"Reno!!" pekik Bu Ratna kesal.
"Ada apa sih, bu? Gk bosen teriakin nama saya? Atau jangan2 ibu ngefans sama saya, ya?" cowok bernama Reno itu menyeringai.
Bu Ratna berdecak kesal, "Reno!! Berani sekali kamu, hah?!"
"Bukannya udah biasa, ya? Gk usah heran gitu deh, bu. Kaya baru kenal saya sehari dua hari aja,"
"Ya ampun Reno!! Udah berulang kali ibu bilang, bisa sopan sedikit sama orang yang lebih tua?! Ada masalah apalagi kamu hari ini? Gk bisa ya, sehariiiii aja gk bikin u--"
"Tanpa saya jawab, ibu juga udah tau, kan? Gk bosen ngulang pertanyaan dan pernyataan yang itu2 mulu? Saya yang dengerin aja bosen,"
Bu Ratna mendengus, ia juga sebetulnya sangat bosan melontarkan kalimat yang itu2 saja. "Keluar kamu dari ruangan saya!" perintahnya tiba2 dengan suara lemas.
Percuma saja, bicara dengan Reno hanya akan membuat darah tingginya kumat.
Reno Digta Wijaya, anak sang pengusaha, Adrian Wijaya, yang kekurangan kasih sayang tetapi sangat kaya raya. Melampiaskan kekesalan di sekolah. Merokok dan berkelahi adalah makanannya sehari2 di sekolah.
Ia telah di cap sebagai preman sekolah. Bad record yang ia kantongi bahkan lebih parah dari kakak2 kelas XII. Dia saja baru menginjak kelas XI, tapi ia telah di blacklist oleh sekolah.
Ia sering merokok di parkiran. Ia juga tak pernah absen dari yang namanya tawuran. Itu bagian dari hidupnya.
**
"Lo masuk BP lagi, Ren??" Tanya Andre datar. Ia sudah sangat hafal kebiasaan sobatnya itu.
Reno mengangguk, "Tau deh, hobby banget Bu Ratna manggil gue. Heran,"
"Ada ulangan dadakan!! Soalnya 20an!! Huaaaa..." Teriak Bima, ketua kelas XI IPA 2 yang masih 1 genk dengan Reno.
"Eh, sumpeh lo??" Tanya Andre tak percaya.
"Iya! Mati gue. Mana semalem gk belajar lagi. Remidi nih gue yakin," Bima memalingkan wajahnya pada Reno. "Lo udah belajar, Ren??"
Reno menyeringai, "Walopun gue gk belajar, otak gue masih mending lah daripada elo2 pada,"
"Yaudah, gue nyontek lo aja deh. Boleh kan??" Bima menaik turun kan alisnya.
Reno berdecak lalu mengangkat bahu. "Yaa... Gampang lah,"
Bu Diaz, guru Fisika Reno, masuk. Bersama seorang cewek cantik yang memakai seragam sama dengannya.
"Waw, cakep.." gumam Andre
"Gila. Itu cewek bidadari ya? Terpesona pada pandangan pertama, nih!?" Bima memperhatikan cewek itu dari atas sampai bawah.
Reno hanya memutar bola matanya, "Biasa aja kali," sungutnya.
Bima dan Andre menoleh ke belakang, "Hah? Kaya gitu lo bilang biasa?" kata mereka bersamaan.
"Anak2, ada murid baru pindahan dari Surabaya. Silahkan perkenalkan namamu,"
Cewek itu maju ke depan, "Nama saya Valencia Marthadika . Panggil aja Valen. Pindahan dari Surabaya. Mohon kerjasamanya,"
"Oh, Valen namanya. Cantik juga.." gumam Andre.
"Heh. Dia jatah gue. Lo ama Siti sono!?" ujar Bima sewot.
"Enak aja!! Lo aja sono, homoan ama Daud!"
Bima menggebrak meja, "Ih!! Cari gara2 lo!?"
"Ada masalah apa kalian? Kalau mau ribut silahkan keluar!!" ujar Bu Diaz
Bima dan Andre menunduk. Reno malah sibuk mendengarkan lagu dari i-podnya.
"Reno!! Kalau kamu gk niat ikut pelajaran saya, silahkan keluar!" bentak Bu Diaz
Karena hari ini--yang katanya Bima--ulangan, Reno melepas headsetnya dan menatap bu Diaz datar.
"Oke Valen, kamu boleh duduk di sebelah Reno,"
Valen berjalan mendekati meja Reno. Lalu duduk dan menatap Reno sambil tersenyum.
"Hai, aku Valen, kamu siapa??"
"Aku Andre!!" Andre mengulurkan tangannya kearah Valen.
Bima melirik, lalu ikut2an mengulurkan tangan kearah Valen. "Gue Bima!!"
Valen tersenyum kikuk kearah dua cowok di depannya, "Aku Valen," lalu menyalami Andre dulu baru Bima.
"Dia Reno," Kata Andre sambil mengedikkan kepalanya ke Reno. "Dia lagi gk mood ngomong, ya diem aja gitu jadinya. Kaya orang bisu,"
Valen terkekeh sambil memandang Reno yang tampak cuek. Ia merasa familiar dengan wajah Reno.
"Anak2, ambil kertas sobekan, kita ulangan!!"
"Huaaaah?!?! Ulangan?" koor anak2 malas.
**
Bel istirahat berbunyi, anak2 XI langsung berhamburan keluar kelas. Dan seperti biasa, Reno, Bima dan Andre menuju parkiran untuk merokok.
"Lo mau?" Tawar Reno pada Andre sambil mencomot rokok dari sakunya.
"Gk deh, seperti biasa, gue cuma nemenin aja,"
"Eh, liat liat!!" Bima menunjuk2 ke arah belakang sekolah.
Andre dan Reno langsung menoleh dan menyipitkan mata.
"Woy, beraninya keroyokan lo! Sini kalo berani," Teriak Reno tiba2
Anak2 kelas XII yang memukuli anak2 kelas X berhenti. Lalu ia menyeringai ke arah Reno.
"Hei, liat! Si PREMAN yang SOK TAU dateng. Hei, mending jangan SOK JADI PAHLAWAN. Gue gk ada urusan ya sama elo," Dylan, sang anak kelas XII itu menatap Reno tajam.
Reno berdecak, "Terus? Gue membela kebenaran, bray. Gk kaya lo. Kalo gentle, jangan keroyokan lah, kaya banci aja,"
"Ulangi lagi perkataan lo," perintah Dylan dengan nada sinis.
"Banci. Lo kaya B.A.N.C.I !!"
Dylan menghadiahi Reno sebuah hantaman kencang di rahang kanannya. Reno terhuyung ke belakang.
"Apa gue bilang, lo kaya banci!!"
Sebuah hantaman yang kini menerjang rahang kirinya menyebabkan Reno jatuh tersungkur.
Teman2 Dylan beranjak darisana setengah berlari. Andre berteriak heboh "Bim, panggil Pak Aryo! Cepetan!"
Bima mengangguk dan berlari ke arah ruang guru. Andre menghampiri Aang, anak kelas X yang babak belur di pukuli oleh Dylan.
"Apa? Mau pukul gue lagi? Silah..." ucapan Reno di potong oleh Dylan dengan sebuah tinju di pelipis kirinya.
"Hei! Apa2an kalian berdua? Ikut bapak ke ruang BP!!" Teriak pak Aryo sambil memisahkan Reno dan Dylan.
Bima terengah2 sambil meringis ke arah Dylan. Dylan menatapnya dengan tatapan kebencian.
Mereka berdua pun di sidang di ruang BP.
**
Hampir 1 jam keduanya di ceramahi oleh Bu Arik, yang kebetulan ada di ruang BP. Selesainya di ceramahi, mereka langsung pergi darisana. Hukuman yg di peroleh Dylan adalah skorsing 3 hari, dan Reno di bebaskan dari hukuman.
"Kali ini lo menang," Lirih Dylan tajam ke Reno.
Reno tersenyum remeh, "Gue emang gk akan pernah kalah dari lo," ia berjalan mendahului Dylan. Baru 3 langkah ia menoleh ke belakang. "Jangan panggil gue Reno, kalo gue kalah dari elo,"
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar