi membuat air mataku menetes. Walau hanya beberapa butir saja, tapi sebutir menetes, pasti di ikuti tetesan yang lainnya bukan?

Aku melangkah turun dari panggung karena tak kuat lagi ku bending air mata ini. aku menghampiri sahabat-sahabatku yang ku rasa sangat terpukau dengan aksi panggungku tadi.

“wew, gue speechless” ucap agni sambil mangap dan menepuk-nepuk pundakku.

“iya fy, keren banget. Salut gue sama lo!” sambung kak Sivia.

Aku tersenyum tipis sambil menyipitkan mataku melihat seseorang yang ada di depan sana bersama dia, dia yang dulu selalu ada disampingku, dia yang dulu selalu menyemangati hari-hariku, dia yang selalu membuatku menangis jika tiap malam memikirkannya. Aku kangen dia, dia sang mantan terindah, dia yang selalu menghantui mimpiku. Ahhh, Rio. Cowok perfect yang pernah ku miliki, setahun lamanya. Kini ia tampak bahagia bersama sahabatku yang merayakan ulangtahunnya yang ke 17, Ashilla Zahrantiara, cewe paliiiiing perfect yang pernah aku temui. Anak cheers SMA Binus Serpong yang terkenal cantik, ramah, keren dan modis. Ia terlihat serasi sekali berada disamping Rio. Ahh, aku memang harus tegar di depan mereka. Sudah 3 bulan ify. Lo harus kuat! Semangat!


*


Aku terpuruk dan selalu terpuruk. Aku merasa sendiri. Aku tau, akhir-akhir ini Kak Iel, Agni, Kak Sivia dan Alvin selalu membuatku tertawa, seakan tak ada masalah sama sekali. Tapi di balik itu semua, aku masih sangat terpuruk karena kehilangan Rio.

Aku Alyssa Saufika Umari. Gadis berusia 17 tahun dan akan berusia 18 tahun pada bulan Desember tahun ini, gadis yang menyandang predikat ‘behel cungkring’. Gadis pemalu yang kePDan (oke, kadang bener-bener jadi pemalu, tapi kadang juga bener-bener ga tau malu). Gadis yang lemah, selalu nangis dan sedih kalau mengingat masalaluku dengan Rio. Gadis yang sekarang kelas XII IPA 4 di SMA Idola.

Singkat cerita, aku dan Rio sekelas waktu kelas X. Aku dan dia juga tak seberapa dekat, sampai gara-gara kakakku, Gabriel mengenalkanku pada Rio di malam dimana Kak Sivia ulang tahun. Kak Iel dan Kak Sivia sudah lama berpacaran. 4 tahun. Lebih mungkin kalau dihitung sampai sekarang. Malam itu, esoknya, lusa, aku semakin dekat dengan Rio. Duduk sebangku —soalnya Agni dengan Alvin— maka aku jadi semakin dekat.

Hingga pada saat itu, suatu malam, aku menyadari bahwa perasaanku ini telah lebih tertanam di hatiku untuknya. Mario stevano aditya haling.

Aku dan dia kebetulan punya sahabat yang sama, Shilla namanya. Anak SMA sebelah yang menurut kabar angin sliweran siiih, suka sama Rio. Tapi, kalo Rio ga nunjukkin sesuatu yang lebih ke Shilla, kenapa harus ambil pusing?

Aku Rio Shilla. Kami di luar selalu bersama-sama. Tak terpisahkan hingga sampai Rio memintaku jadi pacarnya. Aku mulai dijauhi oleh Shilla. apa salahku?

4 bulan aku dan Rio berpacaran. Shilla semakin hilang dari peredaran. Tak ada kabar dari Shilla yang aku terima. Terakhir kali, ia masuk rumah sakit karena kelelahan. Kegitan cheers menyita seluruh waktunya. Sampai ia jatuh sakit.

Sejak itu, Rio jadi dekat lagi dengan Shilla. Mereka sering bertemu, walau tanpa aku. Aku bahkan sering negative thingking ke Rio, apa Rio ada rasa pada Shilla? Rio tetap menjawab ‘Nggak, sampai kapanpun aku Cuma cinta sama kamu fy’ ujarnya yang selalu bisa menenangkan hatiku.

Tapi, di bulan ke 9 aku dan Rio menjalin hubungan, Shilla semakin sering bolak-balik masuk rumah sakit. Kenapa dia? Ingin sekali aku menanyakannya, tapi ia selalu menolak kehadiranku. Setiap Rio aku desak untuk bertanya pada Shilla, Rio selalu bilang ‘dia baik-baik aja kata dokter, Cuma kecapekan’. Hhh, sedikit mengganjal dalam benakku. Karena nada bicara Rio seperti menyembunyikan sesuatu dariku.

Memasuki usia ke 13 bulan hubunganku dengan Rio, Rio secara sepihak memutuskan hubungannya denganku. Coba, bayangin. Baru sayang-sayangnya, dia juga cinta pertama, dia pacar pertama, terus di putusin. Hey, apa kalian tau alasan dia mutusin aku? ‘Shilla lebih membutuhkanku daripada kamu, dan semoga kamu bisa mencari penggantiku ya Fy. Aku akan selalu mendukungmu. Caiyo Ify!’ katanya pada malam itu, di teras rumahku.

Kenapa takdir ku seperti ini? Kenapa aku yang harus mengalah? Kenapa aku yang tak sanggup? Harusnya aku bahagia, kalau Rio sudah mendapatkan Cintanya. Walau itu bukan aku.

Sakit sakit sakit. Siapa sih yang ngga ngerasa sakit digituin? Apalagi yang kita tau, sahabat kita sendiri-lah yang memperoleh cinta dari pacar pertama sekaligus cinta pertama kita. Pupus sudah semuanya. Tak ada yang bisa dipertahankan.

Aku mencoba melupakannya. Menghapus nomornya, memblokir FB dan twitternya, meremovenya dari BBM, YM, dan semua situs jejaring social miliknya. Aku ingin terbiasa hidup dengannya.

Cuma, aku ga munafik. Aku tetep aja ga bisa melupakan dia. Semakin aku ngelupain dia, semakin pula ku ingin kembali padanya. Walau bertubi-tubi rasa kecewa dan sakit hati menderaku, sekeras apapun niatku untuk melupakannya, aku ga akan bisa.

Ribuan kali aku bilang pada sahabat-sahabatku, kak Iel, bahkan kedua orangtuaku. Aku telah membenci Rio dan telah melupakannya. Tapi. Hey. Itu Cuma ucapan di mulut bukan? Gak ada yang tau juga, kan, kalau aku masih menyimpan harapan untuknya?


*


Akhir-akhir ini aku semakin dekat dengan Alvin. Dia selalu bisa menghiburku dengan ucapan-ucapan konyolnya yang tak jarang membuatku tertawa geli. Dengan kesipitannya, dengan logat medoknya, dengan bahasa dan mimic tubuhnya yang meyakinkan, aku semakin terhibur dengan kehadirannya.

Sampai saat itu, Alvin mengatakan bahwa dia ingin bersama denganku ‘melebihi’ sahabat. Dengan kata lain, dia menyayangiku. Dia akan berusaha menjadi Rio. Aku senang, juga sedih. Apa aku memang gak ada harapan buat kembali lagi pada Rio???

Aku dan Alvin telah berpacaran 2 bulan. Sedikit demi sedikit mungkin aku mulai melupakan Rio. Aku mencoba biasa saja. Sampai aku meng-unblock FB dan twitter Rio. Aku mencoba menjadi Ify yang dulu. Yang selalu semangat tak kenal lelah :D


*


Semua orang tau betapa bencinya aku dan Rio. Aku dan Rio bukanlah orang yang ‘ngga di kenal’ di sekolah. Rio, sang waketos, sedangkan aku si Bendahara. Kami dulu selalu bersama-sama. Kemanapun. Sampai seantero sekolah mengenal kami. Mereka juga tau benar seluk beluk konflik yang menghantamku dengan Rio. Rio memilih Shilla, aku patah hati berbulan-bulan, aku mencoba mencari pengganti Rio. Ahh, se-famous kah aku sampai hampir seluruh anak-anak tau cerita cintaku dengan Rio?

Hanya dengan 1 kalimat yang aku lontarkan. Ya-aku-benci-dia. Hanya dengan 4 kata singkat, bukan? Tapi tatapan keseriusan juga caraku melafalkan ke 4 kata tersebut lah yang membuat orang-orang tau, bagaimana bencinya aku dengan Rio. Jika semua beranggapan bahwa aku benar-benar membenci Rio, mengapa aku sebaliknya?


*


Tak bisa dihindari setiap pertemuan singkayku dengan Rio akhir-akhir ini. Mata kami sering beradu. Pertemuan singkat yang rutin hanya 10 menit sehari itu menjadi tak terelakkan, mengingat jarak kelasku dan kelasnya yang hanya 2 kelas saja. Setiap berangkat sekolah, setiap istirahat, setiap pulang sekolah, apa lagi kalau rapat osis.

Akhir-akhir ini setiap panggilan osis kami sering bertemu. Rasanya canggung banget, harus bekerjasama dengan Rio untuk pergelaran Pentas Seni oleh angkatan osis tahun ini. Tahun ku. Yang beberapa bulan lagi akan pensiun dan digantikan oleh junior yang telah mengikuti penyeleksian osis.

Aku terpaksa harus bergelut dengan tumpukkan makalah untuk bahas pensi di tahun terakhir aku berada disekolah ini. Biaya pengeluaran, biaya pemasukan, sponsor, kas, tabungan, uhhh aku tak bisa mengurusnya sendiri. Karena sang sekretaris, Zevana, telah di bantu oleh sang ketos, si Ray, maka aku harus bekerja sama dengan Rio mengurus ini semua.

Tapi sebaliknya, merasa di bantu pun tidak. Ketika kami berdua ada di ruang osis berdua, dia malah sibuk mengutak atik HPnya dan membaca novel, atau bernyanyi dengan gitar kesayangannya itu. Gitar yang dulu pernah menjadi saksi cintaku dan Rio. Gitar yang dulu pernah mengiringi Rio menyatakan cintanya ke aku. Ahhh, aku kangen masa-masa itu. Maka dari itu, ketika Rio sudah sibuk dengan gitarnya, aku memilih diam dan mendengarkannya saja. Tanpa banyak berkomentar.

Hampir 2 bulan aku selalu bersama Rio di ruang osis ini. Ia kadang berceloteh sendiri, ngomong yang ga jelas. Dan aku tau, itu bukan bicara denganku, tapi bicara sendiri. Gila kali tuh anak?

Menurut kabar burung yang beredar pun, Rio sudah tak lagi bersama Shilla, Shilla pindah ke Amerika. Apa itu benar? Dan menurut kabar burung yang aku dengar lagi, Rio ingin kembali padaku. Ahhh, bohong tuh. Gossip doang.


*


Hari ke 17

“fy” ucap suara baritone yang kerap kali ku harap akan memanggil namaku dengan halus.

“hmm?” jawabku sambil terus berkutat dengan laptop.

“lo… marah sama gue?” tanyanya hati-hati.

Tiba-tiba tanganku berhenti mengetik. Lalu ku tatap sekilas dan menggeleng. Lalu aku fokuskan kembali mataku kea rah deretan angka di Microsoft exel yang aku kerjakan.

“kalo benci?”

Sukses, aku menatapnya lama sekali. Melihat guratan kecemasan di wajahnya.

Lalu aku mendesah pelan tak ketara.

“benci?” aku menghela nafasku pelan. “Yo, ga ada yang perlu gue benci dari lo. Atau, bagian mana yang ngebuat gue harus marah sama lo? Itu semua terjadi dan…… gue pasrah. Gue nyerahin semua sama Tuhan. Ini semua udah kehendaknya. Ini jalan hidup gue. Dan gue ga berhak mengelak. Sama aja gue ga mensyukuri nikmat yang udah Tuhan kasih ke gue. Kalo emang kita ga di takdirin bareng-bareng? Kenapa gue musti berharap sih? Petik masalalu jadi sebuah pelajaran. Jadikan itu peringatan di masa depan” ujarku seraya tersenyum kearah Rio.

Rio tersenyum tipis, “gue, boleh ngeganti semua dari awal? Jadi sahabat lo lagi kaya dulu. Asal yang ngebuat gue selalu ada disamping lo, Fy”

Deg deg deg deg

Jantungku berpacu lebih cepat. Darahku mengalir lebih cepat. Aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, membiarkannya masuk lagi kedalam hidupku.

Tapi, hati dan mulutku mengelaknya. Aku mengangguk dan memberikan senyum terbaikku didepannya.

Entah mengapa, aku menjadi ingin memilikinya kembali. Semoga kedepannya, aku tak semakin berambisi memilikinya…


*


Aku menceritakan kejadian tadi sore kepada Alvin dan sahabat-sahabatku yang lain. Aku harap-harap cemas. Aku kira Alvin akan memarahiku, melarangku dekat dengan Rio, atau bahkan memutuskan ku.

“kenapa engga? Toh emang lebih baik kalian ga musuhan kan? Musuhan dari 3 hari kan dosa, nah, kamu udah musuhan sama dia berapa lama? Hehe ga kebayang dosamu numpuk segunung”

Sesaat aku terhenyak, aku sedikit memonyongkan bibirku karena gurauan Alvin tadi. Tapi sesaat kemudian, aku senang Alvin dapat mengerti aku.

Saatnya ku buka lembaran baru. Hidup baru. Tanpa tangis dan kesedihan. Bersama Alvin, Agni, Sivia juga sahabat baruku, RIO…


*


Kini kau kembali membawa bingkisan kebahagiaan

Yang ku ingat pernah kau curi dariku

Kau tawarkan lagi untukku


Semakin hari, aku dan Rio semakin dekat. Seperti waktu aku dan Rio menjalani masa PDKT. Kadang, saat aku dan Rio menghabiskan waktu di ruang osis berdua, aku semakin lupa pada Alvin. Apa aku telah membukakan pintu hatiku lebar-lebar kembali dengan adanya Rio disisiku?

Akhir-akhir ini Alvin juga menjauh dari aku. Dia sibuk dengan dunianya sendiri. Basket, dan sepupunya, Acha. Alvin semakin menjauhiku secara tak langsung. Ia hanya focus pada Acha. Wah, Acha memang lebih berarti dari aku ya?

Apa itu artinya, gerak ruang ku dan Rio semakin lebar?


*


Hari ini, pelantikan anggota osis baru, dan penurunan jabatan osis lama pada osis baru pun akan di adakan. Dengan selingan pensi. Sebelum pensi, kami mengadakan ritual ‘doa’ lalu mulai menampilkan beberapa pertunjukkan seperti puisi, drama, sambutan ketos, kepsek, dance anak-anak kelas X dan XI yang selalu membanggakan sekolah, nyanyian tunggal sambil akustikan, sampai sang guest star, Tangga dan 2 orang musisi yang sedang naik daun. Cakka Nuraga dan kakaknya, Elang Nuraga.

Setelah itu dilanjut oleh penyerahan jabatan osis lama pada osis baru.

Hhh,

Berulang kali aku menghela nafas. Benar-benar lelah mempersiapkan acara ini. 1 bulan lebih jadi tak sia-sia. Kepsek juga bangga dengan hasil kerja keras osis tahun ini, untuk yang terakhir kalinya.

Entah mengapa aku tak berniat menikmati hasil jerih payahku itu. Aku memilih menatap layar handphoneku berharap Alvin mengabariku. Karena dia telah berjanji akan mendatangi pensi. Tapi, sampai jam berada pada angka 12, dia belum datang. Dia menghindar. Kemarin Alvin juga sensi abis. Aku dan Agni mencari jaket dan mengambil beberapa cendera mata, kenang-kenangan anak-anak osis untuk para staff dewan guru hingga pukul 8 malam. Karena hpku lowbatt, Alvin jadi makin mengamuk. Aku heran, kenapa dulu dia ga pernah kaya gini? Ahh nyesel kan jadinya.

Aku mulai putus asa menunggu sms Alvin. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan. Memberitahukan bahwa setelah Rio, aku harus maju ke depan pentas membawakan sebuah lagu. Aku mengangguk dan mengikutinya sampai ke samping panggung. Ku lihat di atas sana telah ada Rio. Tepuk tangan riuh membuat senyum pemuda diatas sana mengembang. Ia membawa gitar hitam polos berstiker ‘RIFY’. Ck, aku semakin tak dapat melupakannya.

“oke guys, hari ini gue mau ngebawain lagu special buat seseorang yang pernah gue sakiti hatinya…”

Rio memetik gitarnya pelan.


Maaf ku telah menyakitimu

Ku telah kecewakanmu

Bahkan ku sia-siakan hidupmu

Dan ku bawa kau sperti diriku

Walau hati ini trus menangis

Menahan kesedihan ini

Tapi ku lakukan semua demi cinta

Akhirnya juga harus ku relakan

Kehilangan cinta sejati

Segalanya tlah ku berikan

Juga semua kekuranganku

Jika memang ini yang terbaik

Untuk diriku dan dirinya

Kan ku trima semua demi cinta

Jujur aku tak kuasa saat terakhir ku genggam tanganmu

Namun yang pasti terjadi

Kita mungkin tak bersama lagi

Bila nanti esok hari

Ku temukan dirimu bahagia

Izinkan aku titipkan

Kisah cinta kita selamanya


Plok plok plok

Semua orang tepuk tangan. Aku pun juga. Lalu samar-samar, aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“lagu ini, buat Ify” lirih. Lirih sekali.

Lalu Agni, —yang kebetulan jadi MC— mempersilahkanku untuk naik ke atas panggung. Aku pun naik tanpa ragu.

Aku berdiri di depan sebuah keyboard, tanganku perlahan menyentuh tuts demi tuts. Hingga menghasilkan nada yang indah. Lalu sejenak ku perpanjang intro-nya. Dan aku terbawa suasana. Saking menghayati lagu itu.


Semua yang berlalu tlah menjadi kenangan

Dan seakan ku lupakan karna ku tak sejalan

Dan tak mungkin ku bertahan meski telah ku coba

Semuanya tak berguna terbuang sia-sia

Dirimu dihatiku sudah terlalu lama

Biarlah ku mencoba untuk tinggalkan semua


Aku tersadar, air mataku telah banyak menetes. Aduh, apa-apaan aku ini? sampai-sampai manangis di depan anak-anak 1 sekolah?

Rio memandangiku heran. Lalu menarikku kedepan panggung. Ia membisikkan sesuatu. “Fy, duet yuk. Lo yang nyanyi gue yang gitar. Kisah tak sempurna ya”

Aku mengangguk dalam diam.


Aku memang tak berhati besar

Untuk memahami

Hatimu disana

Aku memang tak berlapang dada

Untuk menyadari

Kau bukan milikku lagi

Chorus:

Dengar dengarkan aku

Aku akan bertahan sampai kapanpun

Sampai kapanpun

Wow.. wow

Maafkan aku

Yang tak sempurna tuk dirimu

Usailah sudah kisah yang tak sempurna

Untuk kita kenang

Andai aku dapat merelakan

Setiap kepingan

Ukiran kenangan indah

Andai aku sanggup menjalani

Setiap detik

Dan waktu mendatang

Lihat-lihatlah aku

Aku akan bertahan

Sampai kapanpun


Dan hari ini, menjadi hari yang paling membahagiakan untukku. Karena di sela sebelum lagunya usai, Rio berbisik

“I always love you, Ify”


*


“gue putus, Ag” keluhku pada Agni siang itu di kantin.

“WHAAAATT???” teriak Agni yang berhasil membuat anak-anak di dalam kantin menoleh kea rah kami. Aku hanya nyengir ga jelas ke anak-anak.

“siapa yang mutusin?” tanyanya lagi.

Aku menunduk. Ingin sekali air mataku ini tertahan. Tapi tidak bisa.

Semalam, Alvin menelfonku. Ia ingin putus denganku. Karena dia bilang, aku terlalu sering bersama Rio. Diapun menuduhku berselingkuh dengan Rio. Hey, salah! Aku dan Rio hanya sahabat. Titik!

“pasti gara-gara Acha soal itu!” geram agni.

Aku menoleh ke arahnya, “hah? Acha? Lo kenal? Dia sepu…”

“kenal lah! Anak baru yang belagu banget! Lo sih, terlalu rajin nyiapin pensi. Jadi lo ga tau dia. Dia anak XI IPS 1. Ganjen banget sama Alvin. Si Alvin juga, di respon mulu. Jangan-jangan….”

Huaaaaaaaaaaaa hiks hiks hiks. Pernyataan agni tadi meluluhlantakan pertahanan ku agar tidak menangis. Agni memelukku. Aku tak sanggup, saat itu juga aku bangkit dan mencari Alvin.

*

BRAK

Aku menggebrak meja Alvin. Ku lihat dia tengah berdua dengan seorang cewe imut manis dan putih itu. Pasti acha!

“ohh jadi gini, nyalah-nyalahin gue, bilang gue selingkuh, diri sendiri aja kaya gitu. Ga nyadar? Ck” desisku di depan muka Alvin.

Plakkkk

Sebuah tamparan ku hadiahkan di pipi mulus Alvin. Ku lihat, Acha ketakutan.

“dan buat lo!” ujarku sambil mengacungkan telunjukku. “ga laku ya? Sampe cowo orang lo embat? Kasian banget sih”

Aku beranjak dari sana tiba-tiba Alvin merengkuh lenganku kasar. “hei nona Alyssa Saufika Umari, kita 1 sama loh. Lo sama Rio. Gue sama Acha”


*


“fy, lo kenapa?” ucap suara baritone yang sudah ku hafal itu.

“al…akvin. Hiks” isakku

Rio memelukku. Dan aku menangis sejadi-jadinya di dekapan Rio.

“fy, hari ini lo boleh nangis sepuas hati lo. Tapi inget, gue ga mau liat lo nangis lagi besok, cukup waktu itu aja, gue liat lo terpuruk. Jangan nangis lagi Fy, karna gue akan slalu ada buat lo mulai sekarang. Gue masih sayang banget sama lo, Fy. Gue pengen lo senyum. Kalo liat lo nangis, gue merasa bersalah karna ga bisa ngebuat lo bahagia”

Aku menyeka air mataku dalam dekapan Rio. Walau aku masih terisak.

Rio… dengan lo ngomong kaya gitu, gue makin ga mau kehilangan elo lagi Yo…

*

Jangan lagi kau pergi dari hidupku

Takkan mudah untukku bila sendiri

Biar kita miliki rasa bahagia

Ingin selalu bersama di dalam ruang dan waktu

Aku dan Rio semakin dekat. Tapi aku selalu menolak jika Rio mengajakku menata masalalu. Unas semakin dekat dan aku tak mau fokusku hilang.

Ujian-ujian praktek telah ku lalui. Huh, 3 minggu lagi. Unas. UAN. Aku makin sering belajar bersama dengan Agni dan Rio. Sampai 3 hari menjelang unas …

“hey, lo mau kuliah dimana Ag?” tanyaku membuka pembicaraan.

“disini aja, gue males kemana-mana. Lagian juga udah betah. Lo dimana?”

“gue juga disini ehehe, lo dimana, Yo?”

Rio tersenyum tipis, “gue di Jerman”

Aku tersentak. Apa Rio akan meninggalkanku untuk yang kedua kalinya? Apa ia lelah menantiku umtuk menjawab ajakan untuk kembali padanya dengan jawaban YA ?

Tiba-tiba mataku berkabut. Selaput bening itu menetes menelusuri lengkuk pipiku. Aku menunduk dan mencoba menghapus tangisku. Agni menyenggol lenganku pelan. Ah, ia pasti tau perasaanku sekarang.

Aku menghapus air mataku itu dan mencoba tersenyum melihat siluet Rio yang ada didepanku dan tengah asik berkutat dengan catatannya.

Untuk kali ini, aku sangat-sangat tak mau kehilangan dia. Dia telah membuatku tersenyum, 3 setengah bulan. Bulan terakhir bersamanya adalah 1 bulan lagi. Apakah secepat itu Rio akan meninggalkanku? Membuatku terpuruk untuk yang kedua kalinya? Membuatku merasa sendirian lagi? Kak iel, Agni, Kak Sivia, mama, papa, semuanya. Mereka mendukungku apabila aku dapat bersama Rio lagi seperti dahulu.

Detik ini, aku semakin yakin bahwa aku bener-bener gak ingin kehilangan kamu lagi, Yo…

*


Kusadari bukan hanya kau kembalikan mimpiku

Hadirmu kini membuatku percaya lagi

Bahkan lebih indah dari mimpi-mimpiku


selembar kertas tiap harinya. Dengan nomor ujian 123-6288-13 itu, aku berhasil menyelesaikan berlembar-lembar kertas. Kertas itu pula yang menentukan lulus tidaknya aku nanti.

Aku menatap lembar demi lembar kertas ujianku itu. Sudah 4 hari lebih aku berkutat dengan

Sekarang bulan April, hmmm, aku hanya tinggal menghitung mundur hari pengumuman kelulusanku. Sebentar lagi aku akan berpisah dengan Rio. Sang cinta pertama sekaligus orang yang sangat aku sayangi hingga detik ini.

*

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Pengumuman kelulusan. Jantungku tak henti berdegup, malah jantungku semakin cepat berdegup. Aku, Rio dan Agni menelusuri deretan nama yang telah terpampang di mading. Dan kami menjerit histeris.

“LULUUUUUUSSS ~~ YEAAAAYYY!!” teriak kami bareng-bareng. Reflek aku memeluk Rio yang ada di sebelahku. Rio membalas pelukanku itu.

*


Aku salah, kebahagiaanku kemarin lusa malah semakin mendekatkanku pada perpisahanku dengan Rio. Malam prom nite mungkin bisa menjadi perayaan sekaligus perpisahan Rio. Aku tak rela. Rio hari ini menelfonku, mengajakku pergi bersama pada malam prom. Dan aku mnyetujuinnya.

Jam 4 sore, aku kelabakan mencari gaun. Aku terlalu larut dalam kesedihan, sampai aku lupa bahwa prom adalah malam ini! Dan aku sama sekali belum mempersiapkan apa-apa.

Untungnya, kak Via dan kak Iel cukup membantuku mengatasi itu semua. Kak Via meminjamkan dress warna ungu selutut dengan bordiran renda berwarna hitam terbaiknya. Wah, aku merasa menjadi Ratu Sejagat Semalam.

Dan aku SIAP!

*


Tin tin tin

Suara klakson mobil Rio terdengar. Aku buru-buru mengambil high heelsku dan beranjak dari rumah. Ku lihat mobil kak Iel juga sudah tak ada. Pasti mengantar kak Via pulang.

Ku edarkan pandanganku sampai di depan gerbang, waw ku lihat Rio berkendara Suzuki swift silver tengah menungguku di gerbang. Ia keren sekali mala mini. Memakai jas warna putih dan memakai hem berwarna hitam. Di padu jam tangan Nike hadiah ulangtahunnya dariku dulu. Serta sepatu Vans Of The Wall warna Hitam-nya.

“udah siap?” tanyanya memecah keheningan. Aku mengangguk. Dan kami melesat menuju sekolah.


*

Aku terdiam cukup lama di depan Agni. Bagaimana tidak? Agni datang bersama seorang penyanyi yang sedang naik daun, yang kapan hari menjadi guest star di acara pensiku. CAKKA NURAGA!

Cakka di panggil Zeva, sang MC, untuk menyumbang sebuah lagu untuk kami semua malam hari ini. Dan dia membawakan lagu ‘Just The Way You Are’

“kok lo bisa sama dia Ag?” Tanya ku cengo. Agni tersenyum geli.

“hihi, Rio tuh. Makasih banget ya, Yo. Gue jadi kenal Cakka berkat lo. Hahah”

“ini apaan sih?” tanyaku bingung.

“Cakka sahabat gue dari kecil. Dan Agni naksir sama Cakka. Yaudah gue bantuin aja” ujar Rio sambil tersenyum.

“kok gue ga dikasih tau sihhhhh” gerutuku jengkel. Agni hanya tersenyum geli.

Tiba-tiba Rio berjalan lurus kea rah panggung. Ku lihat, dia membisikkan sesuatu ke Cakka. Cakka mengangguk, ia mengambil gitar dan duduk di belakang Rio.

“hallo guys, ga kerasa ya 3 tahun kita sama-sama? 3 tahun kita ngelewati hari-hari bareng, 3 tahun kita harus ikut upacara tiap senin, 3 tahun kita harus berurusan dengan guru BP, bu Ira yang galak, hehe piss bu” uap Rio sambil nyengir. Bu ira hanya geleng-geleng kepala.

“3 tahun di bayar dengan ujian yang ga sampe 1 bulan. Ck. Tau gitu, gue ga bakal rajin dateng ke sekolah hehe” cengir Rio lagi yang berhasil ngebuat anak-anak ketawa.

“hehe yaudah hari ini, malem perpisahan kita. Perpisahan gue juga. Besok, gue mau berangkat ke Jerman. Jangan pada kangen gue, ya hehe” ucap Rio sok tegar. Anak-anak yang mendengarnya ada yang sudah terisak.

Rio memang di kenal baik dan ramah. Ia sangat di segani anak-anak karena keramahannya itu. Dia di angkay jadi waketos sebenarnya juga karena usul anak-anak. Rio adalah sosok bijaksana yang tanggung jawab. Ga egois suka bersosialisasi sama anak-anak. Makanya, semua udah ngerasa deket banget sama Rio.

“hei jangan sedih dong, mana temen-temen gue yang kuat? Yang selalu senyum, ketawa? Yang gokil? Masa Cuma kehilangan gue kalian kaya gini hihi. Kalian adalah anugrah terindah yang Tuhan kasih buat gue, dan gue bersyukur itu. Tanpa kalian gue ga aka nada disini sekaran. Tanpa kalian gue ga bisa nemuin sahabat sebaik Agni, Ify dan Shilla”

Entah mengapa, air mataku makin tumpah saat Rio menyebut nama Shilla itu.

“shilla, pada tau shilla kan? Anak SMA Binus Serpong yang famous banget itu? Cewe yang ngebuat gue lebih milih tinggalin Ify. Sorry ya Fy. Ini gue kasih alas an kenapa gue ninggalin lo waktu itu. Bukan karena shilla lebih dari lo. Banyak kelebihan dia. 1 yang gue kagumi, dia cewe tegar dan kuat. Apa kalian tau, dia menderita kanker darah? Dan apa kalian tau apa akibat penyakit itu? Shilla meninggal 3 bulan lalu. Dan 3 bulan lalu, gue coba deketin Ify. Gue pengen bisa balik sama dia lagi. Shilla titip Ify ke gue. Shilla jauhin lo bukan karena dia benci sama lo, Fy. Tapi dia ga mau liat lo sedih. Makanya dia ngerebut kebahagiaan lo waktu itu, gue”

Rio terhenti sesaat. Ia Nampak berbisik pada Cakka.

Sekarang aku tau apa alas an Rio waktu itu, bodohnya aku yang gak pernah mau dengerin Rio…

“gue mau kasih 1 lagu buat kalian. Lagu ciptaan gue sendiri dan Cakka. Judulnya Rindukan Dirimu…”


Berjanjilah wahai sahabatku

Bila kau tinggalkan aku tetaplah tersenyum

Meski hati sedih dan menangis

Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya

Bila kau harus pergi meninggalkan diriku jangan lupakan aku

Semoga dirimu disana kan baik baik saja untuk selamanya

Disini aku kan selalu rindukan dirimu wahai sahabatku

Bila kau harus pergi meninggalkan diriku jangan lupakan aku


“thanks for everything guys. Gue ga akan lupain lo semua. Lo juga jangan lupain gue ya?” terdengar jelas saat itu, suara Rio gemetar. Ia mencoba menahan tangis yang sudah menyeruak di pelupuk matanya.

Oke aku benar-benar tak dapat membendung tangisku. Agni yang ada disampingku sejak tadi mendekapku. Aku… aku makin ga ingi kamu pergi ke Jerman… aku minta maaf Yo, Shill…

“belajarlah dari masalalu guys, Karena tanpa belajar kita akan terus terpuruk. Jadilah cewe setegar Shilla. yang selalu tersneyum walau tau hidup tak lama lagi. Buat ify, gue minta maaf udah kecewain lo.” Rio berdiri dari panggung dan turun. Dibawah panggung, ia telah di serbu oleh anak-anak yang menangisinya.


*


Semalam waktu Rio menghantarku pulang, tak sepatah katapun ia ucapkan. Aku juga memilih diam, masih syok dengan monolog Rio semalam.

Hari ini jam 9 pagi pesawat Rio akan segera berangkat ke Jerman. Dan sekarang udah jam 8, lalu lintas ibukota makin macet. Aku tak bisa menunggu didalam taksi lebih dari ini.

Aku nekat keluar taksi, mencari ojek dan menghardik sang tukang ojek agar cepat membawaku ke tempat tujuan. Bandara Soekarno-Hatta. Sorry ya bang hehe:p

Aku sampai jam setengah 9. Oke, aku harus mengejar waktu sebelum semuanya terlambat. Aku berlari di tengah kerumunan orang-orang yang sepagi itu entah kurang kerjaan atau apa, udah lalu lalang di bandara. Ramainya melebihi kantor tau gak, sih.

Aku menemukan Rio juga pada akhirnya. Di ruang tunggu, ku lihat Rio sedang mondar mandir mengenakan jaket abu-abu bergaris. Aku memeluknya dari belakang.

“Rio jangan pergi Yo. Gue ga mau kehilangan lo lagi. Please” pintaku.

Rio membalikkan tubuhnya. “ga mau gue pergi? Kenapa baru sekarang? Huh” dengusnya. Aku mendongak ke arahnya yang tersenyum geli.

“jangan pergi Riooooooo” ujarku sedikit keras. Rio menyibakkan poniku dengan lembut. “gue ga pergi kok, kalo lo ngelarang gue”

Aku menyeka air mataku dan mendekapnya lebih erat. “pokoknya lo ga boleh pergi! Harus tetep disini nemenin gue!”

“hehehe iya Fy, aduhhh makanya kalo masih sayang sama gue bilang kek, jangan nolak gue kaya kemaren. Nyesel kan lo haha”

“ihhh Riooo apaan siiiiiiiih” jengkelku dan menyubit pinggang Rio.


*


kisah ku berakhir Happy Ending. sejak itu aku dan Rio juga sering mengunjungi makam Shilla. aku harap, sekarang Shilla tenang di atas sana. thanks for everything Shill.

*


'hanya cinta yang bisa menakhlukan dendam

hanya kasih sayang tulus yang mampu menyentuh

hanya cinta yang bisa mendamaikan benci

hanya kasih sayang tulus yang mampu menembis ruang dan waktu


haha ENDING'E GA JELAAAAAAAAS ~ oke ini bikinnya pas galau n lagi kangen mantan.

endingnya baru bikin 5 menit yang lalu . maafin kalo jelek n kepanjangan. :)

1 komentar:

  1. ciee..cie.. suka kata-kata akhirnya... huhu keren nih keren..



    numpang nitipin link aku yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before..

    BalasHapus