Sabtu, 05 Februari 2011

cinta pertama part 2

“mau ngapain sih kita kesini?” Tanya shilla pada iel.

Iel mengajaknya ke belakang sekolah. lalu setelah sampai, ia jongkok disana.

“mana spidol lo?” kata iel. Shilla memberikan spidolnya.

Iel lalu menuliskan sesiatu ke tembok sekolahnya itu. Shilla terdiam beberapa saat.

“lo juga suka nuliskan?” kata iel sambil tersenyum kea rah shilla.

Shillapun mengambil spidol di tangan iel, lalu menuliskan sesuatu pada tembok itu.

“seenggaknya ada sesuatu yang kita tinggalin disini” kata iel sambil memandang shilla yang terus merunduk itu.

“yuk” ajak iel tiba22. Iel bangkit dari duduknya. Begitu juga shilla.

*

Iel duduk di taman biasa. Shilla menghampirinya dan ikut duduk di sebelahnya.

“lo emang bener22 ga tertarik ya ngelanjutin kuliah di Jakarta?” Tanya shilla

“lo sendiri yang bilang. Kalo kita memasuki dunia kuliah, dimanapun kita, kita pasti akan memasuki suasana baru. Suasana baru… perubahan… semua akan berubah shilla, ga ngaruh, gue sama lo akan berdekatan ato berjauhan nantinya. Semua cerita yang terjadi di sekolah ini, biarlah Cuma terjadi disini”

*pembaca saranin, disini dengerin lagunya BCL yang AKU TAK MAU SENDIRI. Resapi dalem22. Sampe nangis. (kaya penulis)*


( flashbackback off )

Iel memandangi koridor sekolah yang biasa shilla lalui dengan sivia. Memori22 itu terus berteriak22 dalam otaknya. Memori itu menyeruak. Bercampur antara masalalu dan sekarang. Iel tersenyum, saat gadis yang ia bayangkan sedang tersenyum kearahnya, mengenakan seragam SMA.

( flashback on )

Sejak ia pergi dari hidupku ku merasa sepi …

Dia tinggalkan ku sendiri disini tanpa satu yang pasti …

Hari ini, hari terakhir sekolah. perpisahan itu memang ga semuanya menyenangkan. Termasuk perpisahan shilla dan iel. Shilla terus berlari di sepanjang koridor sekolah. mencari sosok lelaki yang selama 3 tahun ini ia sukai. Ia berlari. Terus berlari.

Aku tak tau harus bagaimana aku merasa tiada berkawan selain dirimu selain cintamu

Sedangkan iel, iel bertemu dengan teman22nya. Mengucapkan selamat tinggal pada mereka. Dengan sebuah bola basket di dekapannya, dan beberapa buku di tangannya, ia berjalan. Menyusuri sekolah. Dengan harapan bisa bertemu shilla untuk yang terakhir kalinya.

Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku dan tunjukkan jalan yang memang kau pilihkan untukku …

Kirim aku malaikatmu karna ku sepi berada disini … dan di dunia ini aku tak mau sendiri …

Mereka Saling mencari. Tapi tak bertemu pada satu titik.

Iel mulai gusar. Ia tak tenang sebelum bertemu shilla. tapi ayahnya sudah menunggunya di gerbang sekolah. shilla masih terus mencari. Ia berlari kea rah taman, tapi ia tak mendapati iel disana. Ia lalu menuju gerbang. Dan alangkah terkejutnya ia, mobil Toyota vios yang di naiki oleh iel sudah berjalan. Shilla menangis di depan sekolah. sedangkan iel yang berada dalam mobil dan merasa shilla ada di belakangnya, ia menoleh lewat jendela.

Shilla tertunduk lemas di tengah jalan. Impiannya, telah pergi…

Tanpa terasa ku teteskan air mata ini … yang tiada berhenti mengiringi kisah di hati …

Aku tak tau harus bagaimana aku merasa tiada berkawan selain dirimu … selain cintamu …

Shilla terduduk lemas di bangku taman. Ia menyesali kebodohannya, mengapa ia tak mengungkapkan perasaannya sebelum iel pergi?

Kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku … dan tunjukkan jalan yang memang kau pilihkan untukku …

( flashback off )

Kini iel tengah duduk di tempat di mana shilla duduk menangisi kepergian iel. Iel melihat ke sekeliling. Memori itu kembali menyeruak dalam otaknya.

Kirim aku malaikatmu karna ku sepi berada disini… dan di dunia ini aku tak mau sendiri…

( flashback on )

Shilla membaca Koran hari ini. Ia menelusuri nama demi nama dengan telunjuknya. Ia berhenti di salah satu nama yang tak asing lagi untuknya

Gabriel Stevent Damanik.

Kirim aku (kirim aku, malaikatmu) biar jadi kawan hidupku … dan tunjukkan jalan yang memang kau pilihkan untukku .. hoo huoooo…

Shilla berjalan masuk ke dalam rumah.

“kamu keterima kan shill?” Tanya mama shilla lembut. Shilla tak menjawab. Tapi butiran22 halus itu kembali tumpah dari matanya. Tanpa menjaawab, ia segera berjalan meninggalkan mamanya itu.

Kirim aku (kirim aku, malaikatmu) karna ku sepi berada disini … dan di dunia ini aku tak mau sendiri …

Shilla membuka tirai yang menutupi jendelanya. Sambil meremas Koran yang ia bawa, ia menangis. Menangisi Iel.

Hmmmm , dan di dunia ini aku tak mau sendiri …

Shilla terisak sambil merebahkan tubuhnya di kasur. Sivia memandangi nya heran.

“ngapain sih lo sedih? Harusnya tuh elo seneng ngeliat dia di terima di universitas yang dia pengen. Ya kan?”

“dia bakal jauh dari gue, via… hiks”

“terus kenapa? Toh pas SMA dia juga ga nembak lo kan?”

“tapi gue tau dia suka sama gue vi…. Hiks”

“buktinya?”

“lo ga ngerti vi…” ucap shilla smabil terduduk di kasurnya

“ga ngerti apanya? Pokoknya gue ga mau liat lo sedih gara22 cowok. Ayo bangun” kata sivia sambil menarik tangan shilla ke jendela.

“sekarang lo boleh nangis, tapi suatu hari nanti, lo akan terbangun dan akan ngelupain dia”

Shilla menggelengkan kepalanya.

“gue ga tau vi, apa gue bisa lupain ato gak”

( flashback off )

Iel menyusuri koridor sekolahnya lagi. Ia semakin rindu akan sosok shilla yang pernah ia sukai waktu SMA. Namun ia tak punya keberanian untuk mengungkapkannya.

Iel menaiki anak tangga mantan sekolahnya itu. Meresapi setiap kenangan yang telah hadir lagi kembali kedalam fikirannya.

*

“cakka, sebaiknya kamu pulang dulu. Kamu sudah lama berjaga disini untuk shilla” ucap mama shilla

“iya tante” ucap cakka lemas

“oiya tadi katanya ada teman shilla yang kesini.. namanya…” mama shilla berusaha mengingat namanya

“iel?” Tanya cakka

“iya, iel.”

“oh ,, yaudah tante saya permisi dulu”

“hati22 ya nak cakka”

“baik tante”

*

Iel berjalan sampai ke depan café. Café dimana shilla sering nongkrong bersama sivia. Café dimana ia dan shilla pertama kali berbicara. Café dimana semua kenangan itu di mulai.

Iel memandangi sebuah kursi yang malam itu, malam sebelum UAN, malam saat ia mulai dekat dengan shilla, malam dimana mereka bicara untuk waktu yang lama sekali.

Iel membayangkan shilla duduk disana. Memakai jaket putih itu lagi. Ketus dengannya lagi. Jus jambu tanpa susu di depannya lagi. Ahh, kenangan itu mulai memaksa untuk keluar. Lagi dan lagi. Lalu ia duduk di tempat dimana malam itu ia menghampiri shilla.

Gerimis. Semakin mengingatkannya pada shilla.

Dari belakang, cakka Nampak sedang menuju kea rah iel. Ia berhenti tepat di kursi tempat shilla biasa duduk. Tanpa izin iel, ia duduk di sebelahnya.

“dulu, dia sering kesini sama temen22nya”

“sampe sekarang juga masih”

“dia selalu mesen jus…”

“jus jambu ga pake susu”

“iya”

“yel, shilla masih ada. Kita ga harusnya ngomong seolah22 dia udah ga ada”

“tapi dengan kamu menyuruh saya datang kesini, kita semua seolah bersikap bahwa dia ga akan bisa sembuh lagi. Dan kamu pengen memberikan yang terbaik sebelum shilla meninggal, kan?”

“saya mencintai shilla. dan ini semua buat dia”

“sekarang saya udah ada disini. Apa kamu lihat ada perubahan?”

“ngga ada. Tapi siapa tau…”

“sampe kapan kamu ingin saya ada disini?”

“jangan Tanya sama saya. Tapi Tanya sama diri kamu sendiri. Apakah keberadaan kamu bisa nolong dia?”

“ngga kka, hanya Tuhan yang bisa nolong dia”

“mungkin”

“tapi kalo dia sadar, apa kamu ga takut dia lihat saya?”

“kalo dia sadar, maka hal pertama yang akan saya lakukan adalah bersyukur”

“kamu belom jawab pertanyaan saya, cakka”

“saya udah jawab pertanyaan kamu”

Mereka berdua terdiam dalam kesunyian itu.

*

Iel menunggui shilla di dalam kamar. Ia terus berdoa agar shilla dapat sadar. Iel membalikan tubuhnya. Ia melihat gerimis di jendela kamar shilla.

*

Di tempat lain, ify, istri iel, sedang menangis. Ia terus memikirkan suaminya itu. Ia takut. Takut kehilangannya…

*

Sivia terus menangis. Menangis di depan sebuah jus jambu tanpa susu. Menangis di café tempat ia dan shilla biasa nongkrong.

*

Cakka berjalan gontai di koridor rumah sakit. Ia mencoba bergelut dengan fikirannya itu.

*

Iel terus memandangi shilla. entah berapa lama sudah matanya tak lepas dari paaras wajah cantik shilla yang kini memadu dengan selang22 di hidungnya, infuse di tangannya, dan masih banyak alat22 medis yang menempel pada tubuhnya.

Petir terus menyambar pada pagi hari itu. Iel seketika menoleh kea rah jendela.

“shilla, gerimis. Inget ga, kita pernah ngebayangin gerimis di sekolah?”

( flashback on )

Siang itu, daun daun berguguran. Iel iseng mengajal shilla untuk membayangkan bahwa itu gerimis. Shilla dan iel memejamkan matanya bersamaan. Lalu merentangkan tangannya. Menikmati hembusan angin sepoi22. Membayangkan bahwa daun22 itu hujan. Shilla bangkit dari duduknya. Iel membuka matanya sedikit dan mendapati shilla tengah memutar22 tubuhnya. Iel mengikuti shilla. Tanpa menghiraukan siswa siswi yang sedang memperhatikan mereka. Mereka tertawa riang disana.

( flashback off )

Iel mengamati terus setiap titik titik gerimis yang membasahi jendela. Ia memandang keluar. Menerawang jaauhhh disana.

Tanpa disadarinya, cakka telah berada di belakangnya.

“dia tulis itu di buku hariannya” ucap cakka lirih

Iel menoleh ke belakang.

“ini” kata cakka sambil memberikan buku harian shilla

“ngga, saya ga berhak baca buku itu. Selama beberapa tahun, setiap gerimis, saya selalu ingat sama dia”

Iel kembali memandang jendela. Menerawang kenangan22 indahnya dengan shilla.

Tanpa mereka berdua sadari, shilla meneteskan sebutir air matanya.

*

Tap tap tap tap

Suara langkah kaki seorang gadis memakai high heels. Cakka yang habis berbicara dengan seorang suster menoleh ke belakang. Ia mendapati ify berdiri di depan kaca kamar shilla.

Ify memandangi siluet iel dan shilla. iel dengan setianya tertidur di samping ranjang shilla. Tak terasa butiran22 hangat itu berjatuhan di mata ify.

Cakka tertegun memandangi ify. Diam. Sunyi.

Perlahan ia mendekati ify.

“biar saya bangun…”

“jangan” tolak ify sambil memegang tangan iel.

“waktu kamu minta iel datang ke sini, apa kamu pernah mikirin perasaan saya?” lanjut ify

“maaf, waktu itu say…”

“waktu itu dan sekarang, kamu dan iel hanya mikirin perasaan shilla. apa yang terbaik buat shilla. kalian lupa perasaan saya?” kata ify sambil terisak

“kalo kamu ga ngijinin, dia ga ada disini”

“karna dia janji. Ga akan ngebiarin kenangan ngalahin dia. Sekarang kamu bisa lihat sendiri. Sepertinya iel ga akan ninggalin tempat ini. kamu bisa ngerti perasaan saya sekarang?”

“mungkin ga jauh beda dari perasaan saya. Waktu saya tau ternyata saya bukan satu22nya lelaki yang ada di hati shilla. dan bisa jadi saya bukan, cinta sejatinya”

“maksud kamu? Diantara mereka ada cinta sejati? Bukan saya dan iel, bukan kamu dan shilla, tapi Antara iel dan shilla, begitu?!”

“saya sama sakitnya seperti kamu”

“terus? Buat apa semua ini? makasih ya kka, buat kehadiran kamu yang berhasil ngehancurin rumah tangga saya” kata ify sambil memandangi kaca luar kamar shilla. ia lalu beranjak dari sana.

*

“keadaan ga bertambah baik, seharusnya gue denger omongan lo dari awal”

“lo ga seharusnya menyesal, kka”

“gue merasa semua nyalahin gue”

“minta supaya iel cepet pulang”

“begitu aja?”

“kalo shilla sadar, gue akan bilang sama dia gimana perjuangan lo untuk bikin dia bahagia. Sekalipun itu ngorbanin perasaan lo. Dan kalo Tuhan berkehendak lain, shilla akan tetap tau, gimana besarnya pengorbanan lo buat dia, kka”

Sivia terisak sambil membenamkan wajahnya di lututnya.

*

“bentar lagi adalah saat pertunanganku. Cakka adalah laki22 terbaik yang bisa ku dapatkan. Aku sangat beruntung. Tapi apakah rasa keberuntungan ini yang aku butuhkan sekarang? Lalu kenapa aku masih merindukan dia yang pernah mengisi hariku dulu?

Aku merasa ada yang hilang, tanpa tau dengan apa yang sudah ku temukan. Aku merasa menemukan, tanpa tau apa yang aku cari. Dan aku seperti masih mencari, tanpa tau yang sudah hilang. Manusia memiliki mimpi. Ada yang mengejar dan mewujudkannya, ada yang mundur dan membuangnya, dan ada yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya. Dan aku, akan menjadi manusia yang terakhir itu”

Saat itu kembali terulang di memory cakka. Ia di ajak shilla turun pada pesta pertunangannya beberapa waktu yang lalu. Ia Nampak senang sekali, walau cakka rasa ada yang aneh pada tunangannya hati itu.

( flashback on )

“shilla!” panggil sivia

“via!” balas shilla

Sivia mengamati shilla dan cakka.

“bentar yah” kata via pada temannya

Sivia menarik lengan shilla ke tempat yang lebih sepi.

“gue seneng banget bisa liat lo nikah sama cakka”

“ini kan baru tunangan, sivia”

“maksud lo?”

“hmm yaaa, apapun pasti bisa terjadi kan?”

“kenapa? Lo ragu?”

“gue ragu sama diri gue sendiri vi”

Shilla tersenyum penuh arti

( flashback off )

*

Iel memandangi shilla dari balik kaca kamar shilla. di belakangnya telah ada cakka. CAkka duduk di kursi luar kamar shilla, tepat di depan iel. Iel pun mengikuti cakka.

“mungkin kamu harus ngomong sama dia. Dia bisa denger. Saya yakin. Mungkin dengan begitu dia bisa pasrah. Setelah itu kamu bisa pulang” ucap cakka

Tanpa menjawab, iel bangkit dari duduknya. Lalu masuk ke dalam kamar shilla.

*

Iel memandangi shilla sambil berjalan ke sebelah kanan ranjangnya. Lalu ia duduk di sebelahnya.

“lo beruntung punya cowok kaya cakka. Dia mau melakukan segalanya buat lo”

Iel memberanikan diri untuk menggenggam tangan shilla lalu mengecupnya lembut.

“jadi, simpen aja semua cerita kita. Seperti tulisan gue di dinding belakang sekolah. waktu lo bangun, gue harap Cuma cakka yang akan lo liat. Karna Cuma dia yang palinng pantes ada disini. Makasih buat cinta lo ke gue… gue … gue juga cinta sama lo”

Iel membelai setiap lekuk wajah shilla. lalu ia bangkit dari duduknya dan mencium kening shilla pelan.

“gue pergi ya??” katanya sambil terisak

Ingatan nya kembali saat terakhir kali ia melihat shilla di sekolah. saat shilla mencoba mengejarnya yang sudah jauh dari gerbang. Saat shilla menangis di belakang sana. Menangisi kepergiannya, tanpa tau perasaan apa yang ia rasakan waktu itu.

Cakka menyandarkan tubuhnya di tembok. Sambil melihat siluet22 shilla dan iel di dalam. Ia menghela nafasnya pelan.

Setelah berpamitan dengan shilla, iel perlahan mendekatkan wajahnya ke shilla. sehingga deru nafas shilla mampu ia rasakan. Semakin dekat dan dekat sampai tak ada jarak lagi yang memisahkan mereka.

Iel mulai berdiri. Ia akan beranjak dari sana, tapi… apa ini? tangan shilla tak mau lepas dari genggamannya. Dengan pelan, iel melepaskan tangan shilla itu lalu pergi beranjak.

Suara petir di luar semakin menjadi22. Perasaan cakka dan iel tidak enak.

Di dalam kamar, shilla meneteskan satu butir air matanya lagi. Perlahan lahan terjatuh. Menyusuri lekuk pelipisnya dan…

Tap tap tap tap

Deru langkah iel semakin menjauh dari ruangan shilla.

Duukk

Buku harian shilla yang di pegang cakka jatuh ke lantai. Cakka memungutnya. Dann

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit

Pemicu jantung yang berada di samping shilla menjadi garis lurus. Denyutnya sudah tak ada lagi. Semua suster berlarian kea rah ruangan shilla.

Cakka bangkit dari duduknya. Ia sudah bisa merasakan apa yang terjadi disana. Tangan kanannya yang menggenggap buku harian shilla pun bergetar. Perlahan, tetesan air yang hangat itu menetes di pipi cakka.

*

“Dia memiliki aku di hari kemarin. Kamu,, kamu meiliki aku di hari ini, besok dan seterusnya.” Ucap iel pelan sambil memandangi seragam abu22nya itu. Tepat, pada tanda tangan shilla.

Ify pun menangis sejadi22nya.

*

Hari itu, dimana shilla meninggal, dimana gerimis itu datang, gerimis itu menghapus sebuah tulisan di tembok belakang sekolah. tulisan yang shilla dan iel buat disana. Tulisan kenangan mereka di sekolah tersebut.

Tak ada pertemuan yang abadi, iel

Seperti pertemuan, maka perpisahanpun gak ada yang abadi, shilla.

Perlahan, gerimis itu menghapus tulisan mereka. Satu22nya kenangan mereka…

*

Hari ini di pemakaman shilla, banyak sekali yang datang. Semua kerabat22 shilla ada disana. Tak terkecuali iel dan ify. Pemakaman shilla di iringi dengan gerimis, faforit shilla.

“kamu sudah melakukan yang terbaik untuk shilla, kka”

“kamu juga, yel”

Deru haru membaur menjadi satu. Semua kerabat ikut berduka.

“buku ini menyimpan seluruh cerita tentang kalian. Simpanlah, dan jaga baik22 buku ini” kata cakka sambil menyerahkan buku harian oranye milik shilla tersebut.

Iel menerimanya. Sedangkan cakka menepuk bahunya dan beranjak dari sana.

Ia membuka halaman pertama pada buku harian tersebut,

Bunga, bunga yang sempat ia ambilkan untuk shilla pagi itu. Iel masih mengingatnya sampai sekarang. Dan bunga itu sudah layu di dalam buku harian shilla tersebut.

*

Orang bilang, upacara pemakaman adalah sebuah ajang pertemuan. Ketika semua orang berkumpul dan mengenang seseorang yang meninggalkan kita. Seperti hari ini, gerimis pun mengiringi kepergian shilla. shilla, dia sangat suka gerimis. Semua yang menyayangi dia tau itu. Dan semua yang ada disini menyayangi dia. Aku, dan mereka.

*

Manusia memiliki mimpi. Ada yang mengejar dan mewujudkannya, ada yang mundur dan membuangnya, dan ada yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya. Dan aku, akan menjadi manusia yang terakhir itu

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar