Rabu, 29 Desember 2010

beberapa definisi kematian ..

Kematian adalah dari kehidupan. Ketiadaan nyawa dalam organisma biologi. Semua makhluk hidup pada akhirnya mati, samada dari penyebab seperti penyakit atau dari penyebab lain seperti kecelakaan. Menurut (Kalish 1987), kematian adalah berhenti dengan apa yang dialami, meninggalkan yang dikasihi, untuk meninggalkan urusan yang belum selesai dan masuk ke alam yang tidak dikenali.

Menurut biologi pula, kematian berlaku apabila nafas manusia berhenti, denyutan jantung berhenti, dan tiada tindak balas terhadap rangsangan. Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati tanpa kecuali. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan.

Firman Allah swt..

“Dia yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian Dia keluarkan kamu menjadi anak-anak, kemudian kamu sampai dewasa, kemudian kamu menjadi orang tua. Dan diantara kamu ada orang yang diwafatkan sebelum itu dan supaya kamu sampai kepada ajal (waktu) yang ditentukan, mudah-mudahan kamu memikirkannya” ( Surah al-Mukminum ayat 67)

Keterangan tersebut jelas menyatakan bagaimana manusia diciptakan dan hinggalah ia dimatikan. Permulaan kejadian manusia yang dicipta dari tanah dan ini dapat dibuktikan dari kejadian penciptaan nabi Adam as yang dicipta dari tanah.Kematian sememangnya boleh berlaku dalam pelbagai keadaan, tidak mengira umur, pangkat, keturunan dan ini semuanya telah ditetapkan oleh yang Maha Pencipta iaitu Allah swt. Ada kalanya kematian berlaku terhadap kanak-kanak yang baru lahir dan kematian itu tidak semestinya berlaku terhadap golongan tua. Ini kerana, perkara tersebut telah ditetapkan oleh Allah swt sejak azali lagi.

Mendengar berita kematian dengan penuh keinsafan adalah sebahagian daripada cara untuk mengingati Allah. Khabar yang mengandungi kisah kebesaran dan kekuasaan Allah.

Kematian akan ditangisi dan diratapi. Namun kasih-sayang Allah melewati cinta sesama manusia. Jika itu yang terbaik buat mereka, kita doakan agar Allah menempatkan mereka di syurga FIRDAUS.

--------------------------------------------------------------------------


Apa definisi ‘kematian’? Suatu pertanyaan sederhana
yang kedengarannya sangat gampang untuk dijawab.
Kalau seseorang tahu apa definisi ‘kehidupan’ , secara
otomatis ia dapat mendefinisikan kematian. Sebab, definisi
kematian tidak lain adalah kebalikan dari definisi
kehidupan itu sendiri. Dalam kenyataan, definisi kematian jauh lebih pelik
daripada yang diprakirakan oleh kebanyakan orang.
Selama berpuluh-puluh abad masyarakat umum terindoktrinasi
oleh kepercayaan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang dihembuskan
oleh Tuhan ke dalam pernafasan. Pernafasan dianggap memegang peranan
yang sangat penting. Tanpa adanya pernafasan, tak ada pula kehidupan.
Melalui pernafasanlah, makhluk hidup di dunia ini memperoleh
oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh organ –bahkan sel– dalam
tubuh. Kalau tidak mendapatkan oksigen yang dipompakan dari paruparu,
jantung akan berhenti berdetak yang berakibat pada terhentinya
peredaran darah dalam tubuh. Apabila jantung dan paru-paru berhenti
bekerja (cardio-pulmonary malfunction), otak yang berfungsi sebagai pusat
pengaturan saraf (neurological function) niscaya akan mengalami kerusakan
karena kekurangan oksigen. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama, kerusakan ini berakibat fatal bagi keberlangsungan organisme dalam
tubuh makhluk hidup, yakni kematian. Dari pengertian inilah kemudian
didefinisikan bahwa kematian adalah terhentinya pernafasan
(cessation of breathing). Definisi kematian ini pernah diakui serta diterima
oleh masyarakat umum, kalangan medis maupun kaum agamawan
di Barat.
Namun, pada pertengahan abad ke-20, tatkala ilmu pengetahuan
serta teknologi mulai berkembang, definisi kematian itu dipertanyakan
keabsahannya. Fungsi pernafasan alamiah dapat digantikan oleh alat pernafasan
mekanis (respirator). Pernafasan tidak lagi secara mutlak identik
dengan kehidupan. Gagal atau rusaknya sistem pernafasan alamiah tidaklah
selamanya berarti maut atau kematian. Karena itu, definisi kematian
perlu dirumuskan kembali sesuai dengan perkembangan zaman.

Ini berlatar-belakang pada penjabaran yang diberikan oleh ahli
saraf di Perancis pada tahun 1958 tentang keadaan perbatasan antara
hidup dan mati yang disebut coma dépassé [secara harfiah berarti keadaan
melebihi pingsan]. Pasien-pasien itu seluruhnya menderita kerusakan
otak (brain lesions) yang pokok, struktural, dan tak tersembuhkan;
berada dalam keadaan pingsan (comatose), dan takmampu bernafas secara
spontan. Mereka tidak hanya kehilangan kemampuan dalam menanggapi
dunia luar, tetapi juga tidak lagi dapat mengendalikan
lingkungan dalam tubuh mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengatur
suhu tubuh, mengendalikan tekanan darah, dan mengatur kecepatan detak
jantung secara wajar. Mereka bahkan tidak dapat menahan cairan dalam
tubuh, dan sebaliknya melimpahkan air kencing dalam jumlah yang
sangat banyak. Organisme mereka secara keseluruhan boleh dikatakan
telah berhenti berfungsi.
Selanjutnya, pada tahun 1968, panitia khusus Sekolah Medis Harvard
menerbitkan sebuah laporan berjudul “Sebuah Definisi [Keadaan]
Pingsan yang Takdapat Dibalikkan Kembali”. Di situ didaftarkan kriteria
bagi pengenalan gejala kematian otak. Laporan ini secara jelas mengidentifikasi
kematian otak (brain-death) sebagai kematian –meskipun tidak
secara langsung menjabarkan apa itu yang dimaksud dengan kematian.
Apabila seorang pasien telah berada dalam keadaan seperti itu, pencabutan
alat pembantu pernafasan direstui karena ia secara medis telah dianggap
mati.
Kegagalan kerja jantung dan paru-paru sangatlah mudah diketahui,
namun tidaklah gampang untuk dapat memastikan kematian otak.
Harus dilakukan pengamatan yang cermat atas rangkaian tanda-tanda kehidupan.
Apakah seorang pasien sama sekali tidak menanggapi rangsangan
(stimulation) apa pun? Dapatkah ia bernafas tanpa alat pembantu?
Adakah pergerakan mata, penelanan atau batuk? Apakah alat pemantau
gelombang otak (EEG: Electro-EncephaloGram) menunjukkan adanya
bukti kegiatan elektrik yang datang dari otak? Adakah arus peredaran darah
melalui otak? Jawaban negatif dari rentetan pertanyaan ini menunjukkan
kematian otak. Namun, satu tanda saja tidaklah cukup untuk
membenarkan anggapan demikian.
Walaupun kebanyakan pakar medis telah menyepakati definisi
kematian otak, masih terdapat nuansa dalam rinciannya. Ada yang merujuk
pada kerusakan otak secara keseluruhan (whole-brain), dan ada pula
yang mengacu pada kerusakan otak di bagian yang berfungsi lebih tinggi
(higher-brain). Namun, kriteria yang paling banyak dianut ialah kerusakan
otak-pokok (brain-stem). Pada tahun 1973, dua ahli bedah saraf di
Minneapolis mengidentifikasikan kematian otak-pokok sebagai suatu
keadaan yang takmungkin dapat dikembalikan lagi. Pada tahun 1976 dan
1979, konferensi agung perguruan dan fakultas di Inggris menerbitkan
suatu catatan penting dalam topik ini. Yang pertama menjabarkan ciri-ciri
klinis atas kematian otak-pokok, sedangkan yang kedua mengidentifikasikan
kematian otak-pokok sebagai kematian. Suatu panduan yang mirip
dengan ini juga diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1981. Opini
serta praktek internasional pada dasarnya bergerak selaras dengan garisgaris
ini –dalam menerima gagasan tentang kematian otak-pokok. Denmark
adalah negara terakhir di Eropah yang mengabsahkan definisi kematian
otak-pokok (1990).
Otak-pokok adalah suatu bagian yang berbentuk seperti ‘batang’
atau ‘tonggak’, yang berada di bagian dasar/bawah otak. Selain merupakan
pusat jaringan saraf yang mengatur pernafasan, detak jantung dan
tekanan darah, ini juga memegang peranan penting dalam mengelola kesiagaan
[dalam membangkitkan kemampuan bagi kesadaran, misalnya].
Kerusakan pada bagian-bagian yang penting, walaupun kecil, dapat
membuat seseorang berada dalam keadaan pingsan sepanjang waktu
(permanent coma). Otak-pokok ini mempunyai peranan yang sangat
penting atas bekerjanya otak besar dan otak kecil. Hampir semua pencerapan
inderawi berjalan melintasi otak-pokok ini. Demikian pula perintah
pergerakan serta percakapan, juga dikirimkan melaluinya. Tak berfungsinya
otak-pokok berarti tidak adanya kegiatan-kegiatan bermakna pada
bagian otak besar; tak ada ingatan, perasaan dan pemikiran; tak ada interaksi
sosial terhadap keadaan lingkungan.
Selama beberapa dasawarsa belakangan ini, memang tidak ada
gugatan yang bernilai atas definisi kematian yang didasarkan pada kerusakan
atau kematian pada bagian otak. Namun, ini bukanlah berarti bahwa
inilah definisi kematian ‘yang sesungguhnya’ dan akan dipakai untuk
selamanya. Ilmu pengetahuan serta teknologi medis di masa depan
mungkin mampu menggantikan fungsi kerja otak –apakah dengan mempergunakan
peralatan mekanis/elektrik, melalui pembiakan jaringan otak
(brain tissue) ataupun melalui pengarasan (clonning). Dengan begitu, kerusakan
pada bagian otak tidaklah berarti maut atau kematian. Pada
waktu itulah, suatu definisi yang baru atas kematian perlu dirumuskan
lagi.

__________________
TIADA SEGALA SESUATU YANG KEKAL DAN ABADI DI DUNIA INI,,,KARNA SEGALA SESUATU TERSEBUT MENGALAMI PERUBAHAN,,,YANG KEKAL DAN ABADI HANYALAH PERUBAHAN TERSEBUT

Senin, 27 Desember 2010

derainbownya icil

D E R A I N B O W

gue merasa hidup gue udah sempurna, dari harta yg berlimpah, nyokap bokap yg menuruti apapun yg gue mau , sahabat yang ada disaat gue butuh dan apapun itu !!Tapi,ada satu hal yg buat hidup gua gg terasa sempurna , apa itu ??

CINTA ,, yaa cinta'cerita alvin pada buku hariannya (dibuku itu bukan hanya cerita ia tapii .. juga temen temen dekatnya seperti rio , lintar , ozy , dan deva ! . Sekarang buku curhatnya ada di dia )

P A G I hari

pagi vin !! bangun, udah siang !!

lo gg sekolah ??'seru rio

tau udah kesiangan ni ! cepet bangun !!'seru ozy

*alvin pun terbangun*

eh !! , kalian udah dateng?'tanya alvin

udahlah lo gg liat ada cowo seManis gue disini ??'tanya ozy

ozy , menurut analisa gue orang yg suka banggain dirinya itu gg sesuai dengan kenyataan namanya FITNAH !!'seru rio

stststst, berisik kalian gg tau orang baru bangun!!'seru alvin kesal

tau ni rio pagi pagi udah pidato :P'ejek ozy

bodo! udah mandi sono vin !!

si deva ama si lintar udah lama nunggu lo dimeja makan !!'seru rio

ieee bawell :P !'tekas alvin

(dan meninggalkan mereka dan mandi)

-diruang makan-

lama banget si kodok !'seru lintar

tau huh sampe bedak gua luntur'seru deva

(lima tahun kemudian [?])

akhirnya dateng juga lo!'seru lintar

ia dong , cepet kan ?'tanya alvin

cepet ?, pala lo bejidad (?)'jawab deva

ude jangan berantem !!'seru rio

ayo kita mampus , eh capcus !!'ajak ozy

**dijalan menuju sekolah**

eh,vin 2minggu lagi kan ultah ??'seru deva

oiaa bener tuh vin , ultah lo ke 17 tahun pula !!'ozy menambahkan

lo gg ada keinginan punya cewe vin ??'tanya lintar

yaa vin cewe disekolah ini juga cantik cantik kok !! , aduh gua aje udah jadian sama acha acha (dari india kali achacha:P)!!'seru ozy

huhh !! dasar oji menurut buku yg gue baca bener tuh vin :P !!'kata rio

ia , gue mau banged punya cewe tapi apa bisa ?? kalian tau kan apa panggilan gue MR.Bosi (Bikin emOSi) , apalagi cewe yg gue taksir sivia !!'jelas alvin

tenang ae vin kita ini kan sahabat lo !! , kita bakal bantu lo kok jadian sama sivia'seru deva

iaa vin tulbetulbetul !!!'seru lintar (sambil mengikuti gaya upil ipil [?])

makasi ye semua lo semua emang sahabat gue :)'kata alvin

** bel masuk **

aghk .. !!'seru alvin kencang

why vin ??'tanya ozy

ggpapa ko zy ..

cuma pusing dikit 'jawab alvin

oh begitu ??

emang iyaa ??

masa si ??'kata lintar

ehh bawel ..'seru rio

lo gg mau ijin pulang aja vin ?? , muka lo pucet tuh 'seru ozy

ggpapa kok gue kuat kok !!'seru alvin

okelah'seru lintar

TAPI ...

brukkkkkkk

alvin terjatuh dari bangkunya dan pingsan

devaa .. lintar .. rio .. 'teriak ozy

kanapa zy ??'tanya rio cemas

alvin pingsan'seru ozy

bawa kerumah sakit yaa ' seru deva

iaa , deva .. lo ajak sivia yaa !!'seru lintar

** kelas SIVIA **

via, lo mau gg anterin gue ke rumah sakit ??'tanya deva

emang siapa yang sakit yoo ??'tanya via

alvin , sahabat gue tau gg ??'jawab deva

si alvin pemain basket !! 'tanya sivia

iyaa'seru deva

haa ?? cowo yang gue taksir itu si Alvin ketua basket kan ??'seru sivia

iyaa , lo naksir dia ?? Alvin juga naksir lo vi !!'seru deva

yaudah ayoo kita ke RS DOLAR'ajak sivia

ok!!'seru deva

** rumah sakit @ ruang dokter **

dok ?? , alvin kenapa ?? ' tanya ozy

iyaa dok alvin kenapa ??'tanya lintar panik

alvin .. terserang penyakit leokimia stadium akhir 'jelas dokter

dok !! , bukannya leo kimia itu penyakit yg mematikan ?? , apa mungkin bisa disembuhkan ??'tanya rio

iyaa , alvin bisa sembuh Tapi ,,

harus ada semangat dan dukungan dari kalian walaupun kesembuhan itu sangat kecil!!'seru dokter ray

ozy .. tar , yo !! , giman akeadaan alvin ??'tanya deva

dia kena penyakit leokomia stadium akhir'jawab lintar

APPA !!'seru sivia

dia ,, harus terus dapet dukungan dari kita :('seru rio

gue mau liat alvin !!'seru via

*diruang UGD*

deva, ozy , lintar , rio !!'panggil alvin

iyaa vin , kita disini !! 'kata deva

iyaa disini juga ada sivia 'seru rio

kalian udah tau sekarang penyakit gue ??'tanya alvin

iaa , kenapa si vin ?? lo gg kasih tau penyakit lo ke kita ??'tanya lintar

semua gue lakuin karna gue gg mau kalian sedih dan repot ngurusin gue !!'jawab alvin

vin !! , kita ini sahabat lo !! dan sivia juga sayang sama lo !!'seru deva

aduh deva !! , jangan ngomel gitu !! kasian alvin, dia butuh dukungan kita !!'seru sivia

iyaa vin maafin gue yaa'seru deva

iya'seru alvin

*akhirnya mereka menerima keadaan alvin dan selalu ada disamping alvin*

dua minggu kemudian

keadaan alvin membaik , apalagi hubungan alvin dan sivia semakin dekat .

dan hari itu adalah hari ulang tahun Alvin !!

Heppy Birthday vin !!'seru mereka semua dan juga sivia (mereka telah menyiapi semua di taman yg ditutupi payung karena hujan)

makasi yaa semua !! , aku sayang kalian !! , dan kamu sivia .. aku juga sayang kamu !!'seru alvin

iyya vin , aku juga cinta kamu !!'seru sivia

iyaa , tementemen ,, dan kamu vi !!'panggil alvin

apa ??'seru mereka

boleh gg sehabis ujan ini aku liat pelangi dengan kalian semua , karna aku mau liat pandangan indah pelangi yg memancarkan keindahan warna??'tanya alvin

bole kok vin !'jawab sivia

iaa , makasi yaa sivia :)'seru alvin

Pelangi itu begitu indah

Diselimuti awan gelap yg mulai bersinar

aku mau deh jadi pelangi !!'kata alvin

iyaa , kamu selalu jadi pelangi dihati ku!!'seru sivia (sambil memegang tangan alvin)

temen temen aku sayang banget sama kalian , boleh gg kali ini aku peluk kalian sekali ajaa ??'tanya alvin

boleh dengan sangad vin'seru deva

iya gppa mumpung gg ada ify !!'seru rio

yo ,, gg ada hubungannya !!'seru lintar

tau lo , huu sorakin rio huu !'seru ozy

(serius napa)

yaudah berpelukan 'seru lintar

vin , aku boleh ikutan ??'seru sivia

iaa boleh sini aku peluk 'seru alvin

>.<

mereka pun berpelukan tanpa disadari disaat pelukan itu alvin yang mereka sayangi telah pergi meninggalkan mereka semua untuk selamanyaa..

alvin !!!!'seru sivia

vin ???'tanya ozy

vin , vin , vin ?? Lo kenapa ??'tanya lintar

(tak ada jawaban dari alvin)

panggil dokter yo !!'suruh deva

iyaa iyaa !!'tekas rio dan pergi memanggil dokter ray

** dokter ray pun datang dan dokter ray menjelaskan ... **

alvin udah pergi !!'seru dokter ray

gg mungkin dok !! gg mungkin !!'seru lintar,ozy,deva,rio tak percaya

gg .. alvin masih hidup dok !!'seru sivia

kalian harus percaya , alvin udah pergi ninggalin kalian .. kalian gg boleh egois, alvin juga kasian kalo terus tersiksa dengan penyakitnya ini!!'kata dokter ray

semua terdiam ..

dan semua percaya bahwa sekarang sahabat yg mereka sayangi dan cintai kini telah pergi untuk selamanyaa..

*** kuburan alvin ***

gue gg mau alvin hanya menjadi kenangan gue , gue mau sesuatu yg dia ingini tercapai !!'seru deva

iaa , keinginan dia kan hanya ingin jadi pelangi dikehidupan kita !!'seru lintar

iyaa , gue juga tau itu !!'seru ozy

keinginan dia kan cuma satu ..

dia hanya ingin menjadi pelangi dalam kehidupan kita yg selalu menerangi disaat hujan reda!!'seru rio

gimana kalo kita buat geng dengan nama ..

D E R A I B O W ??'kata sivia

oke gue setuju !!'seru ozy

oke gue juga setuju'seru deva , lintar

iaa , jadi kita semua setuju !!'seru rio

iyaa kita harus setuju agar kita semua selalu ingat alvin'seru sivia

dan ..

kini DERAINBOW , dan ALVIN akan selalu ada didalam hati dan kenangan mereka semua , karena mereka adalah ..

D E R A I N B O W !!

rindukan dirimu

Siang itu mendung tebal menyelimuti langit. Sepertinya hujan deras akan turun sebentar lagi. Di dalam kamar mulai kurasakan hawa dingin, mulai kudengar gemercik air. Sial, hujan deras itu benar-benar datang. Itu berarti aku harus tetap di rumah, aku tidak bisa bermain keluar rumah. Tidak bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baikku. Itu sangat membosankan.

Di sini aku tinggal bersama nenekku. Aku juga mempunyai dua sahabat baik. Mereka bernama bernama Rio dan Ray. Aku selalu bermain dengan mereka berdua. Bahkan kalo di sekolah banyak yang bilang dimana ada aku pasti ada Rio dan Ray, begitu sebaliknya.

Di depan jendela kamar aku hanya duduk memandangi hujan yang turun dan menari-nari begitu saja tanpa merasa bersalah. Semua benda basah terkena air hujan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan nenek memanggilku dari lantai bawah.

“Alvin…” Teriak nenek.

“Iya Nek..” Jawabku langsung berlari ke bawah.

“Minggu depan kamu harus sudah siap berangkat ke Malang.” Kata nenek sesampainya aku di bawah.

“Nenek… Alvin gak mau ninggalin kota Jakarta ini. Alvin gak mau ninggalin sahabat-sahabat Alvin.” Tolakku. Hujan di luar bukannya semakin reda, tetapi tambah deras.

“Alvin.. nenek tau, kamu sayang banget sama Rio sama Ray. Tapi kamu juga harus pindah ke Malang. Kamu harus menemui kedua orang tuamu di sana. Besok kalau kamu udah besar, nenek janji Alvin boleh banget balik ke Jakarta lagi.” Paksa nenekku. Aku tak menghiraukan kata-kata nenek tadi. Tanpa menjawabnya, aku langsung berlari keluar rumah.

Hujan yang semakin deras itu tak menghalangiku untuk berlari ke bangku sebuah taman. Dingin menusuk tulangku, tapi itu tak kurasakan. Aku duduk di bangku taman tempat aku, Rio dan Ray sering bermain. Aku menangis di sana.

Tuhan. Aku belum siap ninggalin kota ini. Aku belum mau meninggalkan sahabat-sahabatku. Dan mungkin aku gak akan mau ninggalin sahabat-sahabatku itu. Sebuah kaleng pun menjadi korban kemarahanku. Aku duduk di taman yang sangat sepi itu. Tak ada seorangpun yang datang ke taman itu.

“Jangan nangis Alvin. Kamu cowo. Kamu gak boleh nangis.” Kataku sendiri sambil menghapus air mataku.

Lama aku duduk menangis di taman itu. Hujan masih terus mengguyurku dan bumi gersang ini. Aku pun beranjak dari tempat dudukku. Aku mulai berjalan menyusuri taman itu. Aku berjalan menuju rumah Rio. Rumah Rio lah yang paling dekat dengan taman dibanding rumahku dan rumah Ray. Pusing yang sangat mulai kurasakan. Wajahku pun mulai memucat. Ku percepat langkah kaki ini. Jarak menuju rumah Rio masih sedikit lagi. Ayo Alvin kamu kuat.

Sesampainya di rumah Rio. Ku ketuk pintu rumah yang sangat besar itu. Dengan harapan cepat ada yang membuka pintu itu.

“Ya Tuhaan.. Alvin. Kamu ngapain hujan-hujan. Ayo masuk.” Kata Rio yang baru saja membukakan pintu. “Kamu sekarang ganti baju dulu. Pakai baju ku terserah yang mana. Terus nanti aku buatin minuman anget.” Sambungnya, muka Rio terlihat sangat khawatir.

Aku hanya duduk di ruang tamu rumah Rio dengan handuk kecil yang terkalung di leherku. Rasanya dingin sekali hari ini. Kepalaku semakin pusing. Tanpa ku sadari Rio telah membawakan segelas minuman hangat dan satu set baju untukku. Dia memang baik sekali.

“Yo,” panggilku lemah. Rio pun menoleh ke arahku. “Thanks ya Yo. Kamu baik banget,” kataku lagi. Kalau begini baiknya sahabat-sahabatku ini, mungkin aku tidak akan pernah tega mengucap kata pamit ke mereka.

Setelah minuman hangat itu ku habiskan dan baju itu aku pakai. Aku disuruh istirahat di kamar Rio.

Selama seminggu setelah kejadian itu. Aku, Rio, dan Ray selalu bermain bersama. Aku ingin menghabiskan waktu-waktu terakhirku di kota ini bersama dengan sahabat-sahabatku itu. Hari ini aku berangkat ke Jogja, tetapi aku belum berpamitan dengan sahabat-sahabatku.

Untuk terakhir kalinya aku mendatangi taman tempat kami bertiga biasa bermain. Dengan harapan di hari Minggu yang cerah ini Rio dan Ray sedang bermain di sana. Dan aku bisa berpamitan dengan mereka. Semoga janji nenek itu benar. Aku bisa kembali ke sini kalau aku sudah besar nanti.

Di taman, terlihat Rio akan memberi surat kepada seorang perempuan. Surat itu aku rebut dan ku baca keras-keras. Rio terlihat sangat marah dan pergi meninggalkanku. Memang aku salah, Ray juga ikut pergi meninggalkanku. Itu artinya aku tidak bisa berpamitan dengan kedua orang yang selalu menghiburku. Aku pun pergi meninggalkan taman dan langsung menaiki mobil yang akan membawaku pergi ke Malang.

Saat mobilku melaju meninggalkan rumahku. Aku melihat Rio berlarian mengejar mobilku. Sepertinya dia mengatakan sesuatu. Tapi aku juga tak bisa menghentikan mobil yang melaju sangat cepat ini. Maafkan aku sahabatku.

Sesampainya di Malang, aku tak akan melupakan kedua sahabat sejatiku itu. Di sana aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan dua orang kakak perempuanku. Tapi rasanya tetap saja sepi, tak ada sahabat yang menemaniku. Orangtuaku sibuk bekerja, kakak-kakakku sibuk dengan urusan masing-masing.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang aku sudah berumur 18 tahun. Kata nenek, aku sudah boleh pergi ke Jakarta menemui sahabat-sahabatku. Rasanya sungguh bahagia hatiku saat itu. Setelah nenek memperbolehkanku, aku langsung meminta izin kepada orangtuaku dan kepada kakak-kakakku. Mereka juga mengizinkanku pergi ke Jakarta. Dan mereka juga mengizinkanku tinggal di rumah nenek yang di Jakarta. Lengkap sudah kebahagiaanku hari ini.

Aku langsung mengemasi barang-barangku. Semua sudah masuk ke dalam koper besar. Aku ke Jakarta dengan menggunakan mobil, tanpa di temani siapapun.

Setelah satu hari satu malam di dalam mobil. Akhirnya aku sampai di depan rumah nenek. Rumah itu masih terawat. Entah siapa yang merawatnya. Aku langsung masuk dan beres-beres di dalam rumah. Selesai berberes-beres dan membersihkan badan aku berniat akan pergi ke taman tempat dulu aku, Rio, dan Ray sering bermain.

Baru keluar dari pagar rumah. Ada seseorang menepuk bahuku dan memanggil namaku. Aku langsung menoleh. Sepertinya aku kenal wajah-wajah dua orang yang sekarang ada di hadapanku ini.

“Vin, kamu masih inget aku kan? Masak kamu lupa?” kata salah seorang dari mereka.

“Kalian siapa? Kalian kenal aku?” kataku masih berfikir. “Ya ampun. Kalian Rio sama Ray kan?” sambungku saat aku sudah mengingatnya.

“Bener banget. Kamu kemana aja? Kok kamu ngilang tanpa ada kabar?” tanya Ray yang tidak meninggalkan ciri khasnya. Rambut gondrong.

“Maafin aku ya. Aku gak pamitan dulu sama kalian. Waktu itu aku mau pamitan, tapi Rio marah sama aku. Ya udah, aku gak jadi pamit sama kalian,” kataku sambil memeluk kedua sahabat-sahabat terbaikku itu.

“Kamu gak salah kok. Aku yang salah waktu itu pakai acara marah-marah segala. Sekarang senyum donk Alvin yang murah senyum itu mana?” kata Rio menyalahkan dirinya dan mencoba menghiburku. Rio masih sama seperti dahulu, dia masih tetap menjadi anak yang paling rapi pakaiannya diantara kita bertiga.

“Udah, di sini gak ada yang salah. Kita sekarang ke taman yuk. Main-main kayak dulu lagi.” Ucap Ray menengahi.

Mulai saat itu aku bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatku. Ternyata benar kata orang-orang bahwa semua akan indah pada waktunya.

Siang itu mendung tebal menyelimuti langit. Sepertinya hujan deras akan turun sebentar lagi. Di dalam kamar mulai kurasakan hawa dingin, mulai kudengar gemercik air. Sial, hujan deras itu benar-benar datang. Itu berarti aku harus tetap di rumah, aku tidak bisa bermain keluar rumah. Tidak bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baikku. Itu sangat membosankan.

Di sini aku tinggal bersama nenekku. Aku juga mempunyai dua sahabat baik. Mereka bernama bernama Rio dan Ray. Aku selalu bermain dengan mereka berdua. Bahkan kalo di sekolah banyak yang bilang dimana ada aku pasti ada Rio dan Ray, begitu sebaliknya.

Di depan jendela kamar aku hanya duduk memandangi hujan yang turun dan menari-nari begitu saja tanpa merasa bersalah. Semua benda basah terkena air hujan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan nenek memanggilku dari lantai bawah.

“Alvin…” Teriak nenek.

“Iya Nek..” Jawabku langsung berlari ke bawah.

“Minggu depan kamu harus sudah siap berangkat ke Malang.” Kata nenek sesampainya aku di bawah.

“Nenek… Alvin gak mau ninggalin kota Jakarta ini. Alvin gak mau ninggalin sahabat-sahabat Alvin.” Tolakku. Hujan di luar bukannya semakin reda, tetapi tambah deras.

“Alvin.. nenek tau, kamu sayang banget sama Rio sama Ray. Tapi kamu juga harus pindah ke Malang. Kamu harus menemui kedua orang tuamu di sana. Besok kalau kamu udah besar, nenek janji Alvin boleh banget balik ke Jakarta lagi.” Paksa nenekku. Aku tak menghiraukan kata-kata nenek tadi. Tanpa menjawabnya, aku langsung berlari keluar rumah.

Hujan yang semakin deras itu tak menghalangiku untuk berlari ke bangku sebuah taman. Dingin menusuk tulangku, tapi itu tak kurasakan. Aku duduk di bangku taman tempat aku, Rio dan Ray sering bermain. Aku menangis di sana.

Tuhan. Aku belum siap ninggalin kota ini. Aku belum mau meninggalkan sahabat-sahabatku. Dan mungkin aku gak akan mau ninggalin sahabat-sahabatku itu. Sebuah kaleng pun menjadi korban kemarahanku. Aku duduk di taman yang sangat sepi itu. Tak ada seorangpun yang datang ke taman itu.

“Jangan nangis Alvin. Kamu cowo. Kamu gak boleh nangis.” Kataku sendiri sambil menghapus air mataku.

Lama aku duduk menangis di taman itu. Hujan masih terus mengguyurku dan bumi gersang ini. Aku pun beranjak dari tempat dudukku. Aku mulai berjalan menyusuri taman itu. Aku berjalan menuju rumah Rio. Rumah Rio lah yang paling dekat dengan taman dibanding rumahku dan rumah Ray. Pusing yang sangat mulai kurasakan. Wajahku pun mulai memucat. Ku percepat langkah kaki ini. Jarak menuju rumah Rio masih sedikit lagi. Ayo Alvin kamu kuat.

Sesampainya di rumah Rio. Ku ketuk pintu rumah yang sangat besar itu. Dengan harapan cepat ada yang membuka pintu itu.

“Ya Tuhaan.. Alvin. Kamu ngapain hujan-hujan. Ayo masuk.” Kata Rio yang baru saja membukakan pintu. “Kamu sekarang ganti baju dulu. Pakai baju ku terserah yang mana. Terus nanti aku buatin minuman anget.” Sambungnya, muka Rio terlihat sangat khawatir.

Aku hanya duduk di ruang tamu rumah Rio dengan handuk kecil yang terkalung di leherku. Rasanya dingin sekali hari ini. Kepalaku semakin pusing. Tanpa ku sadari Rio telah membawakan segelas minuman hangat dan satu set baju untukku. Dia memang baik sekali.

“Yo,” panggilku lemah. Rio pun menoleh ke arahku. “Thanks ya Yo. Kamu baik banget,” kataku lagi. Kalau begini baiknya sahabat-sahabatku ini, mungkin aku tidak akan pernah tega mengucap kata pamit ke mereka.

Setelah minuman hangat itu ku habiskan dan baju itu aku pakai. Aku disuruh istirahat di kamar Rio.

Selama seminggu setelah kejadian itu. Aku, Rio, dan Ray selalu bermain bersama. Aku ingin menghabiskan waktu-waktu terakhirku di kota ini bersama dengan sahabat-sahabatku itu. Hari ini aku berangkat ke Jogja, tetapi aku belum berpamitan dengan sahabat-sahabatku.

Untuk terakhir kalinya aku mendatangi taman tempat kami bertiga biasa bermain. Dengan harapan di hari Minggu yang cerah ini Rio dan Ray sedang bermain di sana. Dan aku bisa berpamitan dengan mereka. Semoga janji nenek itu benar. Aku bisa kembali ke sini kalau aku sudah besar nanti.

Di taman, terlihat Rio akan memberi surat kepada seorang perempuan. Surat itu aku rebut dan ku baca keras-keras. Rio terlihat sangat marah dan pergi meninggalkanku. Memang aku salah, Ray juga ikut pergi meninggalkanku. Itu artinya aku tidak bisa berpamitan dengan kedua orang yang selalu menghiburku. Aku pun pergi meninggalkan taman dan langsung menaiki mobil yang akan membawaku pergi ke Malang.

Saat mobilku melaju meninggalkan rumahku. Aku melihat Rio berlarian mengejar mobilku. Sepertinya dia mengatakan sesuatu. Tapi aku juga tak bisa menghentikan mobil yang melaju sangat cepat ini. Maafkan aku sahabatku.

Sesampainya di Malang, aku tak akan melupakan kedua sahabat sejatiku itu. Di sana aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan dua orang kakak perempuanku. Tapi rasanya tetap saja sepi, tak ada sahabat yang menemaniku. Orangtuaku sibuk bekerja, kakak-kakakku sibuk dengan urusan masing-masing.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang aku sudah berumur 18 tahun. Kata nenek, aku sudah boleh pergi ke Jakarta menemui sahabat-sahabatku. Rasanya sungguh bahagia hatiku saat itu. Setelah nenek memperbolehkanku, aku langsung meminta izin kepada orangtuaku dan kepada kakak-kakakku. Mereka juga mengizinkanku pergi ke Jakarta. Dan mereka juga mengizinkanku tinggal di rumah nenek yang di Jakarta. Lengkap sudah kebahagiaanku hari ini.

Aku langsung mengemasi barang-barangku. Semua sudah masuk ke dalam koper besar. Aku ke Jakarta dengan menggunakan mobil, tanpa di temani siapapun.

Setelah satu hari satu malam di dalam mobil. Akhirnya aku sampai di depan rumah nenek. Rumah itu masih terawat. Entah siapa yang merawatnya. Aku langsung masuk dan beres-beres di dalam rumah. Selesai berberes-beres dan membersihkan badan aku berniat akan pergi ke taman tempat dulu aku, Rio, dan Ray sering bermain.

Baru keluar dari pagar rumah. Ada seseorang menepuk bahuku dan memanggil namaku. Aku langsung menoleh. Sepertinya aku kenal wajah-wajah dua orang yang sekarang ada di hadapanku ini.

“Vin, kamu masih inget aku kan? Masak kamu lupa?” kata salah seorang dari mereka.

“Kalian siapa? Kalian kenal aku?” kataku masih berfikir. “Ya ampun. Kalian Rio sama Ray kan?” sambungku saat aku sudah mengingatnya.

“Bener banget. Kamu kemana aja? Kok kamu ngilang tanpa ada kabar?” tanya Ray yang tidak meninggalkan ciri khasnya. Rambut gondrong.

“Maafin aku ya. Aku gak pamitan dulu sama kalian. Waktu itu aku mau pamitan, tapi Rio marah sama aku. Ya udah, aku gak jadi pamit sama kalian,” kataku sambil memeluk kedua sahabat-sahabat terbaikku itu.

“Kamu gak salah kok. Aku yang salah waktu itu pakai acara marah-marah segala. Sekarang senyum donk Alvin yang murah senyum itu mana?” kata Rio menyalahkan dirinya dan mencoba menghiburku. Rio masih sama seperti dahulu, dia masih tetap menjadi anak yang paling rapi pakaiannya diantara kita bertiga.

“Udah, di sini gak ada yang salah. Kita sekarang ke taman yuk. Main-main kayak dulu lagi.” Ucap Ray menengahi.

Mulai saat itu aku bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatku. Ternyata benar kata orang-orang bahwa semua akan indah pada waktunya.