Selasa, 28 Juni 2011

Almost Soulmate -Prolog-

hallo saya bawa cerbung baru. SKJJ kagak lanjut yaa. kalo saya ada mood gaje, pasti lanjut kok. tunggu aja mood itu keluar. hahaha.

semoga cerbung ini adalah cerbung saya yang paling cepet ngelanjutinnya(?) soalnya kadang kalo gak selera mah aku geletakkin gitu aja cerbungnya #plak#

udah udah doakan saja saya niat bikin lanjutannya ini cerbung. oke.

Hope You Like It !!

*************************

Sizzling Sandwich, sebuah café yang terletak di bilangan Orchard Road, Singapura, terlihat seorang pemuda tengah duduk di atas panggung dan membawa gitar. Dia adalah penyanyi yang sedang naik daun. Namanya Mario Stevano Aditya, seorang pelajar yang belum genap berusia 17 tahun, tapi namanya sudah malang melintang kemana-mana.

Ia memetik pelan dawai-dawai gitarnya. Sambil memejamkan mata, ia menghayati lagu yang kini tengah ia nyanyikan.

“I'm so glad you made time to see me

How's life? Tell me, how's your family?

I haven't seen them in a while

You've been good, busier than ever

We small talk, work and the weather

Your guard is up, and I know why

Because the last time you saw me

Is still burned in the back of your mind

You gave me roses, and I left them there to die

So this is me swallowing my pride

Standing in front of you, saying I'm sorry for that night

And I go back to December all the time

It turns out freedom ain't nothing but missing you

Wishing I'd realized what I had when you were mine

I go back to December, turn around and make it alright

I go back to December all the time

These days, I haven't been sleeping

Staying up, playing back myself leaving

When your birthday passed, and I didn't call

Then I think about summer, all the beautiful times

I watched you laughing from the passenger side

And realized I loved you in the fall

And then the cold came, the dark days

When fear crept into my mind

You gave me all your love, and all I gave you was goodbye

So this is me swallowing my pride

Standing in front of you, saying I'm sorry for that night

And I go back to December all the time

It turns out freedom ain't nothing but missing you

Wishing I'd realized what I had when you were mine

I go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time

I miss your tan skin, your sweet smile

So good to me, so right

And how you held me in your arms that September night

The first time you ever saw me cry

Maybe this is wishful thinking

Probably mindless dreaming

But if we loved again, I swear I'd love you right

I'd go back in time and change it, but I can't

So if the chain is on your door, I understand

This is me swallowing my pride

Standing in front of you, saying I'm sorry for that night

And I go back to December

It turns out freedom ain't nothing but missing you

Wishing I'd realized what I had when you were mine

I go back to December, turn around and make it alright

I go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time, all the time”

( taylor swift – back to December )

Tepukan riuh para pengunjung café itu menjadi akhir dari lagu seorang penyanyi muda yang akrab di sapa dengan Rio tersebut. Pemuda jakung yang mempunyai warna kulit sawo matang khas Indonesia turun dari panggung sambil tersenyum. Ia mengambil duduk di samping managernya, Deva Ekada. Saputra.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan. “you look so amazing! when are you going to make an album?” celetuknya sambil tersenyum.

“I don’t know. We’ll see.” Jawab Rio sambil meneguk secangkir capuccino hangatnya.

Deva mendengus, melihat layar i-phone nya. Sambil memanyunkan bibir, dia meneguk segelas cocktail-nya. “Yo, boss bilang, lo harus balik ke Jakarta besok.”

Tanpa menghiraukan seseorang yang tadi menepuk bahunya, Rio meletakkan cangkirnya dan menoleh ke arah Deva dengan mata memincing. “secepet itu? Ah gak asik banget sih.” Cibirnya.

Deva mengangkat bahunya, “padahal gue masih pengen jalan-jalan.”

“besok jam berapa?” tanya Rio sambil merogoh Blackberry-nya.

Deva kembali berkutat dengan I-phone-nya. “sekitar jam 9 pagi kita udah harus take off” jawabnya singkat.

Rio mengangguk mengerti, sambil memainkan hapenya, ia mendapati beberapa sms masuk dari nomor tak di kenal. “susah ya jadi artis, banyak yang neror.” Gumam Rio sambil terkekeh.

Mata belo Deva melirik Rio, “gaya lo. Kaya udah artis kawakan aja.” Cibirnya sambil kembali meneguk cocktail-nya.

“baru juga 2 bulan jadi artis, mana bisa jadi kawakan. Ngelantur lo Dev, haha.”

Deva menyunggingkan senyum tipis dan beranjak dari duduknya. “gue ke toilet, kebelet.” Pernyataan Deva barusan membuat Rio terkekeh pelan.

Lihatlah, seorang sahabat yang selalu setia menemani sahabatnya, bahkan menjadi artis, sang sahabat rela menjadi manager-nya. Rio dan Deva sudah bersahabat bertahun-tahun lamanya. Bisa di bilang, dari orok mereka memang di takdirkan jadi sahabat. Sahabat yang tak terpisahkan.

**

Tetesan hujan bergelayut di atap rumah seorang gadis cantik yang kini sedang merapikan baju-bajunya ke dalam tas besar di atas ranjangnya itu.

Seorang wanita paruh baya tiba-tiba masuk ke dalam kamar gadis itu. Melihat gadis itu tengah sibuk merapikan baju-bajunya, wanita itu membantu.

“kamu yakin mau ke Jakarta?” tanya wanita paruh baya itu tak yakin.

“iya, buk, icha mau ke kota. Doain icha ya. Icha punya cita-cita yang harus icha raih disana,” jawab gadis yang bernama Icha itu sambil menghentikan aktifitasnya.

“tapi adik-adik kamu di panti ini gimana, nduk?” wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu panti asuhan menatap icha dengan tatapan sedih.

“icha akan kembali, kalau icha udah menemukan apa yang icha cari, buk. Sampaikan sama adik-adik icha disini, ya. Icha pasti kembali. Buat ibuk, buat adik-adik icha.” Jelas icha.

“aku ikut ya cha,” ujar seorang pria yang memakai kacamata tanpa frame warna hitam itu.

“buat apa, mas? Mbok nggak usah to. Nanti yang jagain ibuk siapa?”

“ibuk bisa jaga diri kok nduk. Ibuk juga masih punya Edgar, dia kan udah besar. Bisa jagain adik-adik kamu yang lainnya disini.”

“gimana cha? Aku ikut ya?” tanya pemuda itu lagi meminta persetujuan.

“yaudah mas. Mas beres-beres sana. Soalnya kita tinggal lama di jakarta, mas.” Icha kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

“yaudah. Aku ke kamar dulu ya Cha, buk.” Pamit pria itu.

Icha, seorang gadis panti asuhan yang bercita-cita menjadi seorang penyanyi terkenal, guna membuat adik-adik di panti asuhannya bangga. Ia mempunyai suara merdu, ia juga sering bernyanyi di acara-acara yang di selenggarakan oleh desanya. Desa kecil bernama Ngunut, yang terletak di kota Tawangmangu, Jawatengah.

Ia akan pergi ke jakarta, untuk meraih impiannya, serta mencari seseorang yang tlah lama pergi dari hidupnya. Bersama pria yang sudah ia anggap kakak di panti, ia akan mencari seseorang di masa lalu nya itu. Dengan harapan, mereka akan di pertemukan Tuhan saat di Jakarta nanti.

------------------------------------

Horeeeeeeeee ini gajelas ya namanya? hehe ya mangap :P ini bukan cerbung coba-coba. pengennya serius. dan kalo emang banyak yang suka bakalan aku kirim ke penerbit #jiahh#

aku langsung post part 1 yooo~ semuanya tungguin ya wkwkwk :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar