CINTA PERTAMA
*
“selamet ya caaakk” kata sivia
“masama vi hehe eh lo liat shilla?”
“nah loh … baru sejam tunangan … kok ga tau tunangannya dimana?”
“hmmm mungkin di atas… bentar ya”
“ohh okee”
Cakka, pemuda yang baru saja bertunangan dengan shilla tadi menaiki anak tangga mencari sang tunangan. Ia menyusuri anak tangga. Tak menghiraukan beberapa orang yang mengucapkan selamat padanya. Ia mencari tunangannya yang tiba22 menghilang …
“shill … shilla …” panggil cakka
Namun tak ada reaksi apa22
Cakka sedikit panik. Ia menelusuri tiap ruangan dan ternyata shilla sedang berdiri di balkon kamarnya. Cakka tersenyum kearah shilla.
“shilla... kok kamu disini? Kenapa ga ke bawah?” Tanya cakka lembut
“kamu tau kan, aku ga suka ke ramaian?” jawab shilla tak kalah lembutnya
“iyaaiyaa aku tau. Kamu ga suka keramaian, ga suka gelap, ga suka susu, aku tau semua kan tentang kamu” kata cakka sambil memeluk pinggang shilla
“hehe kamu ga tau kan pas SMA aku ga suka pelajaran sejarah?”
“heh? Emang iya?”
“nahh… berarti kamu belom sepenuhnya tau tentang aku, cakka” ucap shilla sambil tersenyum
“shilla, kamu kenapa sih??”
“udah… lupain aja… turun yukk”
Cakka mengangguk
*
Esoknya …
“pagi tante… shilla dimana ya?” kata cakka sambil mencium tangan mamanya shilla
“shilla di atas… masih tidur mungkin ….”
“naik aja kka” timpal papa shilla
“oh oke tante, om, cakka naik dulu. Permisi”
Dengan bergegas, cakka pun menaiki anak tangga menuju kea rah kamar shilla.
“shilla…” panggil cakka.
Tapi tak ada respon.
Cakka berjalan kea rah balkon kamar shilla. Dan menemukan shilla tengah tertidur di sofa.
“shilla… shilla sayaaaang” ucap cakka lembut di atas shilla.
Cakka membelai wajah shilla pelan tapi tiba22 tubuh shilla melemas dan wajahnya pucat.
“loh… shill. Shilla???” teriak cakka khawatir
“shilla… bangun shilla… shillaa” panggil cakka lagi. Namun shilla terus memejamkan matanya
*
Bau obat22an itu tercium saat shilla di bawa ke rumah sakit. Shilla tak kunjung sadar. Setelah 2 jam menunggu, dokter keluar dan membawa berita buruk pada keluarga shilla dan juga cakka.
Cakka terdiam beberapa saat. Tak sanggup mengingat22 kata dokter tadi.
“ternyata orang yang kita piker milik kita ternyata bukan benar22 untuk kita. Kita memiliki tubuhnya, hati nya dan cintanya. Tapi kita ga akan pernah memiliki jalan hidupnya” lirih cakka sambil memandangi shilla yang tergeletak lemas di dalam kamar.
Tiba22 Sivia datang. Tergesa22. Ia memandang kea rah cakka yg tampak lesu. Lalu menghampiri mama Shilla
“tante… shilla kenapa tante?” Tanya sivia cemas
“pembuluh di otaknya pecah via… hiks hiks” kata mama shilla sambil terisak
Siviapun menangis di depan kamar shilla
“Ya Tuhan kenapa gini hiks hiks”
“entah berapa lama dia bisa bertahan” kata cakka lirih
“please gue ga mau denger itu kka”
“ini memang kenyataan vi… ga ada yang tau hidupnya selain tuhan” kata cakka bijak
“gue ga mau kehilangan shilla, cakkaa” kata sivia sambil terisak
*
Cakka memilih pulang. Tapi sebelum ia pulang, ia mampir ke rumah shilla. merapikan barang22 shilla yang masih berantakan di kamarnya
Cakka berjalan gontai kea rah kamar shilla. ia membersihkan buku yang tadi jatuh karena terburu22 menggotong shilla ke rumah sakit
“apa ini?” lirih cakka
Cakka menemukan buku bercorak oranye yang tergeletak jatuh di lantai. Cakka memungutnya. Dan membuka buku tersebut. Ia mulai membacanya dengan serius
“ini adalah buku harian pertamaku…pemberian sivia sahabatku… umurku 17 tahun hari ini… aneh juga rasanya menulis buku harian untuk yang pertama kali … bagaimana hidupku hari ini dan esok akan memenuhi buku ini … aku mencintai masa SMA ku sekarang … disini sepertinya semua tersenyum dan tertawa … ada teman dan sahabat yang selalu menemaniku… dan… ada dia yang menjadi alasanku untuk datang ke sekolah tiap hari … namanya Iel…”
Cakka tertegun sejenak. Ia berdiri dan berjalan menuju kamar shilla. lalu ia menatap tunangannya itu lekat22. Menelusuri lekuk wajahnya. Lalu ia menghela nafas beberapa saat dan melanjutkan aktifitasnya membaca buku harian itu lagi …
( flashback on )
“iel iel iel iel iel” sorakan itu terdengar di seantero sekolah. Shilla, yang merasa nama cowok yang ia sukai di sebut, ia mencari asal dari suara tersebut bersama sahabatnya, sivia
“apaan sih??” kata shilla
“nooh si iel tanding basket” ucap irva
“oh ya?? Wahhh” kata shilla antusias dan menerobos para wanita yang sedang asik menonton dan bersorak untuk iel
“iel iel iel iel” sorak shilla dan sivia
Di lapangan, iel lincah sekali memainkan bola basketnya. Ia terus22an menjebol ring lawan dengan shoot22 terbaiknya. Sedangkan shilla? hanya bersorak senang melihat pangeran tampannya itu bermain.
“ciiieee shilla masuk tuuuh” goda iyan
“hah? Apa sih lo. Hehe” cengir shilla
“yaelah shill, se antero sekolah juga udah tau lagi lo ngefans berat sama iel hahaha” tawa Alvin
“cieeeeee SHILLA LOVE IEEEEELLLL” teriak acha
“aaaaaah kalian apaan sih kalo iel denger gimana coba” rungut shilla malu
“cieeeeeeee shillaaaaa”
“apaan deeeh”
“dia udah tau lagi kalo lo suka ama dia hahaha” tawa sivia
Shilla hanya menoyor sahabatnya itu
Suatu pagi di café depan sekolah …
Shilla sedang berjalan. Seperti biasa, ia selalu telat. Tapi telatnya hari ini membawa keberuntungan baginya. Karna ia melihat iel sedang duduk di café tersebut sambil menyeduh secangkir kopi. Shilla pun berjalan ke arahnya
“hai… lo ga masuk?” Tanya shilla di sebelah iel.
Tanpa memalingkan matanya dari buku yang sedang di bacanya, iel menjawab
“iya… percuma juga udah telat. Jam pertama juga pasti ga boleh ikut” jawabnya singkat
Shilla sedikit kesal mendengar jawaban iel yang terkesan cuek itu
Tanpa suruhan iel, shilla pun duduk di depan iel
“kok lo ga masuk?” Tanya iel
“ehhhmm, percuma juga kan… telat” kata shilla sambil nyengir
“hmm… baca buku apa?” lanjut shilla
“emang judulnya ga kebaca?”
“yaa maksud gue itu buk…”
“novel” potong iel
“ohhhh”
“ga susah kan negur gue secara langsung? Kenapa lo nyampein salam ke gue lewat temen22 lo? Ngerepotin temen22 lo aja. Lo kan bisa ngomong sama gue langsung. Kita juga tiap hari ketemu kan” katanya sambil meminum kopi hangatnya itu
Muka shilla mendadak jadi seperti udang rebus.
Walaupun pertemuanku dengannya tak seindah yang ku harapkan… setidaknya kita berbicara… setelah sekian lama aku Cuma bisa mengaguminya… jadi, bagaimanapun bentuk pertemuan itu, tetap akan menjadi awal yang indah nantinya… siapa tau?
“kelas lo bukannya ada ulangan di jam pertama?” Tanya iel
Shilla terdiam beberapa saat
1 detik
2 detik
3 detik
“mampus!!” ucap shilla yang lalu berlari kea rah sekolah tanpa menghiraukan beberapa orang yang ia tabrak selama di jalan tadi
Iel hanya geleng22 melihat tingkah laku shilla.
( flashback off )
*
Cakka memandangi langit22 sambil tiduran di sofa sebelah shilla. ia terus memikirkan isi dan makna diary milik shilla itu. Sesekali melirik ke arah shilla yang belum juga sadar dari komanya.
( flashback on )
siswa siswi mulai memadati ballkon22 sekolah. Melihat pemandangan disana. Ehm, iel. Yaa, iel. Iel sedang bermain basket sendirian di tengah gerimis yang sedang berlangsung ini. Shilla dan sivia yang tak sengaja melewati balkon pun penasaran dan bertanya pada seorang siswa
“eh yo, ada apaan di sana?” Tanya shilla pada Rio
“ada iel maen basket. Ujan22 noh pangeran lo”
“haah?” ucap shilla dan sivia bareng.
Seperti biasa mereka berdua menerobos kaum hawa yang sedang berjejer rapi di balkon menyaksikan iel itu
“shillaaa.. pangeran lo ujan22… ga di marain??” goda ify
“apaan sih lo fy…” sewot shilla
“yeee ga kasian apa kalo sakit?” kata ify lagi.
Tanpa fikir panjang, shilla turun dan sivia hanya memandangnya heran. Sivia pun melanjutkan aktifitasnya menonton iel Dari balkon
Tak lama kemudian, shilla datang dengan memakai jas hujan dan membawa payung. Ia menari22 di bawah gerimis itu. Iel menghentikan permainan basketnya, sedangkan siswa siswi menyoraki shilla. Shilla Nampak cuek. Beberapa saat kemudian ia menghentikan tari22annya yang gajelas sama sekali itu
“kenapa lo suka basket?” Tanya shilla pada iel yang cengo abis itu
“lah kenapa lo suka jalan22 sama temen22 lo ke mall?” Tanya iel balik
“sok tau. Gue ga suka ke mall kok.”
“terus???”
“gue suka sama gerimis” kata shilla sambil merentangkan ke dua tangannya. Bebas… seperti tak ada beban…
“kenapaa?” Tanya iel
“karna gerimis itu lebih romantis dari pada ujan” jawab shilla dengan tersenyum penuh arti
“kebanyakan nonton film kacangan lo” ujar iel
Shilla menatap iel dalam22 lalu pergi meninggalkannya. Iel masih cengo. Semua siswa siswi pun ikutan cengo melihatnya.
“oiya lupa” kata shilla dengan polosnya sambil mengambil payung yang ia berikan pada iel tadi
*
Shilla mengeringkan rambutnya dengan perasaan sebal. Sivia yang memandanginya pun geli dan tak hentinya tertawa
“masa gitu aja lo marah?” Tanya sivia sambil cekikian
“abis… udah di bela22in ujan22 ehh dianya malah sok cool kaya gitu…”
Sivia kembali cekikian. Shilla menatapnya tajam. Sivia takut dan berhenti cekikian
“kenapa sih lo bisa naksir sama dia?” Tanya sivia heran pada shilla
“gue juga ga tau… sama juga ga tau kenapa gue bisa suka ngelihatin gerimis… sejak pertama kali gue ngelihat dia…”
Shilla terdiam, mengingat 2 tahun yang lalu. Pertama kalinya ia bertemu dengan iel. Pertama kalinya ia mengenal iel
Memory itu terulang lagi. Saat ia dan sivia berada di café depan sekolah. saat ia membuat wajah sivia belepotan cake yang ia pesan. Lalu sivia membalasnya. Dan trjadilah perang22an lempa22an cake. Dan lemparan terakhir serta paling banyak, berhasil tidak mengenai sivia. Tapi mengenai cowok di belakang sivia, siapa lagi kalo bukan iel. Tepat di hidung sampe mulutnya. Iel menggeram kesal. Tapi sivia dan shilla malah cekikian ga jelas melihat wajah iel
Shilla tersenyum saat membayangkan peristiwa itu
Ia memutar kembali ingatannya. Waktu hujan pulang sekolah, di hari itu, di hari ia bertemu dengan iel untuk yang pertama kalinya, ia berteduh di salah satu toko bunga yang kebetulan tutup. Tak berapa lama kemudian, iel berlari ke arahnya dan ikut berteduh disana. Keadaan menjadi canggung, shilla masih tak enak pada iel. Kalau22 iel masih mengamuk tentang kejadian tadi pagi di café. Hujan pun akhirnya reda, menjadi butir22 air kecil yang shilla suka. Ya, gerimis. Shilla pun segera pergi meninggalkan iel sendiri disana.
Shilla menatap keluar jendela, menatapi gerimis yang kini tengah berlangsung itu. Shilla melirik kea rah sivia, ahh, rupanya sahabatnya itu tertidur lelap di ranjang shilla. shilla kemudian tersenyum lagi, dan ikut tidur di sebelah sivia dengan senyum yang terus tersungging di bibirnya.
( flashback off )
“gue yang kasih buku itu ke dia” gumam sivia sambil memandangi hujan di luar jendela.
“cinta… apakah benar22 ada? Aku menjadi bermakna bukan karna cinta berkembang dalam diriku … tapi karena aku merasa sudah bermakna sejak ku harap cinta menghampiriku… karna apa yang lebih bermakna dari hidupku itu” sahut cakka yang tengah membaca 1 halaman dari buku diarynya di depan sivia.
( flashback on )
“persiapan menjelang ujian akhir benar22 menyita waktuku… dan sebentar lagi masa SMA ini berakhir… selamat tinggal dunia mimpi… selamat datang dunia nyata…”
( flashback off )
Cakka menutup buku diary itu.
( flashback on )
“ini neng. Jus jambu yang ga pake susu. Kaya biasa” ucap pelayan yang melayani shilla malam itu.
Shilla hanya mengangguk lemas karna matanya telah capek mempelajari berbagai rumus dan hafalan22 yang menyiksanya itu.
Dari jauh, iel melihat gadis yang taka sing lagi untuknya. Ya, shilla. Kata anak22, shilla adalah gadis yang mengaguminya. Mungkin bisa di bilang menyukainya lebih tepatnya.
Tanpa berfikir, iel menghampiri shilla yang duduk lemas di café itu.
“kalo belajar di rumah bukan disini” ucap iel yang mendapat reaksi kaget oleh shilla.
“ngapain lo disini” kata shilla ketus
“lo sendiran?” Tanya iel
“abis di rumah suntuk. Hafalannya malah ga masuk22”
“bukan masalah tempatnya kali. Tapi pelajarannya”
“sok tauu”
“lo ngapain kesini?”
“emang lo aja yang boleh kesini?”
“iiihhhhh kesel deh kalo ama lo tuh pertanyaan gue ga pernah di jawab. Rese banget” ucap shilla jengkel
Iel tak menjawab. Ia malah mengambil buku yang sedang di baca oleh shilla.
“lo mau tau ga, cara cepet buat ngafalin?” Tanya iel pada shilla
Shilla melihat ragu kea rah iel. Tapi tak lama ia mengangguk, “:gimana?” Tanya nya polos
“udah nonton setting private rayn?”
Shilla menggelengkan kepalanya
“ceritanya tuh tentang perang dunia kedua. Jadi ketika hitler blablablablabla” iel nerocos panjang lebar
Shilla mendengarkannya dengan sungguh22
*
Shilla tertegun di kamarnya. Mengingat wajah iel yang mampu membuatnya jadi cewek paling bodo sedunia. Mampu menghipnotisnya. Senyum iel, sorot mata iel, itu yang akan ia rindukan jika ia lulus nanti.
*
Suatu hari di taman sekolah ….
“ohh jadi selera film lo yang berat22 gitu ya. Pantes aja waktu di lapangan basket…” kata shilla pada iel
“sorry, waktu itu gue ga bermaksud ngatain selera lo kacangan…” potong iel
“tapi sekali22 lo harus nonton film faforit gue lagi”
“buat apa?”
“buat… ngelatih rasa”
“hah??” ucap iel kebingungan
“gue tau lo pinter… segala sesuatu selalu lo lakuin pake otak… tapi rasa juga perlu lagi… gue aja bisa denger tuhhh rasa lo lagi treak22 minta di pake”
“hehehee ntar deh gue coba”
“lo daftar kemana aja?”
“hmmm yang pasti ga di Jakarta”
“loh, kenapa?”
“gue bosen… pengen cari suasana baru”
Muka shilla Nampak sedih.
“bukannya kalo kuliah dimanapun tetep bakalan ada suasana baru ya?”
“iya… tapi gue juga butuh suasana baru di luar jam belajar… kenapa?” Tanya iel yang baru menyadari raut wajah shilla yang mendadak sedih dan kecewa itu
“gue……”
“faforit lo nih” ucap iel sambil merentangkan tangannya.
Gerimis.
Ya, gerimis itu datang lagi.
Shilla hanya terdiam. Entah mengapa gerimis kali ini tak membuatnya senang justru sebaliknya.
“kenapa? Bukannnya gerimis tuh faforit lo?” Tanya iel
Shilla hanya mengangguk sambil memaksakan senyumnya
( flashback off )
Cakka masih terus penasaran dengan isi diary itu, ia terus membalik22 halaman demi halaman.
( flashback off )
Hari itu, iel mengajak shilla ke taman belakang sekolah. Angin yang kencang serta awan yang mendung mengiringi perjalanan mereka sampai ditaman belakang sekolah itu.
“aku pernah menonton sebuah film yang pesannya bilang : bahwa jiika kamu mencintai seseorang maka kamu harus bisa mengatakannya begitu moment itu datang… karna kalaau tidak, maka moment itu akan pergi begitu saja… dan gak akan pernah dateng lagi… lalu, kamu akan menyesal…”
( flashback off )
“vi, lo kan sahabatnya! Gue Cuma pengen tau sejauh mana cinta dia sama iel! Jawab gue vi. Gue berhak tau semuanya” kata cakka yang mulai geram dengan tulisan22 shilla yang tersusun rapi di buku diary tersebut
“lo ga berhak tau itu semua kka! Dan harusnya lo ga berhak baca buku diary shilla!”
“gue berhak sampe sekecil22nya!”
“kalo gitu kenapa lo Tanya itu ke gue lagi? Toh udah jelas tertulis semua disitu kan?”
“gak semuanya dia tulis disini. Sejak lulus SMA, dia jarang nulis. Apa yang terjadi sejak dia tamat SMA? Lo sering sama dia, lo sahabatnya, lo selalu ada saat dia butuh. Apa dia masih berhubungan sama iel iel itu??! Dimana iel sekarang, vi?! ” gertak cakka pada sivia
“mungkin karna dia... karna dia… ini! Sakit di kepala ini semakin sering menyerang, bukan seperti sakit kepala biasa, tapi menusuk di dalam. Karna sakit di kepalanya vi, dia pernah ngomong sama lo tentang sakit di kepalanya? Kenapa dia ga bilang ke gue?! Via, karna sakit di kepalanya ato karna iel?!” lanjut cakka sambil membolak balik buku diary shilla.
Sivia yang mulai kesal dengan kata22 yang di lontar kan cakka pun
“cakka, udah, tenang. Berentii” kata sivia sambil menggoyah22kan bahu cakka
Cakka mulai membuka buku diary itu lagi
“tiba tiba aku takut pada kematian. Aku belum mau mati sebelum aku menemukan cinta yang sebenernya. Sampai aku bertemu dengan iel? Gitu? Hah??! Dimana iel, vi?! Dengerin nih! Dia nulis ini di hari pertunangan kami. Bayangin! Di hari pertunangan gue ama dia! Persiapan pernikahan… walaupun cakka telah menempati ruang di hatiku, tetap ada ruang yang tetap ku berikan pada iel… hari ini, tiba22 aku merindukan iel…” cakka menutup buku diary tersebut dengan geram .
sivia pergi tanpa pamit dengan cakka.
Cakka memandangi kepergian sivia tersebut.
*
Sivia terduduk lemas di kursi taman rumah sakit tempat shilla di rawat, ia merutuki dirinya juga cakka. Tak lama kemudian cakka datang menghampirinya dan duduk disampingnya.
“sory vi. Gue ngelakuin itu karna gue ga mau di sisa hidup gue di penuhi oleh kebohongan. Bahwa gue satu22nya laki22 yang ada di dalam hidup dia”
“lo emang satu22nya kka. Cerita iel dan shilla tuh udah lama banget. Lebih lama daripada kisah cinta lo sama shilla, kka.” Jelas sivia
“justru mereka berpisah sebelum menyatakan perasaan masing22. Sampe sekarang shilla masih penasaran”
“trus lo mau ngapain? Mendingan sekarang lo fikirin tentang kesembuhannya shilla”
“gimana kalo ternyata shilla ga bisa sembuh? Dan saat ini dia Cuma nunggu kedatangan iel”
Sivia menatap cakka kesal. Ingin sekali ia menanggapi omongan cakka tadi. Tapi mengapa ia tak sanggup menggerakan bibirnya?
*
Cakka sedang menyibinni shilla di kamarnya. Membersihkan setiap lengkuk tubuhnya *eittss jangan omes* dengan lembut. Sesekali memeras air yang tersedia di dalam bak.
*
Cakka terduduk di kursi luar kamar shilla. Ia sangat khawatir dan gelisah. Memikirkan dirinya sendiri, memikirkan shilla, memikirkan iel, dan memikirkan mereka semua. Iel juga berulang kali mengintip shilla dari kaca luar kamar.
*
Sebuah mobil Suzuki Lancer melaju cepat di jalanan yang cukup sepi di pagi hari ini. Pengemudi di dalamnya sedang gelisah sambil menyetir.
Tilulit tilulit
*anggep aja suara HP*
Ia meraih handphone yang berada dalam tempat duduk di sebelah kirinya.
“halo? Iya? Maaf, saya gak masuk kerja hari ini. Oke”
Tit
Ia mematikan handphonenya dan terus menatap kedepan. Menatap jalan sambil terus berusahaa menghilangkan rasa gelisah itu.
*
Pengemudi tadi menghentikan mobilnya di depan rumah sederhana minimalis bergaya London tersebut. Untuk sesaat, ia merutuki dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia bisa terbawa ego sampai kesini. Tapi yasudahlah, ini juga untuk kebaikannya dan seseorang yang sangat ia cintai
Tok tok tok
Pengemudi itu mengetuk pelan pintu rumah itu. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik membukakan pintu tersebut.
“siapa ya?” Tanya wanita itu ramah
“siapa fy?” kata seorang laki22 berkacamata yang menghampiri wanita tersebut.
Cakka —pengemudi itu— hanya menunduk dalam22 melihat sebuah kenyataan pahit didepannya ini.
*
“salah satu temen SMA shilla yang memberitau alamat ini” ucap cakka
“siapa? Sivia?” Tanya iel
“saya ga tau seberapa pentingnya kehadiran saya disana” lanjutnya
“saya juga ga tau”
“kalo gitu, kenapa kamu ngelakuin ini semua?”
“buku hariannya bicarain tentang kamu terus. Bahkan di hari pertunangan kami”
“kamu seharusnya gak baca buku harian dia”
“bukan kamu aja yang bilang gitu”
“apa yang sebenarnya kamu harapkan dengan kehadiran saya?” Tanya iel
“kebahagiaan… untuk shilla. Kata hati saya menuntut saya untuk datang kemari. Dia meminta kamu untuk datang ke Jakarta”
Tak di sangka, istri iel, ify, mendengar pembicaraan iel dan cakka. Ify mengintip dari balik kaca rumahnya.
“istri saya?” kata iel sambil memandangi ify yang lalu pergi ke kamarnya
“saya gatau akan datang atau tidak” lanjutnya pelan
*
Gerimis kali ini … membawa kesedihan yang mendalam …
Iel telah selesai berkemas22. Sedangkan ify, ia termenung di jendela kamarnya. Memandangi gerimis yang sejak tadi tak berpindah tempat
“kalo kamu ga setuju aku kesana, bilang aja. Aku ga bakal kesana” kata iel lirih.
Ify menoleh.
“berapa lama?”
“sebentar aja. Cuma mau liat keadaan dia gimana”
“aku takut” ucap ify lirih dan bangkit dari duduknya.
“takut apaa?” Tanya iel sambil memegangi bahu istrinya itu
“aku takut kamu di kalahin sama kenangan.” Ucap ify sambil terisak
Iel membelai setiap lengkuk wajah ify
“percaya sama aku, aku ga akan di kalahin sama kenangan”
Ify terdiam. Iel memeluknya
“janji?” kata ify tiba22
Iel terdiam.
Ify langsung melepaskan pelukan iel dan beranjak dari kamar.
*
Ify menangis di ruang makan. Memandangi suaminya sedang berusaha kembali lagi ke masalalunya, kenangan22 indahnya, tanpa memikirkan perasaannya.
Iel dengan berat melangkah menuju pintu. Tapi ia menengok sebentar kea rah istrinya yang membelakanginya
*
Di rumah sakit, sivia membaca lembar demi lembar buku diary shilla. terkadang ia terpaksa menitihkan air mata karna kata22 shilla terlalu menyedihkan.
“aku lelah… dan aku menyerah dimana aku tlah sampai dan menyadari, aku tidak pernah menemukan apa apa. Dan bahwa seumur hidupku, aku hanya pura22 bahagia”
( flashback on )
Kelulusan. Siapa sih yang ga suka sama kelulusan? Kita berfikir bahwa ga ada yang ga suka sama kelulusan. Dan nyatanya, ada beberapa orang yang ga suka akan kelulusan ini. Seperti, shilla.
“wuuuuuhhh… horeee… huaaaaaa… asiiiiikkk….” Kalimat itu yang terlontar dari siswa siswi SMA itu. Tak terkecuali shilla. ia memang senang, tetapi di balik senyumnya itu, ia merahasiakan berjuta kesedihan di dalamnya.
Shilla memilih mundur dari kerumunan anak22 yang sibuk dengan aksi corat coret baju. Ia berjalan lunglai kea rah seseorang. Sivia memandanginya dengan tatapan heran. Tapi ia berhasil di alihkan oleh segerombolan teman22nya yang memintanya untuk menandatangani seragam teman22nya itu…
( flashback off )
Iel tak focus menyetir mobilnya. Fikirannya melayang. Ia memikirkan shilla. kenangan22 yang ia rajut bersama shilla semasa SMA dulu.
Wajah shilla membayang22i iel saat ini.
Ia mengingat, waktu itu, saat pulang sekolah, ia mendapati shilla sedang mencium bunga di taman sekolah. tapi iel datang, dan ia membuat shilla salah tingkah. Tanpa fikir panjang, iel mengambilkan salahh satu bunga itu untuk shilla. shilla pun tersenyum senang menerimanya dan iel beranjak dari sana.
*
Sivia membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Berharap mendapat kecerahan terhadap masalah sahabatnya itu, shilla.
*
Iel berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Mencari kamar shilla. tak lama kemudian, sivia dari arah berlawanan menuju kamar shilla. Dan tak sengaja, sivia melihat sebuah sosok yang tak asiing lagi baginya. Begitu juga iel. Mereka terdiam dan tak saling bertegur sapa.
Iel menghela nafasnya pelan. Sedangkan sivia berjalan terus sampai ke depan kamar shilla. iel pun ikut berjalan kea rah yang sama. Hingga mereka bertemu di satu titik
“hai vi” sapa iel pelan
“hei, ngapain lo kesini?” Tanya sivia
“kenapa lo nanya kaya gitu?”
“karna lo ga pernah jadi bagian dari hidup shilla”
“cakka bilang lain. Buku hariannya bilang lain”
“apaa?? Kenapa buku harian itu ngebuat otak kalian jadi bego sih?” kata sivia yang lalu meninggalkan iel disitu
“via” panggil iel
Via menghentikan langkahnya
“mungkin buku harian itu yang ngebuat gue kesini. Tapi bisa gak, lo anggep gue sebagai temen SMA nya shilla, yang kesini Cuma buat jengukin shilla?”
“mudah22an aja kaya gitu” ucap via ketus lalu pergi
Iel hanya dapat memandangi kepergian sivia.
Ia lalu melangkahkan kakinya ke depan kamar shilla. disana terlihat jelas dari kaca. Shilla dengan selang nya, infusnya, tabung22 oksigen disana. Entah mengapa, tetesan hangat itu menyentuh pipi iel. Ia memandangi lekat22 gadis yang terbaring lemah disana
Iel masuk kedalam sana. Mulai mendekati tubuh yang terbaring di atas kasur tersebut.
“shill, ini gue, iel. Udah lama ya kita ga ketemu?” ucap iel
Sivia melihat iel dari kaca. Iel tengah mencium pipi shilla dengan lembut. Membelai rambutnya.
“jangan marah ya? Udah dari SMA gue udah lamaaaaa banget pengen cium pipi lo. Kalo aja gue tau lo, dulu, pegang tangan lo aja gue takut. Lo masih inget apa yang kita tulis di tembok belakang sekolah? seharusnya gue tulis…” iel menggantung ucapannya. Karna melihat sivia yang tengah memandanginya dari kaca.
Sivia mulai memundurkan tubuhnya, dan pergi dari situ.
Ckleekk
Tiba22 pintu terbuka. Iel keluar darisana. Dan menghadang sivia untuk pergi.
“lo bilang lo Cuma pengen jenguk aja” kata sivia bergetar
“iya vi. Gue Cuma pengen jenguk dia”
“tapi tadi gue liat lo lebih dari sekedar jenguk”
“nge…ngeliat dia.. bikin gue… seharusnya gue ga dateng”
Mereka berdua terdiam. Bergelut dengan fikiran mereka masing22.
*
Iel sedang berjalan gontai memasuki halaman mantan SMAnya dulu.
Ia duduk di sebuah kursi taman. Ya, disinilah pertama kali ia melihat shilla. Dan mau tak mau, memori itu kini kembali bergeliut dalam otaknya. Tak dapat ia sanggah, ia terlalu lemah untuk menyanggah memori yang memaksa ingin berulang itu.
( flashback on )
Shilla berjalan lemas tak tau arah, di hari kelulusan itu. Ia berjalan melewati puluhan anak yang kini sibuk dengan urusan corat coret seragam.
Iel berjalan, ia juga sedang mencari teman22nya untuk aksi corat coret tersebut. Shilla melihatnya, saat ia sedang bersama temannya. Tanpa ragu, shilla mendekatinya.
“hei…mau tanda tangan?” Tanya shilla sambil mengangkat spidolnya.
Iel menoleh ke arahnya dan menyambar spidol itu
“ga ada tempat lagi kayanya” kata iel sambil memperhatikan seragam shilla
“selalu ada tempat buat lo” lirih shilla sambil menekuk kerah seragamnya keatas. Ia berbalik arah membelakangi iel. Dan iel pun dengan segera menandatanganinnya.
Jelas sekali, shilla menahan tangis yang membendungi pelupuk matanya. Iel pun bisa merasakan itu.
“gentian ya, gue boleh tanda tangan dimana?” kata shilla yang mulai bergetar
“terserah”
Shilla menandatanganinya di atas saku baju iel.
Air mata yang shilla tahan pun tak dapat lagi terbendung, ketika pandangan matanya dan mata iel bertabrakan. Iel menjadi tak enak sendiri dengan shilla. tanpa tau apa yang dirasakan shilla sekarang.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar