hello saya kembali lagi menulis sebuah cerpen yang saya jamin ga jelas.(tiap bikin cerpen juga ga jelas tauu!!!!) tapi karena tanggung udah di tulis sampe 18 halaman, yaudaahhh saya lanjutin aja. pada baca yah. kalo ga baca ya gapapa sih. wkwkwkwk.
Hope You Like It !!
*****************
Maaf, gue cinta sama lo.
Pagi yang cerah, membuat orang-orang di kompleks ‘Orchid’ melakukan aktifitas mereka seperti biasanya. Hari ini hari minggu, hari dimana orang-orang memilih untuk bangun lebih siang daripada hari-hari biasanya. Tak terkecuali Ify.
Gadis bernama lengkap Alyssa Saufika Umari yang terkenal sebagai seorang pianist muda di Art International School, sekolah tempatnya menuntut ilmu. Gadis berbehel ini selain pandai memainkan jari-jarinya di atas tuts piano juga pandai bernyanyi. Waktu SMP, dia pernah berkiprah di dunia tarik suara dan menghasilkan dua buah album. Namanya langsung melambung, apalagi kebolehannya bermain piano.
Selain sebagai penyanyi dan pianist, dia juga terkenal sebagai model. Wajahnya sering mampir di majalah remaja. Tapi ia meninggalkan kesuksesannya itu karena ingin lebih focus mengejar cita-citanya yang sebenarnya menjadi seorang dokter.
Ify yang baru berumur 18 tahun itu kini masih menutupi dirinya dengan selimut terbal bergambar doraemon. Sinar matahari yang menembus dari ventilasi kamar ify pun tak membuat gadis berdagu tirus ini terganggu. Toh, ini hari minggu. Fikirnya.
Tok tok tok
Terdengar ketukan pelan dari luar pintu kamar ify. Karena ify yang tak menyahut, akhirnya seorang laki-laki bertubuh jakung yang mukanya tak beda jauh dari ify masuk ke dalam kamar.
Pelan-pelan dia duduk di atas kasur ify dan menggoyahkan tubuh ify pelan, “Fy, bangun Fy. Sampe kapan lo tidur mulu? Udah jam 9 nih.”
Ify melengos dan melanjutkan tidurnya. Laki-laki berkacamata hitam tadi juga tak beranjak dari posisinya. “Woy, lo lupa ada janji sama Agni?”
Ify membuka matanya. Cepat. Mungkin kaget. “Astaga gue lupa! Ampun deh..” pekik Ify sambil beranjak dari tidurnya dan membuka lebar-lebar jendela kamarnya.
“dasar, udah gede masiiih aja kaya anak kecil.” Cibir Riko, kakak Ify.
“ngaca kak, lo juga masih kaya anak kecil kali. Umur mau masuk kepala dua, tapi film favorit nya aja masih Shinchan. Huuuu,” ejek Ify sambil menjulurkan lidahnya.
“beeh, buka aib gue aja lo. Udah sana, ntar gue juga mau keluar. Sekalian bareng sama lo gituuu,”
“ohh, yaudah. Gue mau mandi dulu. Pergi sono. Hus hus,” usir ify sambil terkekeh.
Riko berlalu dari kamar ify sesaat setelah berhasil mendaratkan guling ke wajah ify.
*
Berbeda dengan laki-laki jakung yang satu ini. Sejak jam 6 pagi tadi dia sudah berada di taman ini. sekedar berjogging-jogging ria dan menikmati hawa sejuk di taman kompleks ini.
Namanya Mario, Mario Stevano Aditya Haling. Seorang laki-laki berkulit sedikit gelap dan berkacamata tanpa frame yang biasa di panggil Rio ini memang hobby berolah raga. Dia seorang pemain basket terkenal di sekolahnya, Art International School. Seorang pelajar kelas XII yang namanya sudah malang melintang di dunia entertainment.
Selain pemain basket, dia juga seorang penyanyi dan actor. Beberapa belas FTV pernah ia bintangi. Bahkan bermain dengan actor senior pun pernah ia jalani. Dia sangat ramah pada siapa saja. Dengan sebuah komuniti yang selalu mensupportnya, RiSE, dia akan terus berkiprah di dunia entertainment.
Dia penyanyi, sudah mengeluarkan 2 album. Salah satu hits nya yang paling terkenal adalah Rindukan Dirimu. Hanya dalam kurun waktu seminggu, lagu itu menjadi TOP HITS RBT salah satu provider. Dia juga pandai bermain gitar.
Rio tengah duduk di sebuah bangku taman. Seorang gadis kecil menghampiri Rio yang duduk sendiri disitu.
“kakak, kakak penyanyi itu yah? Kak Rio?” Tanya nya sambil mendekati Rio.
Rio menoleh ke arahnya sebentar, lalu tersenyum manis kea rah gadis itu. “iya, dek. Kok kamu tau?” Tanya Rio balik.
“tau dong kak, aku kan RiSE. RiSE sejati tau nggak. Hehe. Kak, boleh minta foto bareng nggak?”
Rio mengangguk kecil, “boleh dek.”
Anak kecil itu pun mengambil handphone dari balik saku jaketnya. Dan memasang gaya di samping Rio.
Ckrek.
“makasih ya kak,” gumam anak kecil tersebut.
“iya, dek. Nama kamu siapa?”
“Acha, kak. Acha balik dulu ya kak. Jangan lupain acha ya hehe. Okee.” Acha berdiri dari duduknya dan mulai berjalan kedepan.
Rio tersenyum (lagi). “Oke Acha, sampe ketemu lagi yaaa,”
Acha menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya. Rio hanya tersenyum sendiri sambil geleng-geleng kepala, “ada-ada aja.”
‘hidup ini hidup yang penuh bahagia
Tetap semangat dan jangan putus asa’
Ringtone sms Rio berbunyi. Rio merogoh handphone-nya dan menekan tombol hijau di handphonenya.
“ya, hallo?”
“oh, iya Ag. Gue kesana, sip. Bye.”
Klik.
Rio memutus sambungan telefon dan berlari-lari kecil meninggalkan taman trsebut.
*
“lo di jemput jam berapa?” ujar Riko sambil menginjak pedal rem mobilnya.
“ga tau kak, liat nanti aja. Yaudah ify keluar ya. Ati-ati kaaaak, selamat berkencan dengan kak Shilla,” ujar ify sambil membuka pintu mobil Riko.
Riko hanya tersenyum. Lalu kembali menginjakkan gas mobinya dan beranjak dari café tempat ia menurunkan ify.
*
Dengan senyum mengembang, ify menghampiri kawan lamanya, Agni. Agni Tri Nubuwati. Seorang sutradara muda, seangkatan dengannya di sekolah. Namun perbedaan kelas dan jurusan yang membuat kedua orang tersebut jarang berkomunikasi.
“agniiiiiii…!!” pekik ify girang saat melihat sobatnya dari awal masuk SMA ini tengah duduk ditemani secangkir vanilla latte.
“ify!” agni bangkit dari duduknya dan memeluk ify.
“agniiiii apa kabar lo? Huaaaa lo sibuk banget sih, ngalah-ngalahin artis aja lo hehe,” ify terkekeh dan melepas pelukan agni. Lalu dia dan agni sama-sama duduk di kursi tersebut.
“gue baik, Fy. Hehhe, iya gue sibuk sama tugas gue nih. Belepotan. Gue butuh bantuan lo,” ujar agni serius.
“apaan ag?”
“gue mau, lo main di film pendek gue, ya. Gue ada tugas bikin film pendek gitu. Mau gue ikut sertain di LA LIGHTS INDIE MOVIE juga sih. Lo bisa kan bantuin gue?”
Ify tersenyum, “apasih yang gak buat lo, ag. Ahaha. Kapan mulai mainnya?”
“beneran? Huaaa ify baik banget deh, hahaha. Mainnya tuh liburan besok. Jadi sebulan kita full shooting.” Jelas agni bersemangat.
“gue doang yang main?”
Agni menggeleng, “ada lawan main lo kok. Anak SMA kita juga kali. Namanya—.”
“ag, sorry gue telat!” ujar seorang laki-laki berkacamata tanpa frame, berjaket hitam di padu dengan kaos warna putih dan celana jeans hitam. Tak lupa sepatu sneakers warna putih.
Ify menganga sedikit melihat laki-laki di depannya ini. Keren banget. Batinnya.
“iya, gapapa kok. Duduk, io.” Ujar agni sambil menepuk-nepuk tangannya di tempat duduk tepat di sebelahnya.
Rio pun duduk di sebelah agni dan melepas jaketnya. “ada apaan ag?”
Ify terbangun dari lamunannya ketika agni sengaja menyenggolnya. “kenalin dulu, ini Ify. Fy, ini Rio. Temen gue. Itu loh, artis baru hehe.” Ujar agni sambil terkekeh.
“apaan sih lo Ag. Engga ah. Hey, gue Rio, lo Ify pianist itu?” Tanya Rio pada ify.
Ify mengangguk, oh jadi init oh penyanyi baru yang namanya di puja-puja para cewek? Pantes aja, cakep banget. Batin ify. “iya, hehe. Salam kenal.” Ujar ify sambil tersenyum.
“sekarang, karena udah pada ngumpul gue langsung aja yah. Kalian berdua bakalan gue rekrut buat main di film pendek yang berdurasi 1 setengah jam puny ague. Disitu, kalian jadi pasangan gitu. Nah, shooting di mulai tanggal 12, selama sebulan mungkin kalian bakalan shooting. Yaaa lumayan kan, liburan, ngisi waktu kosong.”
“dan gue ga mau tau, buat Rio, lo harus kosongin semua jadwal lo selama liburan besok!” lanjut agni.
“buset, jahat amat. Iya iya, buat sobat kecil gue, gue turutin deh.”
“asik, kalian berdua emang sohib gue banget deh haha. Yaudah, gue balik dulu, kalian kenalan dulu disini, cari chemistry, kali aja dapet hihi, gue mau nyamperin kakak gue dulu. Bubyeeee.” Agni menyambar tas tangannya lalu beranjak dari café tersebut. Tinggal lah Rio dan Ify berdua disana.
“hmmm… mau kemana lagi abis ini, Fy?” Tanya Rio ditengah keheningan yang mereka ciptakan.
“ngga tau, nih. Ga ada rencana mau kemana.” Jawab Ify seadanya.
“gimana kalo ke mall deket sini aja? Nyari foodcourt?”
“ah, bisa-bisa gue disorot kamera lagi, jalan ama penyanyi terkenal kaya lo. Haha.”
Rio terkekeh pelan. “apaan sih lo. Ya gak lah, haha. Ntar kita bilang ke wartawan kalo lo temen maen gue di film garapannya Agni.”
“hoho, yaudah, yuk.”
Mereka berdua beranjak dari café tersebut.
*
Mereka berdua sampai di sebuah foodcourt. Rio dan Ify duduk bersebelahan. Mereka terlihat sangat akrab walau baru 1 jam yang lalu mereka berkenalan. Ify nyaman bicara dengan Rio, begitupun sebaliknya.
“ohh, jadi lo anak musikk yah? Pantes gue ga pernah liat lo disekolah. Anak lantai 2 ternyata.” Ujar Ify sambil manggut-manggut.
“yap, dan gue juga ga pernah liat lo. Lo anak teater sih, gue mah ga sempet ke lantai 3. Hehe.” Rio nyengir sambil meminum jus anggur yang baru di pesannya.
“gaya, sok sibuk. Hahaha.”
Tak lama kemudian, beberapa wartawan menghampiri mereka berdua.
“mampus lo.” Lirih Ify sambil memegang dahinya.
“nyante aja. Gue atasin.” Ujar Rio sambil tersenyum .
4 orang wartawan mendatangi Rio dan Ify.
“Rio rio, lagi jalan sama siapa?”
“Rio, jalan sama Ify? Artis cilik itu?”
“Rio ada hubungan apa sama ify? Pacaran?”
“wooo, santai. Satu-satu yaaa kalo kasih pertanyaan. Iya, ini Ify, pianist, penyanyi dan model beberapa tahun yang lalu. Saya dan Ify ngga pacaran. Cuma jalan. Dan ini juga baru kenal, kok.” Jelas Rio sambil tersenyum.
“tapi kenapa kalian kaya akrab banget?”
“kami berdua akan bermain di sebuah film pendek. Dan sutradaranya adalah sahabat kami, jadi kami berusaha mengenal satu sama lain. Yaaa dengan cara jalan ini.” rio begitu santai menanggapi pertanyaan wartawan. Sedangkan Ify hanya tersenyum sambil mengangguk-angguk saja.
Satu pertanyaan yang membuat ify sempat membelalakkan matanya.
“apa mungkin ada harapan lebih dari Rio buat Ify? Misalnyaaa, jadian setelah shooting?”
Rio terkekeh, “ya ngga lah. Ada-ada aja. Ya ga fy?”
Huh. Ada-ada aja wartawan ini. seenak jidat aja kalo ngomong. Baru juga kenal. Udah nyimpulin yang macem-macem. Gumam ify dalam hati.
Ify mengangguk menanggapi Rio dan pertanyaan wartawan tadi.
Tak lama kemudian, wartawan beranjak pergi, karena Rio dan ify yang harus beranjak juga dari mall tersebut. Mereka pulang.
Rio mengantar ify sampai ke depan rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Jalanan Jakarta yang macet membuat mereka harus bersabar menunggu sampai 2 jam di jalanan karena terjebak macet.
“Fy, gue minta nomer lo dong” ujar Rio sambil mengeluarkan i-phone nya.
Ify mendiktekan nomornya dan Rio dengan sigap mengetikkan nomor Ify di hapenya. “thanks ya, gue balik dulu. Bye ify.” Rio pun masuk ke dalam mobil BMW sport warna hitam metallic nya dan menghilang di perempatan.
Ify masuk ke dalam rumah dengan senyum merekah di wajahnya.
“hayoooo, ada apa senyum-senyum sendiri?” goda Deva, adik Ify yang sudah duduk di ruang tamu sambil memangku gitarnya.
“eh Dedepp.. gapapa kok dep. Hehe. Gue lagi seneng aja.” Jawab ify sambil duduk di sebelah Deva.
“seneng ato seneeeeng??” goda Riko yang tiba-tiba sudah duduk di depan Ify.
“seneng doang. Ahh udah ah jangan gitu.” Ujar Ify tersipu malu.
Riko menyalakan TV 21 inci di ruang tamu tersebut. Tiba-tiba wajah Ify lah yang ada di dalam TV tersebut.
“Fy Fy, elo tuh!” ujar Riko sambil menyenggol lengan Ify. Ify langsung mendongak dan menatap TV. Rio dan Ify.
“elo pacaran sama RIO???” Tanya Deva sambil menekan nama Rio di dalam pertanyaannya.
“eengga!! Baru juga ketemu tadi! Ah ada-ada aja lo, dengerin tuh beritanya!” gerutu IFy sambil terus menonton TV.
“huaaaaaa kenalin gue sama kak Rio kak!!” ujar Deva antusias.
“aduuuh, emang kenapa sih? Ngefans?”
“BANGET!!”
“buset, haha. Iya entar kalo Rio sms gue, gue kasih nomernya ke elo. Oke Deppp..!! eh Dep, kak, gue mandi dulu. Gerah nih.” Ify beranjak dari ruang tamu dan meninggalkan Riko dan Deva yang masih berkutat dengan TV.
*
Drrrtt drrrtt
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
From : Rio
Malem Fy, lg apa? Sorry kalo gue ganggu.
Rio.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Ify mengeringkan rambutnya yang basah setelah mandi. Lalu tersenyum ketika blackberry Gemini warna putihnya itu berbunyi. Sms dari Rio.
Dengan cepat ify membalas sms Rio tersebut.
*
Rio menengadahkan kepalanya, menatap bintang dari balkon kamarnya. Malam ini bintang bersinar sangat terang. Sambil menunggu balasan sms dari ify, dia sibuk menghitung bintang dan bersenandung lirih.
Akankah kau melihatku Saat ku jauh Akankah kau merasakan
Tak lama kemudian, Ify membalas sms Rio.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
From : Ify
Hay Yo. Iya, malem juga. Abis mandi nih. Udah mandi lo?
Ga ganggu sama sekali kok =)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Rio tersenyum sesaat. Entah kenapa, jantungnya dag dig dug saat bersama ify sepanjang siang tadi. Rio pun kembali membalas sms Ify. Sambil kembali bersenandung dan mengambil gitarnya.
Jiwaku yang telat mati Bukan cintaku Janjiku s’lalu abadi Aku pergi dan takkan kembali Akankah kau melihatku Di akhir nanti Jiwaku yang telah mati Bukan cintaku Janjiku s’lalu abadi
Tiba-tiba hape Rio bergetar lagi. Rio membalas sms Ify. Hingga larut, Rio sibuk ber-sms ria sambil menikmati terpaan angin malam yang menyejukkan.
*
Hari berganti hari. Ify dan Rio semakin dekat. Hingga sampai tanggal 12, mereka kembali di pertemukan di Surabaya.
Mereka menentukan lokasi di Surabaya karena Agni lebih lama tinggal di Surabaya. Apalagi produser yang bekerja sama dengan Agni adalah orang Surabaya. Namanya Zevana Arga. Produser muda alumni sekolah mereka.
Jam 8 pagi, Ify tengah bersiap di depan cermin. Hari itu hari minggu. Riko melihat gelagat aneh dari adiknya itu.
“mau kemana? Kok nentengin koper??” Tanya Riko setelah melihat barnag bawaan Ify.
“mau ke Surabaya.”
“ngapain?”
“shooting kakakku yang cakeeepp.. Cuma 3 minggu. Gue jamin gue bakal balik ke Jakarta dengan selamat sentausa dan sehat wal afiat. Jasmani dan rohani.”
“buset, lo udah ijin sama papa mama?”
“gak. Ga perlu. Lagian mereka sibuk sendiri. Udah ah. Jangan ribut yee sama Deva. Kasian, ntar kalo dia nangis ga ada yang bisa ngediem-in dia. Hahaha” ujar Ify sambil tertawa.
“iyaiya, mau gue anter??”
“boleh kak. Jam 10 gue take off. Ajak Deva juga, gih.”
20 menit kemudian mereka bertiga menuju bandara soekarno hatta mengendarai Honda freed silver milik Riko.
*
“Rio! Udah siap?” Tanya agni sambil di depan rumah Rio.
“buset pagi amat lo kesini! Beeh.. iya uda siap kok gue. Berangkat sekarang?”
“boleh. Ayok.”
Rio mengunci rumahnya dan menghampiri agni yang berdiri di depan gerbang rumah Rio.
“ga ada orang?” Tanya agni di dalam taksi.
“ga ada. Kak acel lagi di bali. Mama papa lagi di jerman. Yaa, kaya biasa lah.”
Agni hanya manggut-manggut dan tak lama kemudian taksi tersebut melaju kea rah bandara.
*
Jam 9 tepat. Mereka telah sampai di bandara soekarno hatta secara bersamaan. Hanya berselang 3 menit, mobil ify melenggang ke arah pintu keberangkatan domestic.
“hai Fy!” sapa Rio saat melihat Ify muncul dari mobil nya.
“haii..!” ujar Ify sambil melambaikan tangannya.
“huaa kak Rioooooo……!!” pekik Deva sambil berlari kea rah Rio.
“siapa inii?” Tanya Rio sambil menyerngitkan dahinya kea rah Ify.
“adek gue, kenalin, Deva.” Ujar Ify yang lalu menghampiri Rio sambil menyeret kopernya.
“Deva, kak.”
“Rio.” Ujar Rio sambil tersenyum.
“kaaak, minta tanda tangan sama foto bareng dong. Deva ngefans banget sama kakak. Huuuuuh kakak mah keren bangettt! Lagu kakak yang rindukan dirimu itu, wahh Deva hafal banget..!! semogaaa dirimu disana… kan baik-baik saaa—.”
Dengan cepat ify segera menutup mulut Deva agar Deva tak bernyanyi. “sssst, jangan malu-maluin gue lo, saplak!” ujar ify sambil menoyor Deva.
“huaaaaa kak ify jahaat. Deva kan ngefans banget sama kak Rio!! Masa ga bole. Sekali doang kok. Kak rio, boleh kan minta tanda tangan sama foto kan??”
“boleh, kok… “
“tuh kan. Wleeeee,ayok kak foto-foto..” ujar Deva bersemangat.
Deva-Rio pun sibuk berfoto-foto ria.
“kok diem aja, Ag??” Tanya Ify sambil mendekati Agni.
“engga kok. Cuma kurang fit aja. Lo udah bilang sama bonyok lo?”
Ify menggeleng. “engga. Belom. Mereka ada urusan di Manado. Mana sempet ngurusin gue. Ehehe.”
“oohh. Sama aja kaya Rio. Hmmm yaudah ayok kita check in..” ajak agni.
“wooyy Devaa.. udahan ya foto-fotonya, kakak, kakak lo, ama kak Rio kudu check in dulu!.” Ujar Agni sambil menghentikan aktifitas Deva.
“yaah,, huhu. Yudah gapapa. Hehe. Ati-ati ya kak Rio! Kak ify! Kak agni!”
“ati-ati ya Ag, Fy.” Ujar kak Riko pelan sambil melambaikan tangan kepada agni dan Ify.
“bye kak Riko, Deva..!!” koor agni dan ify
*
Perjalanan Jakarta-Surabaya yang menempuh waktu 1 jam mereka lewati dengan saling berbagi cerita. Mulai dari kehidupan pribadi, pengalaman mereka menjadi bintang, asmara sampai semua kesukaan mereka. Tak ada rasa canggung seperti pertama kali bertemu beberapa minggu yang lalu.
Mereka bertiga pun sampai di Surabaya jam 11 siang. Sambil menunggu Zeze, sapaan akrab sang produser, mereka berfoto-foto ria di depan tulisan ‘Juanda International Airport’.
Tak lama kemudian, sebuah Mitsubitsi Lancer bermodif menyerupai mobil balap, berwarna hitam dan bergambar spongebob(?) melintasi mereka. Turunlah seorang gadis berambut panjang dan berkulit sawo matang. Terlihat lebih tua beberapa tahun. Ya, dia Zeze.
“mbak Zeze..!!” pekik Agni saat melihat Zeze keluar dari mobilnya itu.
“Agniiii…. Apa kabar??” ujar Zeze tak kalah semangatnya.
“baik mbak, baik! Ohya, kenalin, ini Ify, ini Rio.”
“ify…”
“rio…”
“Zeze! Senang bertemu kalian. Hmmm kita ke rumah saya sekarang?” ujar Zeze sambil tersenyum.
“yuuuk, gue capek banget mbak!” kata agni.
Mereka berempat pun masuk ke dalam Lancer tersebut.
*
Tak lama, mereka sampai di sebuah perumahan elite di daerah Surabaya Barat. Namanya CitraLand. Di mana hanya ada rumah yang tingkatnya lebih dari 2. Kawasan yang sangat elite. Fasilitas yang lengkap. Sekolah, universitas, bahkan tempat wisata pun ada. Tak ketinggalan mall juga ada.
“maaf ya kalo rumah saya jelek, hehe.” Kata zeze sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
“beeeh, gini kakak bilang jelek?? Ini dua kalinya rumah gue tau nggak kak!” kata ify takjup.
“ndesoooohh.. hahahhaa.” Agni tertawa geli melihat kepolosan ify.
Ify memanyunkan bibirnya, “biarin, suka-suka gue dong ag!” balasnya sewot.
“udah-udah, istirahat dulu. Besok kita udah mulai shoot. Jaga kesehatan. Don’t make me loss baby..” ujar agni sambil meninggalkan Rio dan Ify yang berada di teras rumah zeze.
“capek, fy?” Tanya rio.
“lumayan.. capek ngoceh dari tadi. Hihihi, udah ah. Masuk nyokk.” Ajak ify. Mereka berdua pun beristirahat agar shooting hari pertama berjalan lancer.
*
“CUT CUT CUT!!” teriak agni dari kejauhan.
Ify dan Rio menghentikan adegannya. “kenapa lagi sih, ag?” ujar Rio sedikit emosi karena hawa panas yang menyelimuti mereka.
“kurang romantis!! Harusnya lo bener-bener menjiwai dong! Masa baru hari pertama kaya gini, sih?? Ckck.” Gerutu agni.
“iya, iya! Ulang lagi deh…!!” ify hanya bisa cengir-cengir karena masih canggung beradu acting dengan Rio. Apalagi mereka menjadi sepasang kekasih disini.
“Alyssa.. gue ga sanggup jauh dari lo.. gue ga mau kehilangan lo.. apa lo ga bisa ngeliat ketulusan dari tatapan mata gue??” ujar Rio kea rah Ify, sembari memegang tangannya.
Ify melengos. “itu yang lo bilang ga mau kehilangan gue? Lo nyadar dong stev, lo udah berapa kali nyakitin gue?? Gue udah capek nahan semuanya. Gue ga bisa lagi percaya sama lo,” lirih Ify.
“makanya, dnegerin penjelasan gue dulu, dia itu—.”
“stop!! Gue ga mau dengerin semua kata-kata palsu lo, gue mau kita Cuma sampe disini aja!!” ify lalu berlari meninggalkan Rio yang menatap punggung Ify dengan penuh rasa bersalah.
“CUT !! GOOODDDD GUE SUKA YANG INI!!” teriak agni sambil meloncat(?) dari tempatnya duduk.
Ify dan Rio hanya meringis. “istirahat dulu yahh, gue capek.” Izin ify yang lalu di angguki oleh agni.
“Fy, makan siang sama gue yuk?” tawar Rio sambil menyamai langkahnya dengan Ify.
“boleh…”
Mereka pun berjalan ke sebuah foodcourt di dekat tempat shooting.
*
1 minggu mereka lewati dengan suka cita(?) shooting setiap hari dan bertempat tinggal di satu rumah membuat Ify dan Rio semakin akrab. Ify dan Rio lebih sering menghabiskan waktu berdua saat break shooting.
Agni sangat senang ternyata misinya berhasil. Misi apakah itu? Masih rahasia :b
*
Sudah hamper 2 minggu mereka di Surabaya, dan perasaan aneh mulai timbul pada diri mereka berdua. Entah perasaan apa itu, yang pasti, mereka sangat nyaman apabila mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua ketimbang bersama kru-kru film lainnya.
Suatu malam…
“yo nyanyi dong..” pinta ify manja
“nyanyi apaan?” Tanya rio lembut.
“sebuah rahasia, lagu lo itu…”
“hmmm oke..”
Rio mengambil gitar yang ada di sampingnya sedari tadi. Lalu memetik senar gitar itu secara perlahan.
Beranjak dan berjalan kedepan
basuh air mata dan cerita
saatnya melupakan
jam berhenti di dua belas
kuhabiskan gelas demi gelas
membuat pahit sisa yang manis
sampai akhirnya ku lupa
dan kau percaya
tak ada yang lebih baik dari ini
apanya yang bahagia?
dan kutertawa
tak akan ada cerita dalam sebuah rahasia
lupakan saja
dan jangan pernah kau kembali disini
keringkan semua luka
pergilah saja
berlarilah karena kau akan ku lupakan
berhenti dan ingatlah sejenak
coba tetap berdiri tegak dan membakar semua kenangmu
berhenti menangis dan
ini yang terbaik dan
teruslah melangkah dan
saat dunia berpaling darimu, tengoklah kearah lain
dan kau percaya
tak ada yang lebih baik dari ini
apanya yang bahagia?
dan kutertawa
tak akan ada cerita dalam sebuah rahasia
lupakan saja
dan jangan pernah kau kembali disini
keringkan semua luka
pergilah saja
berlarilah karena kau akan ku lupakan
kalau bisa
ku ulangi cerita
ku tak akan berada
di tempat pertama kita berjumpa
tak akan ada
kudisini
dan mencari
kau disana menunggu
untuk ditemukan
untuk ditemukan
dan kau percaya
tak ada yang lebih baik dari ini
apanya yang bahagia?
dan kutertawa
tak akan ada cerita dalam sebuah rahasia
lupakan saja
dan jangan pernah kau kembali disini
keringkan semua luka
pergilah saja
berlarilah karena kau akan ku lupakan
berhenti menangis dan
ini yang terbaik dan
teruslah melangkah dan
saat dunia berpaling darimu, tengoklah kearah lain
rio membawakan lagunya *maap yaa PWG, saya pinjem :P* secara lembut dengan cara akustikan. Ify yang mendengar sampai hanyut ke dalam suara Rio yang sangat lembut. Falset yang sempurna. Gumam ify dalam hati.
Plok plok plok
Ify bertepuk tangan kecil sambil tersenyum lebar, “keren io! Beeneran deh..”
Rio tersenyum sambil mengacak-acak poni ify, “biasa aja lagi.. eh gentian dong, gue pengen denger lo main piano.. ke taman belakang yuk. Maen piano disana..”
“boleeehhh…”
Mereka berdua melangkah menuju taman belakang. Disana ada sebuah grand piano berwarna putih berada di samping kolam renang zeze.
Ify perlahan duduk di atas bangku panjang itu. Lalu melemaskan ke10 jarinya dan meletakkannya secara perlahan di atas tuts tuts piano.
Lihat ku disini
Kau buat ku menangis
Ku ingin menyerah tapi tak menyerah
Mencoba lupakan tapi ku bertahan
Kau terindah kan slalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah kan slalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya
Kau pemilik hatiku
Mungkin lewat mimpi
Ku bisa tuk memberi
Ku ingin bahagia tapi tak bahagia
Ku ingin di cinta tapi tak di cinta
Kau terindah kan slalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah kan slalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya
Kau pemilik hatiku
Ify bernyanyi sambil memejamkan matanya. Menikmati setiap tuts-tuts yang ia mainkan. Alunan indah melodi yang ia ciptakan karena lagu yang ify nyanyikan berbeda dengan versi aslinya.
“wah, keren banget Fy…”
“itu tadi ngewakilin perasaan gue, io.” Batin ify sambil mengamati muka Rio yang sangat tampan… *emang.. penulis ajaaa terpesona :P*
“Fy…” panggil Rio pelan sambil ikut duduk di sebelah Ify.
“iya??”
“maafin gue, ya..”
“maaf? Buat apa?”
“pasti lo akan tau nanti..” ujar Rio sambil mengecup pelan kening Ify, lalu beranjak dari taman belakang. Ify masih tak bergeming. Sambil mengingat-ingat apa salah Rio ke Ify sampai Rio meminta maaf tadi.
Seseorang menatap siluet Rio dan Ify dari kejauhan sambil tersenyum tipis. Tipis sekali.
“I hope, it will be sucessfull,” lirihnya.
*
Hari ini, Rio dan Ify kembali ke Jakarta. Shooting yang mereka perkirakan akan selesai 3 minggu , ternyata lebih cepat seminggu. Mereka bertiga pun harus pasrah berpisah lagi(?).
Rio dan Ify makin dekat. Mereka seling jalan berdua. Hingga para wartawan pun menyimpulkan kedekatan mereka bukanlah kedekatan biasa. Kalau kata BBB kan bukan bintang biasa, tapi kalau kata pasangan yang baru-baru ini sering terlihat jalan bersama adalah BUKAN KEDEKATAN BIASA (?)
Tiap jalan bareng, mereka berdua selalu merasakan sensasi yang luar biasa. Jantung yang berdetak lebih kencang, perasaan senang yang membuncah, dan tak ingin berpisah. Entah mengapa, ify merasa tak bisa jauh dari Rio. Begitu juga Rio. Rio juga merasa t ak bisa jauh dari Ify.
*
3 bulan berlalu. Kelulusan sekolah.
Film yang beberapa waktu lalu yang membuat Rio dan Ify bertemu pun tayang di TV. Menjadi pemenang LA LIGHTS INDIE MOVIE. Dengan judul ‘Bawalah pergi cintaku’ #pinjem judul doing. pissV*
Ify mulai jarang bertemu dengan Rio. Rio juga makin merasa jauh dengan Ify. Kesuksesan film pendek mereka yang meraih penghargaan membuat mereka berdua di banjiri job. Apalagi keduanya yang sudah lulus SMA.
Kabarnya, Rio akan melanjutkan studinya di Amerika. Ify yang mendengar itu pun sedih dan langsung menanyakan kebenaran itu pada Rio.
“io, lo pindah ke amrik? Sampe kapan?”
Tak ada sahutan dari Rio.
“apa itu yang beberapa bulan lalu lo bilang sebagai permintaan maaf?”
Tuuttt…tuuuttt….
Ify mematikan telefonnya. Ia merebahkan dirinya ke kasur dan terisak sambil meyakinkan hati serta dirinya sendiri bahwa perasaan aneh yang muncul tiap dekat dengan Rio adalah perasaan cinta.
*
Rio duduk termenung di balkon kamarnya. Balkon yang menghadapkannya langsung dengan balkon rumah agni.
“psstt psttts..!!” Rio menoleh ke sumber suara. Agni tengah melambaikan tangannya. “ngelamunin Ify io??”
Rio meringis. “tau aja.”
“shoot dooongg,” goda agni sambil menyeringai kea rah Rio.
“iya, pasti, tapi nunggu waktu yang tepat dulu..”
“kayanya, ify lagi nangis sekarang. Gara-gara denger kabar lo bakal pindah ke amrik.”
“bagus deh berarti dia juga punya perasaan lebih buat gue.”
“makanya, cepet di tembak gih.”
Rio hanya tersenyum lalu masuk ke dalam kamar. Agni hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
“ga salah deh nyobain nyomblangin mereka berdua. Cocok banget.” Lirih agni.
*
= = = = = = = = = = = = = = =
From : Rio
Gue take off jam 10 pagi. See ya(:
= = = = = = = = = = = = = = =
Ify terbelalak mendapat sms Rio barusan. Ia pun segera bangkit dari tidurnya. Jam 9.00 . begitulah digit angka yang tertulis di jam digital di samping ranjangnya. Ia melompat kaget dan berlarian kesana kemari.
‘gue harus ketemu Rio! Gue harus blang kalo gue sayang sama dia!’ batinnya.
Lalu ia mandi. Tak butuh waktu lama, ia hanya memerlukan waktu selama 10 menit untuk mandi. Lalu menyambar tas selempang yang selalu ia gunakan kemana-mana. Dengan kaos warna hijau, celana jeans ¾ dan sepatu all star warna hijau-putih nya, dia pun menarik tangan Riko yang sedang menyantap setangkup roti baker.
“eh! Apaan sih tarik-tarik?”
“anterin gue ke airport! Sekarang! Gue ga mau kehilangan orang yang gue sayang!! Ga mau tau jam setengah 10 harus udah sampe bandara!” ujar Ify sambil menarik-narik tangan Riko sampai ke dalam mobil.
Riko mendengus pasrah. “oke oke tapi ga usah nyuruh gue cepet-cepet, ntar malah gue nya bingung lagi. Yaudah pasang sabuk pengaman lo. Gue bakal pastiin kalo lo akan sampe di airport dalam waktu 30 menit.”
Riko mengegas mobil yang lama-kelamaan semakin kencang. Ia tak peduli dengan rambu lalu lintas yang ia temui sepanjang jalannya.
*
“udah siap?” Tanya kak acel, kakak Rio.
“bentar kak. Nunggu ify.” Lirih Rio sambil celingukan mencari Ify.
“kayanya dia ga dateng…mungkin dia kecewa sama lo, io.” Kata agni sembari menepuk punggung Rio.
“maybe…” Rio mendengus pelan. “yuk, check in sekarang.”
Baru beberapa langkah, Rio berbalik lagi. Berharap ify telah ada di belakangnya. Tapi sia-sia, ify tak ada. Lalu Rio terus melanjutkan langkahnya sampai di depan pintu check in.
*
Ify berlarian di sepanjang bandara. Dia berlari di sekitar ‘keberangkatan internasional’ #ehh apaan yak penulis kagak tau. Lupa. Wkwkwkwkk# sambil celingukan mencari sosok Rio. Ia pun berlari ketempat resepsionis #eh apaan ya… yang biasanya ngasih informasi itu loh… huaaa saya oot nih#
“mbak, mbak, pesawat ke amrik udah berangkat??” Tanya ify dengan nafas tersengal.
“iya, mbak.baru aja 10 menit yang lalu take off..”
Jdhuaaarrrrr
Kaki ify rasanya lemas. Ia terduduk di depan meja mbak-mbak tadi (?) sambil menahan air matanya.
“jangan bilang gue telat io. Gue gak mau lo pergi. Riooo….” Lirih Ify sambil menangis.
Ify bangkit dari duduknya. Dengan menutup wajahnya, ia berbalik dan berjalan keluar ruangan tersebut.
“maaf,,” lirih seseorang.
Ify kaget. Dengan cepat dia berbalik ke belakang. Tapi tak ada apa-apa. Ify kembali menutup wajahnya dengan tangan. Lalu berjalan lagi.
“maaf, gue cinta sama lo.” Suara yang tadi Kini terdengar begitu jelas di telinga Ify.
‘Cuma halusinasi lo itu.. jangan di dengerin..’ batin Ify memantapkan hatinya.
“maafin gue, fy. Gue udah nyimpen perasaan cinta ke elo. Dan gue minta maaf, karena udah lancang cinta sama lo.” Suara itu lagi. Ify kini membuka matanya dan memindah tangannya.
“Rio?” gumamnya tak percaya saat melihat Rio ada di depannya.
Rio tersenyum dan memamerkan deretan gigi putih pepsodent(?)nya #gajelas#
“RIOOO…!!” pekik ify saat ia benar-benar sadar bahwa yang ada di depannya adalah Rio.
Rio menarik ify dalam dekapannya. “fy, maaf, gue cinta sama lo.” Ujar Rio lagi.
Ify mengangguk dalam dekapan Rio, “gapapa io. Gue juga. Gue juga cinta sama lo.”
Rio mengangkat dagu tirus ify hingga mata mereka bertemu. “kok nangis? Jangan nangis dong.” Kata Rio lembut sambil menghapus air mata yang menggenang di pelupuk mata Ify.
“sekarang udah ga nangis lagi, soalnya pangeran gue udah ada di depan gue…:” kata ify senang sambil memeluk Rio lagi.
Rio mengecup pelan puncak kepala ify. “I love you fy. Gue mau lo jadi cewek gue.”
ify tersenyum. “gue mau! Pasti mau!!”
Rio tersenyum lalu menggandeng tangan Ify, “pulang yuk!!” ujar Rio.
Ify mengangguk. “maaf,” kata Rio lagi di tengah jalan.
“maaf buat apa lagi??”
“buat kebohongan gue mau berangkat ke Amrik. Hihihihi..” rio terkekeh pelan.
“huaaaaaaa jahat lo! Gue tadi bela-belain bangun demi lo! Biasanya juga jam segini masih di alam mimpi. Huaaa. Lo udah bikin gue nangis ternyata Cuma boongan ke amriknya? JAHAAATTT!!!!” ify mencubit pinggang Rio. Rio hnaya meringis kesakitan.
“huaa ampun fy, ampunn!!”
“ga ada ampun buat lo!!”
Mereka pun bermain kejar-kejaran di sekitar bandara. Dengan tawa riang menghiasi kejar-kejaran mereka tadi.
*
HUAAAAAA sudah sudah, bagaimana? jelek? oh iya dong. saya bangga kok kalo bikin cerpen jelek #plak #geje
okeee ada kritik dan saran, silahkan komen yah :)
DTBR !! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar