Selasa, 14 Agustus 2012
Kiss Me Again (Part 12)
“Rio, loe tega hianatin gue..”
“Rio, loe suka cewek laen selain gue?”
“Rio, gue kecewa sama loe. Loe udah berubah yo. Gue bukan satu-satunya cewek di dalam hati loe.”
“Inget yo! Tiap ada cewek yg deket sama loe, dia selalu meninggal. Kaya gue. Dea. Mending loe gak usah jatuh cinta segala”
“Loe pembawa sial yo”
“Rio..Rio..Rio..”
“AAARRRGGGGHHHHHHHH” jerit Rio frustasi. Mimpi itu kembali datang. Bayangan Vero maupun dea saling berkelebat disetiap malam di mimpinya akhir-akhir ini. mereka selalu menyudutkan Rio. Rio terjebak dalam ketakutan mimpinya sendiri. inilah, yang membuat rio tak berani untuk jatuh cinta. Sebenarnya, phobia itu hanya karangan Rio semata. Yang sebenarnya terjadi adalah ini. terror-an dari Dea dan Vero yang tak pernah setuju jika Rio dekat dengan cewek manapun. Mereka tak bosan-bosannya menghantui setiap malam Rio.
“Kapan hidup gue bisa tenang?” rio memijat tengkuknya. Peluh membasahi wajahnya. Sudah, cukup. Ini yang terakhir. Rio tak ingin berurusan dengan wanita di masalalunya. Sudah cukup ia dihantui oleh masalalunya. Kini, saat nya dia berurusan dengan masadepannya.
-_-_-_-____-_-____--___-_-_-_-_-_-
Degh..degh..degh..
“Hai yo”
Degh..degh,,degh..
“Mana Alvin?” tanya sivia
“Nggak tau. Gu..gue gak bareng Alvin” gugup Rio
Ify dan sivia membulatkan mulutnya.
“eh? Kalian ngapain ngumpul didepan koridor gini? Nungguin gue ya?” celetuk Alvin yang tiba-tiba datang
“pede banget idup loe. Udah ah fy, ayo kita masuk” pipi sivia terlihat memerah. Ia segera menggandeng ify menuju kelas. Tapi belum ada 2 langkah, agni and the genk sudah berdehem dan berdiri didepan mereka.
“Jadi gini nih, pemilik sayga, sama anak koki, terus anak yatim bersatu? Ckckc..” agni geleng-geleng
“mau jadi apa sekolah kita ini? masa iya, pemilik sayga pacaran sama anak yatim piatu? Hahaha” oik tertawa sinis.
Alvin dan rio mengepalkan tangannya. Sedangkah ify dan sivia melongo, cengo.
“duh via via. Otak loe dimana sih? Loe nolak balikan sama sepupu gue. Terus, sekarang loe ngeluarin sepupu gue demi si anak yatim piatu itu?!!” ujar angel sok dramatis
“HEH! ALVIN BUKAN ANAK YATIM PIATU YA! Dijaga dong kalo ngomong!!” Rio mulai maju selangkah, tak terima sahabatnya di hina seperti itu.
“duh duh duh, loe sirik sama kita?” sivia menyeringai. “please deh. gak level banget loe sama kita.”
“hahahahaha” triur allain tertawa keras. “loe berempat itu gak pantes di sirikin. Kita juga gak sudi kok sirik sama kalian. Berasa kalian orang paling dipandang disini, terus di pantes disirikin? Ngaca dong.” Agni geleng-geleng.
“Loe ya!” ify mulai maju dan menarik rambut agni. “mulut loe bener-bener harus di lakban!”
Agni meringis kesakitan. “HEH lepasin!”
“fy fy fy udah fy udah” Alvin dan sivia melerai.
“heh,kalian beraninya maen keroyokan aja !” angel dan oik pun menarik rambut sivia ganti.
“heh apa-apaan loe semua!!” teriak sivia emosi
“aduh aduh kenapa jadi gini” Alvin masih mencoba menolong sivia dan ify “yo bantuin gue donk!!”
Rio tersadar dari lamunannya. Apa yang harus gue bantu? Loe kan tau sendiri vin kalo gue….
“YOOO!!! BANTUIN GUEEEE!!!”
Tanpa berfikir lagi, rio melerai ify dan agni. Rio menarik bahu ify hingga ify terhuyung kebelakang. Rio yang tak siap menerima tubuh ify pun ikut terjatuh. Dan…bruk.. ify jatuh menimpa rio.
Tanpa mereka sadari, sudah banyak mata yang melihat adegan mereka ini.
Alvin pun mendorong tubuh oik dan angel dengan paksa lalu membawa sivia pergi dari sana. Angel dan oik pun terjatuh.
“heh vin, udah deh loe gausah ikut campur!! Gue belom bisa ngehajar mereka berdua. Iiasdfghjkl” sivia dibekep Alvin. Alvin pun melarikan sivia ke ruangan Sayga.
Ify yang sadar dengan posisinya langsung bangun dan melirik sinis ke arah triur allain yang sibuk bahu membahu(?) untuk bangun.
Badan rio bergetar. Tiba-tiba kepalanya berat. Tapi tangan seseorang menariknya. Samar-samar ia lihat ify sudah mengajaknya untuk menyingkir dari sana. Ia menurut, walaupun ia tau badannya semakin melemah.
Di ruang sayga ..
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh” teriak sivia frustasi. Alvin yang ada disebelahnya hanya mampu mempukpuk sivia saja.
“pokoknya gue harus bales mereka!” ujar sivia penuh emosi
“bales dendam gak akan nyelesaiin masalah, siv.” Alvin menenangkan sivia
Sivia melirik sadis kearah Alvin. “terus, loe mau dihina terus kaya gitu? Loe mau dibilang anak yatim piatu? Loe mau?” nada sivia meninggi
Dan jleb…kata-kata sivia berhasil menusuk relung hati Alvin yang terdalam.
“vi, loe gapapa?” ify yang masih menggandeng tangan rio langsung berlari kearah sivia
Sivia menggeleng. “gue gapapa. Kita harus bikin perhitungan sama alien-alien itu. Kita harus cari tau latar belakang mereka. Kita harus bisa ngehina balik mereka. Kalo perlu kita keluarin mereka dari sini, gue enek kalo sekolah kit apunya murid-murid kaya mereka. Bikin nama sekolah kita jelek aja”
“vi, loe gila vi. Udah deh, jangan mempersulit masalah” Alvin angkat bicara. Alvin melirik kearah rio. Dan…ia melongo melihat tangan ify dan rio masih saling bertaut
“ehem ehem” dehem Alvin. Ify dan rio yang sadar pun melepaskan genggaman tangan mereka dengan salting. Alvin yang tau kondisi rio sekarang pun mendekati rio dan menyuruh rio duduk dengan gerakan kepalanya.
Sivia pun masih ngomel-ngomel gak jelas. Tapi untung nya ify berhasil meredakan emosi sivia.
“yo loe kenapa deh?” tanya sivia yg melihat perubahan rio.
Rio menggeleng. “gapapa kok”
“tapi, badan loe pucet yo” ify mendekat dan menyentuhkan telapak tangannya ke dahi rio.
Seperti di sengat listrik, jatung rio berdebar makin kencang. Alvin hanya menggigit bibirnya. Sedangkan rasanya, di sekitar rio, mkin banyak bayangan vero dan dea.
“nggak..nggak..nggakk..” rio menggeleng-geleng
Sivia dan ify menyerngit. “loe kenapa yo??” ify makin mendekat
“JANGAN DEKETIN GUE!” bentak rio kalap. Ify tersentak hingga mundur selangkah
“yo?!” panggil sivia saat rio mulai bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka bertiga.
“udah udah, kalian tenang aja. Rio biar gue yang atasin. Sementara kalian disini aja dulu. Biar gak ada emosi yg tersulut kalo liat 3 alien itu. Yaudah ya, gue nyusulin rio dulu bye” Alvin pun ikut ngibrit mengejar rio yang sudah berlari jauh itu.
“Rio kenapa sih?” celetuk sivia, lebih pada dirinya sendiri.
Ify hanya menatap pintu nanar. Harusnya, dia nggak memasuki kehidupan rio. Dia udah terlalu jauh…
-__-_-_-___-_-_-_-_-_-
Rio mempercepat langkahnya. Ia tak mempeduliakan Alvin yang sibuk menyerukan namanya. Fikirannya kacau. Dari kemarin ia merasa kalau dia sedang diikuti oleh vero dan dea. ia sama sekali tak bisa tenang. Sekarang saatnya ia menenangkan fikirannya. Tapi, dimana?
Rio mengambil motornya dan mengegasnya cepat, terkesan seperti pembalap motoGP. Ia mengarungi setiap jalan di Surabaya ini. lalulintas yang tak seperti biasanya membuat rio makin mengegas motornya ugal-ugalan. Dia juga pasrah, kalaupun ada sesuatu yang terjadi sebelum dia sampai ditempat yg ingin dia tuju.
Namun takdir berkata lain. Ia selamat walaupun beberapa kali hampir menabrak mobil maupun motor lainnya. Kini ia sudah sampai di daerah timur Surabaya, tepatnya di hutan mangrove. Masih sepi, karena buka masih jam 8 sedangkan ini masih jam 7.15. ia pun memilih ke kebun bibit 2. Dimana ia bisa berada ditepi danau yang tenang, dan sejuk.
Rio duduk dekat danau. Ia termenung. Tiba-tiba vero dan dea sudah berada disampingnya.
“Loe udah ngelanggar batas yang kita kasih yo”
“Loe bener-bener bukan rio yang dulu lagi.”
“Loe gak boleh jatuh cinta sama dia! Ato dia bakal kita celakain”
Rio makin frustasi. Ternyata keindahan danau ini makin membuat otaknya tak bisa berfikir.
“KALIAN BISA DIEM NGGAK SIH?!!!” teriak rio.
“kita gak bakal diem sebelum loe jauhin cewek itu. Dia gak pantes buat loe yo. Dan loe juga gapantes buat dia. Loe Cuma milik kita!”
“KALO CUMA KALIAN BUAT GUE, KENAPA KALIAN NINGGALIN GUE?!!!”
“Ini semua salah loe! Kalo loe mau jemput kita, gabakal kita mati konyol kaya gini. Ini semua salah loe Rio!!!”
“Harusnya kan kalian benci sama gue! Kalian celakain gue! Kalian bikin gue mati bareng kalian! Bukan kaya gini caranya! Kalian nyiksa gue! Mending gue mati sekarang juga!” rio makin frustasi. Ia berniat melompat ke dalam danau. Ia tak bisa berenang.
“Rio jangan!!” teriak vero dan dea.
Rio sudah mengambil ancang-ancang. Saat kakinya hampir terlepas dari daratan, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tubuhnya.
Bruk.,. tubuh rio jatuh ke tanah. Seseorang yang membantu rio berdecak.
“kamu tuh punya otak atau endak sih? Kenapa kamu ngelakuin hal bodoh kayak gitu?” suara cowok, medok lagi. rio mengerjap-ngerjap matanya, melihat cowok yang nekat menolongnya itu.
“loe siapa?” tanya rio, sedikit kesal.
“aku cakka.” cowok bernama cakka itu membantu rio duduk. “kamu kenapa toh, kok sampek berbuat nekat kayak gitu? Kalo kamu memang lagi banyak fikiran, jangan sampek berbuat kayak gitu. Itu namanya bunuh diri. Dan allah benci sama umatnya yang suka putus asa menjalani hidup.”
“loe gak usah soktau deh sama hidup gue” cibir rio, kasar. Sama sekali bukan seperti rio yang biasanya.
“bukannya aku sok tau, aku Cuma ngasih tau apa yang aku tau aja kok. Mas lagi ada masalah ya? Kenapa sampek mau bunuh diri segala. Tadi, pas aku lewat, mas jerit-jerit sendiri lagi. ada apa sih?”
Rio mendelik. “loe nguping?”
“eh? Endak kok mas. Aku Cuma kebetulan lewat aja. Maaf kalo aku lancang. Beneran, aku ndak ada niat buat nguping.”
Rio menghembuskan nafasnya, berat. “jangan pernah ceritain hal ini, sama siapapun. Loe ngerti?”
Cakka mengangguk patuh.
“oke, thanks” Rio terdiam sesaat. “btw, gue rio. Dan masalah gue, gak sesimple yang loe bayangin.”
“m..maksud mas apa?”
“ya… gue gak Cuma stress karena ada masalah. Bahkan yang lebih buruk dari itu. Dan loe, pasti nggak bakal bisa bayangin gimana masalah gue.”
“lebih buruk? Jangan-jangan..”
“jangan-jangan apa?” rio melirik cakka
“mas hamilin anak orang ya?”
Rio melotot, hampir saja menjitak kepala cowok medok disebelahnya ini.
“Ya enggak lah! Ngaco loe. Punya pacar aja belom!”
Cakka tertawa kecil. “Woalah, mosok toh, mas yang ganteng kayak gini ndak punya pacar? Terus tadi pengen bunuh diri kenapa? Ada masalah keluarga ya?”
“udah, loe gak usah ungkit-ungkit kejadian tadi. Anggep aja gak pernah kejadian”
“siap mas bro”
“Kka.. cakka” panggil seseorang.
Cakka menoleh, “Apa mas Iel?”
Darah rio berhenti mengalir. Iel? Apa jangan-jangan..
Rio menoleh. Glek.. dia menelan ludah.
Sosok didepannya tiba-tiba mematung. Terdiam, tak dapat berkata-kata.
“mas rio, mas iel, saling kenal?”
Tak ada satupun yang menjawab.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar