Kamis, 25 Agustus 2011

Almost Soulmate (part 6)

Ini lanjutannyaa.. Lama banget ya?? Emang.. sibuk sayaa… Mana ga ada pulsa modem.. muhuhuhu .___. Yaudin, ceyamat membacaaah.. (:

Maap kalo jelek :D

ALMOST SOULMATE PART 6

******************

“Iyel?” Rio menatap Gabriel, lalu tersenyum.

Gabriel mengangguk, “Ngapain lo disini, Yo?”

“Ngopi, ngilangin stress aja. Nah, lo ngapain disini??” Rio mendekati Gabriel.

Gabriel mengangkat bahunya, “Yah, nggak ada salahnya kan disini? Lagian nih coffee shop juga punya sodara gue,”

“Oh, jadi Ridho tuh sodara lo? Wah, dia temen SMP gue,”

“Oh ya? Kebetulan dong..”

“Hm, gimana kalo lo mampir ke apartemen gue dulu? Di depan sana? Ntar kita cerita-cerita deh,”

Gabriel mengangguk, “Boleh juga, Yo.. Hayuk..” mereka berdua pun melangkah menuju apartement Rio yang tak jauh dari coffee shop itu.

**

“De, lo udah tidur belom?” ujar seseorang dariluar.

Debo yang masih berkutat dengan gitar yang di pegangnya pun bangkit dari ranjang dan membuka pintu. Ia melihat Ari sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

“Ada apa,Ri?” tanya Debo heran.

Ari meringis, “NGgak ada apa-apa. Cuma mau minta tolong, boleh?”

“Boleh kok, minta tolong apa??”

Ari mendekatkan posisi tubuhnya pada Debo, lalu berbisik, “Tolong, lo bawa kunci rumah. Gue ada jadwal balapan, Mang Wido yang tugas satpam hari ini nggak masuk. Nah, mbok Serjun juga udah tidur, makanya, gue minta tolong elo buat jagain pintu besar sama pintu gerbang. Soalnya, kalo gue minta tolong ke Ata, yang ada dilaporin bokap nyokap,”

Ari menatap Debo penuh harap, “Mau, kan?”

Debo hanya mengangguk, “Asal pulangnya gak lebih dari jam 3 aja, ya. Soalnya, mata aku meleknya Cuma sampe jam segitu,”

“Hahai! Oke Deee, lo baaiiiiiik banget! Gue cabut dulu, ya! Ini kuncinya,” Tukas Ari sambil memberikan dua buah kunci pada Debo. Lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Debo mengangkat bahu sambil masuk kembali kedalam kamarnya,.

**

“Loh, Gabriel?” ujar Ify tak percaya.

Gabriel meringis, “Iya, gue Iyel,” katanya sambil terkekeh.

“Ngapain kamu kesini? Sama mas Rio juga?”

Gabriel mengangguk, “Iya , tadi nggak sengaja ketemu, terus Rio ngajakin mampir. Sekarang dianya lagi ada tamu di lobby,” Hening sesaat. Semilir angin malam yang dingin sedikit membuat bulu kuduk Iyel merinding.

“Masuk aja, yuk?” ajak Gabriel. Ify pun mengangguk dan mengikuti Gabriel yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam.

“Btw, gue beneran loh sama omongan gue yang tadi,” ujar Gabriel setelah menduduki sofa.

Ify menyerngit “Omongan yang mana?”

“Yang; daripada curhat ke benda mati, mending curhat ke gue aja, Fy (Part 5)”

Ify terkekeh, “Belum terbiasa curhat sama orang, Mas..”

“Jangan panggil Mas, ah. Gue kan lebih muda dari elo, panggil Iyel aja,”

Ify mengangguk, “Iya, Yel..”

“Hmm, kalo lagi butuh seseorang buat curhat, ya curhat aja sama gue. Gue mau kok dengerin. Kalo lo belum siap, anggep aja gue Debo. Biar lo bisa curhat bebas, apa aja, sama gue. Gimana?”

“Di tampung dulu deh idenya,” kata Ify sambil terkekeh.

Mereka berdua pun berbincang-bincang. Membicarakan hal-hal yang penting, sampai tak penting sekaligus.

Sementara di Lobby…

“Sivia?” pekik Rio.

Sivia menoleh, “Akhirnya, lo dateng juga, Yo..”

“Mau apa, lo?” tanya Rio dingin.

“Gue, Cuma mau ngomong sesuatu sama lo. Tapi, nggak disini bisa?”

“Nggak, gue maunya disini aja.”

“ayolah Yo, yaaah, di cafĂ© apartemen lo aja deh paling nggak, gue traktir.”

Rio mengangkat bahu, “Oke, 10 menit aja, nggak lebih..”

“Iya,” Sivia pun berjalan mendahului Rio. Sedangkan Rio dengan heran mengikuti Sivia dari belakang.

“Mau ngomong apa?” tanya Rio sambil duduk di depan Sivia.

Sivia menatap Rio, tatapan yang aneh. “Gue.. sayang elo, Rio..”

‘Ahh! Gue udah nebak, pasti dia mau ngomong ini lagi!’ rutuk Rio dalam hati.

“..Gue pengen lo jadi cowok gue, yang terakhir. Gue, gue bener-bener cinta sama lo. Apa nggak ada nama gue sedikiiiit aja di hati lo??” tanya Sivia dengan nada putus asa.

“Nggak,” jawab Rio sambil melengos. “Tapi..”

“Tapi apa. Yo?” tanya Sivia antusias.

“Kalo di hati Alvin, pasti terukir berjuta-juta nama lo.”

Sivia melengos ketika nama Alvin di sebut, “Udah deh, nggak usah bahas dia. Gue males!”

“Ya terserah lo sih, pokoknya sampe kapanpun gue juga males berurusan sama lo..” jawab Rio sambil tersenyum sinis.

Sivia berdecak kesal, “Mau lo apa sih Yo?”

“Harusnya gue yang tanya, mau lo itu apaan? Berapa kali gue nolak lo? Tau diri, dong!”

“Gue nggak bisa lupain elo, Rio…!!”

“dan gue juga nggak bisa cinta sama lo, Sivia..” Rio mendengus, “Lo bisa lupain gue, kok. Asal lo mau ngebuka hati lo buat Alvin. Dan jangan pernah mikirin gue.. udah, gampang, kan?”

“Lo kalo ngomong gampang, Yo. Tapi gue yang ngejalanin?? Lo tuh kaya candu, sehariiii aja nggak ngeliat lo, rasanya gue jadi senewen. Dan sekarang lo bilang, gue harus buka hati gue?? Nggak Yo, nggak mungkin bisa,”

“Gue yakin lo bisa. Buka hati lo buat Alvin. Minta Alvin ngajarin lo buat lupain gue. Beres kan,” hening sesaat. Rio akhirnya membuka suara, “Lo sayang gue, kan?”

Sivia mengangguk.

“Lo cinta gue, kan?”

Sivia mengangguk lagi.

“dan lo mau ngelakuin apa aja buat gue??”

Lagi-lagi Sivia mengangguk.

“Kalo gitu, lupain gue! Terima Alvin. Hapus gue dari hati lo. Ganti semua nama gue jadi nama Alvin. Karena Alvin lebih sayang sama lo, dia juga lebih cinta sama lo. Lah gue? Sama sekali nggak ada sepersenpun rasa sayang ato cinta gue ke elo, Siv..”

Sivia memandangnya nanar, air matanya jatuh menetes. “Kenapa lo jahat sama gue, Yo??”

“Lo yang ngebuat gue jahat sama diri lo.. bukan gue. Kalo aja lo nggak ngejar gue, gue juga nggak akan kayak gini kok. Oke, waktu kita udah abis. Gue mau balik..” uajr Rio datar lalu bangkit dari duduknya. Belum genap 10 langkah, Sivia memanggilnya.

“Rio.. !!! karena gue cinta dan sayang sama lo, gue mau ngelakuin apa yang lo suruh itu.. demi elo, Rio. Demi lo..!!!”

Rio mengangkat bahu, dan berjalan tanpa menghiraukan ucapan Sivia.

Sivia merogoh ponselnya, lalu memencet tombol hijau dua kali. “Halo, Vin? Gue.. gue mau nerima lo. Iya, gue yakin. Serius. Iya.. Oke.. Sama-sama.. gue ngantuk nih. Tidur dulu ya? Oke good night juga..”

Klik. Telfon di tutup.

**

Alvin memberentikan mobilnya di sebuah restoran yang tak jauh dari Menteng. Kepalanya berdenyut, perutnya keroncongan, akibat seharian belum melahap sesuap nasi. Ia pun bergegas masuk ke dalam resto tersebut, dan memilih tempat yang tak jauh dari kolam ikan.

“Mau pesen apa, Mas?” tanya cewek berkulit hitam manis dengan senyum mengembang di wajahnya.

Alvin memilih-milih menu, lalu telunjuknya berhenti, “saya pesen Kari ayam aja, mbak.”

“Lalu, pesan apa lagi?”

“Minumnya es teh aja,”

“Baik, ada lagi??”

Alvin menggeleng.

“Pesanan akan datang sebentar lagi, tunggu sebentar ya mas” pelayan itu pergi.

Alvin bangkit dari duduknya, berniat akan ke toilet sebentar. Setelah keluar dari toilet, tiba-tiba…

“Aduh,,, aawwww.. panassss..” rintih Alvin sambil meringis.

“Astaga.. maaf mas, maaf. Ya ampun, saya nggak lihat. Maaf..” ujar cewek itu sambil menunduk.

Alvin mendongak, “Iya nggak papa, mbak. Aaaarrgghh,” Rintihnya lagi.

“Sebentar mas, mari saya bantu duduk..” cewek itu membantu Alvin duduk. “saya ambilin obat dulu ya,”

Alvin hanya mengangguk. Sial sekali hari ini? setelah seharian harus mendengarkan ‘ceramah’ dari ayahnya, lalu kelaparan, eeeh sekarang ketumpahan kuah bakso yang masih panas. Lalu setelah itu, apa lagi????

“Maaf ya mas, sekali lagi maaf sekali. Saya tadi nggak lihat. Maaf, saya teledor,” kata cewek itu penuh penyesalan.

“Iya, nggak papa kok. Saya maklum, soalnya udah malem banget ini.” Alvin tersenyum pada cewek itu.

“Saya ganti ya kemejanya? Aduh, saya nggak enak sama mas,” cewek itu memandang Alvin dengan gelisah.

“NGgak usah mbak, lagian Cuma kaya gini doang..”

“Tapi mas,,”

“Udah, nggak papa. Nggak serius kok ini.

Setelah cewek itu selesai membersihkan luka yang tak begitu serius di lengan Alvin tsb, dia beranjak ke dapur dan memberikan pesanan Alvin. Alvin pun memakan makanan tsb dengan lahab, bahkan seperti orang yang kesetanan. Setelah selesai, Alvin kembali memanggil cewek tadi dan meminta bill.

“Nggak usah mas, buat mas gratis,,!” ujar cewek itu sambil mengangguk.

“Loh, kok gratis??”

“Karena mas nggak ngebolehin saya buat ganti kemeja mas, makanya saya gratisin makanan mas. Udah nggak papa, nggak usah di bayar..”

“Kok gitu mbak? Udah lah, nggak papa..”

“Loh, masnya ini dibilangin kok ngeyel sih? Udah mas, nggak papa. Simpen aja uangnya. Sekali lagi maafin saya, loh.. tadi bener-bener nggak sengaja.”

“Duh, udah berapa kali mbak minta maaf ke saya?” Alvin terkekeh. Sementara cewek itu tersenyum tipis.

“Oh iya, namaa mbak siapa?”

“Agni..”

“Oke mbak Agni, terimakasih untuk gratisannya. Lain kali, saya akan kemari lagi..”

Agni mengangguk sambil terkekeh, “Baik, mas..”

Alvin pun menaiki mobilnya. Seutas senyum terpasang di wajahnya ketika ponselnya berbunyi dan menunjukkan si pemanggil. ‘Sivia’ “Halo, Siv?..Hah? serius?? Nggak bercanda kan??..thanks.. thanks siv! Iya.. oke. Good night,”

**

Ify tersenyum, mengingat percakapannya dengan Gabriel semalam. ‘Ternyata Gabriel itu humoris juga, ya?’ batinnya sambil terus tersenyum.

“kenapa lo?” tanya Rio yang membuat Ify hampir saja jatuh merosot dari tempat duduknya.

“Ke..kenapa apanya mas?”

“Yah elo kenapa? Senyam senyum sendiri, kayak orang nggak waras tau nggak?”

Ify meringis, “kan senyum itu ibadah, mas..”

“Ah, what ever..”

Ify merengut, ‘andai Rio itu kayak Gabriel.. lucu, baik, ramah.. loh loh, kenapa aku jadi bandingin Rio sama Gabriel?’ ify menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kayaknya nih anak perlu di periksain deh,” gumam Rio lebih pada dirinya sendiri. “Tadi senyum-senyum sendiri, sekarang geleng-geleng sendiri,” lanjutnya.

Mitsubitsi Lancer Rio yang telah di modifikasi sedemikian kerennya sedang membelah lalu lintas Jakarta yang macetnya minta ampun. Rio mendengus sebal, “Kapan Jakarta ini nggak macet, ya? Hrrr, andai kantor S-Ent ada di Semarang, Surabaya, Jogja, ato Bali. Gue pasti pilih S-Ent yang ada disana aja. Daripada hidup di Jakarta yang selalu dan selaaaaaalu macet!!”

Ify terkekeh, “Yaaaa, salahin tuh Gubernur sama Walikota Jakarta. Pake bangun busway segala. Enakan juga di desanya Ify, mobil aja jarang-jarang ada yang punya. Motor? Paling nggak ya vespa. Paling banyak tuh pake sepeda kebo, atau kalo nggak ya jalan kaki. Hihihi,”

“Itu mah ketinggalan jaman banget, Fy, namanya. Maksud gue, yaaaaa, di kota besar, tapi yang jarang kena macet gitu..”

Ify manggut-manggut, “Minta pindah aja,”

“Lo sih kalo ngomong enak,” cibir Rio.

Ify terkekeh lagi, “Kan Cuma usul..”

Jam sudah menunjukkan pukul 7, sedangkan Rio terjebak 7 km dari SOSA. Untuk melangkah 1 km saja di perlukan waktu 15 menit. Apalagi 7km lagi?? “Kita bakalan telat, nih..”

“nggak papa, sekali-sekali telat kan nggak ada salahnya? Ehehe..”

“Tapi gue nggak suka. Gue orangnya on time. Kalo generasi muda doyan ngaret kaya elo mah, pasti Indonesia bubar dah..”

“eeeh, Ify bukannya doyan ngaret, kan ify Cuma bilang sekali-sekali..”

“Sekali-kali tapi nantinya keterusan..” Rio melengos, memandangi jendela mobilnya. “Anjirrr, nih macet nggak jalan-jalan, sih??” rutuknya.

Ify hanya mengangkat bahu, dalam hati juga berdoa semoga macetnya lalu lintas bisa berkurang seiring berjalannya waktu.

**

“De.. mata lo kenapa?? Kok ngalahin belonya Deva??” seru Chiara saat duduk di depan Debo.

“Hoaaammmzzz..” Debo menguap.

“weeey, baunya!” seru Chiara sambil menutup hidungnya. “belom mandi ya, lo?”

“Enaghh ajaaaah…” ujar Debo sambil menguap lagi.

“Buktinya,, hiiiih bau jengkol..” Chiara begidik.

“kamu pagi-pagi udah ngeledek aja sih kerjaannya,” cibir Debo. “ngerjain PR kek, atau apa gitu. Jangan Cuma ngeledek orang..”

Chiara meringis, “Piss De, canda!! Kalo ngerjain PR mah, ntar gue di bilang kaya orang pinter lagi.. Yaudah gue cabut dulu yeee,” Chiara beranjak dari kursinya.

Tak lama kemudian, Deva datang bersama Alvin. Muka keduanya kusut. “Qalian kenaphaaa??”

Deva duduk di sebelah kiri Debo, dan Alvin duduk di sebelah kanan Debo. “Suntuk..” ujar Deva.

“Capek..” tambah Alvin.

Debo manggut-manggut, “Xamaaahh…” Debo kembali menguap, lalu menelangkupkan kepalanya di atas meja. Dan…… zzZ zzZ zzZ zzZ

“Jiah! Nih anak udah ngorok aja,” kata Deva.

“Iya nih, ikutan ngorok yuk dev, gue lagi pusing banget. Mana kurang tidur semalem,” ujar Alvin.

Deva mengangguk, “Boleh deh.. terserah lo.. he he he” Deva pun langsung tidur dengan posisi sama dengan Debo. Tak lama kemudian, Alvin mengikutinya.

“Selamat pagi,” sapa Pak Dave sambil melenggang masuk ke dalam kelas.

Semua langsung berhamburan duduk di kursinya masing-masing, “Pagi pak…”

“Oke, kali ini kita akan mempelajari tentang improvisasi.. Eh, itu siapa yang tidur??”

Semua serempak menoleh kearah meja Debo, Alvin dan Deva. Tanpa mengatakan apa-apa, mereka kembali menghadap pak Dave. Dalam hari mereka terheran, Alvin bisa tertidur saat pelajaran berlangsung.

“De, bangun!” ujar Chiara sambil menggoyang-goyangkan tubuh Debo.

Debo bergerak sedikit dan bergumam, “Apaan sih? Ganggu orang tidur aja,”

“De, ada pak Dave, De..”

“’Pak Dave siapa sih?” tanyanya dengan nada agak meninggi. Pak Dave yang mendengar namanya di sebut pun menghampiri mereka.

BRAKKKKK…!!!

Pak dave menggebrak meja mereka bertiga. Alvin, Deva dan Debo terloncat dari kursi hingga terjatuh bersamaan. Seisi kelas pun tertawa terbahak-bahak.

“Kalian! Masa pelajaran saya belum di mulai udah tidur, sih??” tanyanya jengkel.

Alvin meringis kesakitan, sambil mengelus-elus tengkuknya yang tertatap meja. “Maaf pak, saya kurang enak badan..”

Deva menimpali, “Saya juga, pak. Kepala saya pusing sekali..”

Debo menguap, “Kalo saya, memang masih ngantuk pak..”

PLEEETAAAAKKK…!!!

Pak dave menjitak kepala Debo menggunakan buku setebal 5cm. tak lama kemudian, hal yang sama terjadi pada Alvin dan Deva. “Kalian ini, yah.. nggak di ajarin sopan santun yah??”

“awww” rintih mereka bersamaan sambil meringis.

Pak Dave berdecak, “ayo kalian ke belakang sana! Cuci muka kalian biar seger”

Mereka bertiga pun mengangguk, “iya,pak..” lalu bangkit dari duduknya dan keluar kelas.

“elo sih.. kenapa ikut tidur segala..” komentar Alvin.

“lah? Kan gue udah bilang gue ngantuk! Lo juga De, kenapa tidur?”

“aku semalem nggak tidur, gara-gara jaga pintu..”

Deva mendelik, “jaga pintu?? Ya ampun! Jadi lo di angkat jadi anak tuh kamuflase doang? Sebenernya lo di jadiin satpam?? Gitu?? DEBOOOO…!!! YA AMPUNN.. GUE PRIHATIN YAH…” histeris Deva lebay.

“ga usah mendelik gitu dev, mata lo udah belo tau.” Komentar Alvin.

Debo terkekeh, “bener kata Alvin”

Deva merengut. “yayaya, asal kalian bahagia.. terserah deh”

“hehe.. gini lhooo, tadi malem si Ari itu minta tolong aku buat jagain pintu rumah, katanya dia mau pergi. Eeee, pas aku jagain, di tungguin sampe pagi, tau-tau dia baru pulang jam 3. Akhirnya aku ga tidur deh sampe pagi. Takutnya sih, kalo tidur, aku ga bisa bangun lagi hehehe”

Deva menjitak Debo, “dasar keboo. Lo di manfaatin dodol”

“ohya? Aku ga ngerasa kok, beneran.”

“lo terlalu baik sih de,” komen Alvin.

“ah, ga juga..”

Mereka pun membasuh wajah mereka di wastafel sambil mengutuk Pak Dave yang mengganggu tidur mereka di pagi yang Indah ini.

**

“Hari ini, kita ada ulangan dadakan!!” teriak Jane sambil berlarian di dalam kelas.

Rio dan Ify yang baru saja sampai pun menyerngit, “Dih, autis” cibir Rio.

“Cuma ulangan doang aja, kaya orang kebakaran jenggot” komentar Gabriel yang ada di belakang Rio dan ify.

Ify menoleh ke belakang “eh, iyel”

Gabriel tersenyum, “baru dateng juga kalian berdua??”

“Iya nih, macet” ify menaruh tasnya di bangku paling depan, sedangkan Gabriel mengikuti di belakang ify dengan Rio.

“pagi anak-anak” sapa Pak Therta.

“pagi pak…”

“pagi ini, kita akan melakukan tes vokal. Para guru setuju akan mengadakan pemilihan untuk drama musikal yang akan di adakan sebulan lagi dalam rangka memperingati ulangtahun SOSA yang ke 30. Jadi, saya mohon kalian bersungguh-sungguh ya,”

“baik pak..”

Pak Therta duduk di banngkunya, lalu membuka absensi kelas Musik C-2 itu. “Baik, karena hanya ada 20 murid disini, bapak minta sukarelawan, yang benar-benar mau mengikuti audisi yang akan di laksanakan nanti jam 9 pagi di aula, siapa saja?”

Rio mengangkat tangan, “saya pak! Mario stevano..”

“baik, siapa lagi?”

“saya pak!” ify dan Gabriel berseru bersama.

“Alyssa saufika,”

“Gabriel stevent”

Ify sontak menoleh dan melotot. Gabriel Stevent?? Apa dia stev?? Sekarang, di dalam otak ify hanya ada suara Gabriel yang menyerukan namanya. Stevent, stevent.. Stev kah dia?? Apa dia Stev yang ify cari selama ini??

Tapi di dalam nama Rio juga tercantum kata STEV, apakah salah satu dari mereka adalah Stev teman masa kecil ify dan Debo? Atau ini Cuma kebetulan saja? Ify menggigit bibirnya,bingung.

“lo kenapa fy?” tanya Zeva di sebelah ify.

Ify menggeleng, “ga papa kok ze,”

“baik, yang tadi sudah mau bersuka rela mengikuti audisi drama musikal sekolah, silahkan menghubungi Bu Ribka, beliau sudah ada di aula. Dan bagi yang tidak mengikuti audisi, kalian tetap mengikuti pelajaran seperti biasa..”

“YAaaaah, bapaakk…” koor anak-anak malas.

Ify, Rio, dan anak-anak SIB keluar menuju aula sekolah. Dimana sudah ada beberapa murid yang mengantre untuk mendaftar.

Ify menarik lengan Gabriel. Gabriel tersentak, “eh, ada apaan fy?”

Ify memandang Gabriel tepat di manik matanya, “nama kamu… Gabriel stevent?”

Gabriel mengangguk, “iya.. kenapa? Ada yang salah?”

“oh, ga kok. Sama sekali enggak” ify melepas genggaman tangannya pada lengan Gabriel. “yaudah, Cuma mau tanya itu aja kok,hehe”

Gabriel mengangguk, “ohh gitu, yaudah deh” lalu ia berjalan mengambil formulir pendaftaran.

**

“Alvin, Deva, Debo! Karena tadi pagi kalian sudah mengacaukan pelajaran saya, kalian harus dan wajib ikut drama musikal yang akan di adakan SOSA sebulan lagi”

Mereka bertiga melongo. “drama musikal? Aduh pak, yang bener aja!!!” komen Deva.

“kita ga bisa nyanyi, plis dehhh” timpal Debo

Alvin melengos, “saya juga sibuk pak, pasti papa ga bakal mengizinkan saya ikut kaya begituan”

“tidak ada tapi tapian! Biar bapak yang akan bilang sama papa kamu, Alvin. Sudah, ambil formulir di ruang aula sana, bapak mau membantu bu Cecil mengaudisi anak-anak yang berminat..” jar pak Dave sambil melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga di depan kelas.

“Oh noo!!!!! Gue ga berminat sama sekaliiii…” jerit deva.

“udah, terima aja” debo menepuk pundak deva sambil menatapnya kasihan.

“gue kan orangnya pemalu, masa diikutin beginian sihh” deva merutuk.

“yang ada malu-maluin kali” cibir Alvin sambil terkekeh “yaudah, ke aula sekarang, keburu ntar rame..”

**

Rio menatap kira-kira 100 orang yang memadati aula dengan malas, “sebanyak ini? mana gue urutan ke 45 lagi..” keluhnya.

“woy broo..!!” sapa Alvin sambil menepuk bahunya.

“eh, apaan Vin?”

“ikut audisi juga?” tanya deva yang ada dibelakang Alvin.

Rio mengangguk, “kalian juga?”

“iya, tapi terpaksa sih” deva merengut. “gara-gara debo tuh”

Debo yang merasa namanya di sebut pun menoleh “kok gara-gara aku? Ya kalian kan ikutan tidur juga. Coba kalo kalian ga tidur, mungkin yang ada disini Cuma aku doang. Iya kan?”

“udah udah, ga usah ribut ah” lerai Alvin. “oiya, gue belum kasih tau kalian semua ya? Tadi malem, gue jadian sama Sivia”

“beneran lo? Sumpah?” tanya Rio dan Deva tak percaya.

Alvin mengangguk, “beneran! Tadi malem sekitar jam10 dia telfon gue gitu”

Rio manggut-manggut, ‘dia udah ngebuktiin omongan dia yang tadi malem berarti’ batinnya.

“pejenya jangan lupa dong,” ujar debo sambil meringis.

“elo mah mikirnya peje mulu. Iya deh gue traktir nanti. Ajakin ify juga ya”

“kenapa kudu ngajak cewek sih?” keluh Rio.

“yah kan ify temen kita juga yo” sahut debo. “Alvin juga udah anggep ify kaya adeknya sendiri kok, ya kan vin?”

Alvin mengangguk “yo’i. yaudah, gue mau nyamperin sivia dulu ya”

“cie… mentang mentang baru jadian..” koor mereka bertiga serempak.

“apaan sih lo. Pokoknya, setelah audisi ini beres, kalian gue tunggu di kantin ya”

“siaaapp!!!”

**

“kita ini orang-orang yang beruntung yah” kata Zeze pada anak-anak SIB + ify.

“beruntung maksudnya?”

“ya beruntung, kalo orang-orang pada di trainee dulu, kita langsung debut. Ckckkc, hebat”

“iya juga, ya. Tapi walaupun kita langsung debut, perjuangan kita sebelum ketemu Rio itu juga susah lho,” Gabriel memajukan kursinya. “awal kenal kita juga ga sengaja banget,” kenangnya.

“wah, seru ini.. cerita dong” pinta ify.

“simak baik baik ya Fy” pesan Ray.

Ify mengangguk.

“gini ceritanya” kata Ray mengawali cerita. “gue sama zeze temen satu kompleks, kakaknya zeze, namanya bang Nata, dia guru musik di SMU Harapan, dan bikin sekolah buat anak-anak jalanan sama ceweknya, kak Niki. Kak Niki juga guru di SMU Harapan, tapi guru cheers..”

“..terus, suatu hari, Gabriel yang masih kelas 2 SMP itu kesasar di deket SMU-nya kak Niki. Dan dia yang memang baru pindah ke Jakarta itu sama sekali ga tau alamatnya dimana. Dia juga ga bawa hape, terus bang Nata ngusulin supaya dia di bawa ke rumah Zeze.. akhirnya dia di bawa ke rumah Zeze. Iyel nginep disana, dua hari! Dan setelah itu, iyel kami bawa ke kantor polisi, kita sampe iklanin tuh iyel ke Koran. Eee, paginya ortunya tuh ngambil iyel.”

“..dan gobloknya lagi, gue ternyata ga sadar, kalo rumah gue itu ada di belakang rumahnya Zeze pas!” Gabriel tertawa.

Ify tertawa juga, “kok bisa??”

“ya bisa lah! Itu hari pertama gue di rumah baru. Mana gue tau kalo rumah gue disana. Awalnya sih gue Cuma pengen jalan-jalan, tapi gara-gara di kejar anjing, gue jadi hilang arah. Perasaan gue bilang, kalo gue udah lari jauuuuh banget dari rumah!! Ternyata eh ternyata, Cuma di belakang rumah pas..” tawa anak-anak SIB meledak.

“dasar!! Terus terus?”

“abis itu, kita jadi kenal sama iyel. Sering main bareng gitu. Dan akhirnya, kita hangout bareng. Di salah satu toko kaset, kita ketemu cakka..”

“udah, bagian gue ga usah di ceritain deh. Malu” cela cakka.

“udah, diem aja loe..”

“..dia jadi badut. Gara-gara apaan cakk?” Gabriel cekikikan

“tau deh” cakka merespon tak selera.

“..gara-gara dia bikin nazar, kalo di tolak sama sodara gue, dia bakal pake kostum badut keliling mall kelapa gading! Bayangin deh, haha lucu banget! Cakka gitu, cowok cool..” lanjut IyeL

“ehm, ralat ya, sok cool” kata zeze.

“enak aja lo!” sungut cakka.

“haha iye deh, cakka gitu, cowok sok cool, eee ternyata, di tolak mentah mentah sama adeknya Gabriel, hahaha”

“dan karena si cakka udah bikin nazar begitu, si Oik nyuruh gue mata-matain si cakka. apa beneran dia nepatin nazar itu.. gue, ray sama zeva ke kelapa gading, buat nyariin dia. Dan ternyata ketemu. Lo ga bakal bisa bayangin, cakka gitu loooh, jadi badutt!” Gabriel tertawa lagi.

“dan yang paling malu-maluin, waktu masuk ke lift, cakka kesandung, terus jatoh, nimpain bapak-bapak cleaning service.. bwakakakak.. buset deh, tuh bapak-bapak ngambek ga ketulungan. Bahkan, sampe sekarang pun, bapak itu masih inget sama kita..”

“hah? Seriusan?” Gabriel mengangguk. “wah, terkenal juga ya..” ify mengalihkan pandangannya kea rah cakka. “bisa di replay ga kka? Pengen liat nih” lalu ia terkekeh.

Cakka bangkit dari duduknya “tau deh! Gue ke kamar mandi dulu”

“jiah ngambek buu???” goda zeze. Tapi cakka tak menghiraukannya.

“ga bayangin beneran deh.. terus terus? Gimana??”

“abis itu, kita kan kasihan sama si cakka. kita barengin aja pulangnya. Dan disitu kita cerita-cerita. Kenalan gitu deh, tukeran nope, Friendster, dll”

“..ga lama setelah itu, cakka ngumpulin kita bertiga di mall kelapa gading lagi. Dia tanya, kita punya keahlian maen alat musik apaan. Ya gue jawab, gue bisa nyanyi sama gitar, zeze bisa ngebass, dan ray bisa ngedrum. Akhirnya, kita sepakat bikin band..”

“..ga Cuma sampe situ aja, fy. Perjuangan kita bikin band itu susah banget. Kita beda sekolah, punya kesibukan masing-masing. Waktu itu, kenaikan kelas 3 SMP. Tau sendiri kan, kelas akhir itu emang paling sibuk. Sibuk sama tugas, mikirin praktek, ujian akhir, sampe rasanya mau pecah.”

“..padahal kita baru sekali latihan band lho, dan gue sempet bilang ke cakka, kayaknya nih band ga ada gunanya. Lagipula, kita udah kelas 3, mana sempet urusin band? Tapi si cakka ngotot, pokoknya band ini kudu berdiri, dan harus masuk ke S-Entertaiment. Yaudah, di tengah kesibukan kita semua, kita sempetin buat latihan band. Walaupun harus kena tegur berkali-kali sama bokap nyokap. Untung ada bang Nata, dia yang bantuin kita setiap kali nyari-nyari alesan buat ngeband. Dia kan juga pernah muda, hehe”

“..betul tuh! Bang Nata berjasa banget. Dia juga ngajarin gue gimana cara menguasai panggung, improve, tehnik maen gitar yang bener, pokoknya he’s the best lah..” kata iyel bangga.

Ify manggut manggut, “setelah itu, kalian ketemu audisi yang di adain S-entertaiment??”

“belum fy, kelas 3 akhir-akhir itu, kita bubar.. gue juga ngerasa, percuma aja bikin band, ngabisin duit, tapi ga pernah bisa terkenal. Gue putus asa, jadi gue putusin buat keluar dari band, dan focus sama ujian” tutur zeze.

“..tapi, setelah lulus, tanpa sengaja kita di pertemuin di SMA yang sama. SMA 40, dan si cakka ngotot lagi buat bikin band. Akhirnya, kita bikin band. Dan ini bener-bener serius. Kita udah manggung dari kafe ke kafe. Terus ngisi pensi. Pernah juga rekaman, 2 single sih. Terus kita kirim ke radio yang muterin lagu-lagu band local. Sempet masuk pasar, tapi akhirnya jatoh lagi.. yaaa, karir seseorang ga mungkin selalu mulus kan?”

“..kita vakum setengah tahun, dengan alesan yang sama. Putus asa! Ga lama kemudian, temen gue ngadain party, dan disitu kita diundang buat maen. Yaudah, kita maen. Dan kita jadi semangat lagi, akhirnya terus latihan, sampe kelas 2. Ga lama kemudian, gue nemu pamphlet di sekolah, yang bilang ada audisinya S-Entertaiment itu.”

“,,proses audisinya panjang banget fy! Dari 3 daerah lagi. Jakarta, Bandung, Surabaya. tapi kita semua ga bakalan nyerah. Kita tetep berusaha, dan sampe akhirnya kita kepilih buat ikut audisi di SMA 70 Bareng 2 band lainnya, dari daerah Surabaya sama Bandung.”

“..ga nyangka, ternyata Rio yang milih kita. Kita shock, bener-bener…ahhh ga bisa di lukisin sama kata kata deh. Pokoknya, seneeng banget! Perjuangan kita ga sia-sia.”

Ify mengangguk, “wah, bener-bener panjang banget ya perjuangan kalian. Tapi, aku ikut seneng, bentar lagi kalian rekaman, terus debut. Ga semua orang di SOSA bisa debut secepet itu,kan?”

“iya, itulah.. keberuntungan sedang ada di pihak kita semua, fy” tutut zeze.

“iya, dan kita harus bersyukur sama apa yang kita peroleh” ify tersenyum.

“bener lo fy, kita harus bersyukur sama Tuhan. Mmm, oiya, kalian semua pada tau rumahnya cakka ga?” tanya Ray nyaris berbisik.

Semua menggeleng,

“anehnya, selama ini kita temenan sama cakka, mana ada yang tau rumahnya. Tau keluarganya aja engga. Dia tertutup banget, jarang cerita sama kita. Asik sih anaknya, Cuma agak dingin dan model-model ga mau tau urusan orang lain gitu”

“misterius dong?” tanya ify

Semuanya mengangguk,

“aneh” gumam ify.

“tapi, ga penting lah. Itu juga ga ngerugiin kita semua,.”

Ify mengangguk, “okelah, eh, maaf ya, udah jam segini. Pasti udah waktunya aku masuk ruang audisi,”

“iya, kesana gih. Good luck!”

“fighting ify!!!” seru zeze

“ganbatte!!” tambah iyel

Ify mengangguk “iya iya” lalu pergi ke ruang audisi

**

“Mario Stevano dari kelas Musik C-2, benar?” tanya Bu Cecil.

“benar, bu.”

“baiklah, silahkan mulai bernyanyi”

Rio mengambil gitar di pojok ruangan, lalu membawanya ketengah ruangan dan memetiknya. Nada demi nada mengalun lembut dalam petikan Rio.

“No matter where you’re hiding in this world

I still can find you

Cause without you

Cause without you

My heart doesn’t beat

Even though the words “I love you” are not to be said

I still can understand it with my heart

With only you

With only you

I don’t need anything else

You’re My Everything To Me

You’re My Everything To Me

I will shine for you brightly like a star in the sky

You’re my only love

Forever my only love

We love each other

Only you is enough for me

Can it be compared to anything else?

Can it be exchanged for anything else?

Your love

Your heart

Can anyone replace?

There will be no goodbye

So that I won’t hurt you

So that I won’t make you cry

You’re My Everything To Me

You`re My Everything To Me

Let us not change

Even when time goes by

You’re my only love

Forever my only love

We love each other

Us two in the world without sadness”

Tepukan riuh terdengar dari ke delapan juri di depannya. Semuanya berdecak kagum, suara dengan falset sempurna adalah suara yang dimiliki pemuda di depannya ini.

“kamu mengaransemen lagu Taeyeon ft The One yang Like a Star itu kedalam bahasa Inggris? Benar-benar!! Cerdas sekali kamu?” puji Bu Okta.

Rio tersenyum, “makasih bu,”

“Baik, tunggu hasil pengumuman jam 2 siang nanti yah”

Rio mengangguk, “Saya permisi dulu yah”

“iya, panggilkan juga peserta nomor 46 ya”

Rio pun keluar ruangan, dan memanggil Ify. Ify masuk ke dalam ruang audisi dengan peluh sebesar biji jagung.

“ga usah nervous ya, relax aja. Kamu mau membawakan alat musik?” tanya pak Dave.

Ify mengangguk “Iya, pak. Kalau boleh, saya mau main pakai piano..” ujar ify sambil menunjuk piano di pojok ruangan.

“silahkan..”

Ify melenggang(?) kea rah piano. Dengan perasaan grogi, dia duduk di atas bangku piano tersebut.

Tangannya menyentuh tuts demi tuts, hingga membunyikan nada yang sebenarnya indah, walaupun agak kaku karena ke nervous-annya. Tapi lama kelamaan, rasa kaku itu mencair menjadi nada yang sedemikian indahnya.

“Kurasakan cintamu

Kudengar isi hatimu

Walau sering kata tak terucap

Bagai angin berputar

Penuh sesak di dada

Ingin kuucap beribu janji

My heart belongs to you

You feel the same I feel

I don't know... I don't know what to say

It's belongs to you and me

All the love we've never started

I know you know... That deep inside

We have a dream to share this love...”

Ify bermain dengan sempurna di depan para Juri. Semuanya pun terkagum-kagum dengan permainan Ify. Reaksinya pun tak jauh berbeda dengan reaksi Rio tadi.

“Amazing!” komentar Bu Okta.

“Kamu menjiwai banget nyanyinya, wah keren deh..” komentar pak Dave.

“Makasih.” Ujar Ify sambil tersenyum dan mengangguk sopan.

“Pengumuman lolos tidaknya nanti jam 2 siang, semoga kamu lolos..” tutur Bu Ribka.

“Iya, bu. Makasih.. saya permisi..” ify keluar ruangan dan langsung berhambur ke kantin, menghampiri Deva, Debo, Alvin, Rio dan Sivia.

“maaf, nunggu lama ya?” sapa ify setelah sampai disana.

“iya, lama banget!” jawab Sivia sinis.

“maaf,”

“ga apa-apa kok, duduk sini.” Ujar Deva sambil menunjuk bangku di depannya.

Ifypun duduk di samping Deva, tepatnya di tenga Deva dan Debo.

“kalian gue kumpulin disini, Cuma mau umumin aja, kalo gue sama Sivia udah jadian,”

“Iyeee, udah tau! Ga usah basa basi deh, mana makanannya?” cibir Rio.

“Sabar bro, nanti juga masuk tuh makanan.. Lo pesen apa?? Tinggal Order aja.,.”

Debo berdecak, “Yaudah! Ayo kita makaaaannn..!!!” katanya semangat.

Semuanya pun tertawa gembira, kecuali Sivia. Entah apa yang ada di fikirannya saat itu, dia hanya melihat Rio lewat ekor matanya. Mengikuti setiap gerak-gerik Rio.

**

Hayoooooo.. Bagaimana kelanjutan ceritanya, jangan kemana mana tetap di ALMOST SOULMATE.. prikitiewwww :D

Makin ga jelas kan ceritanya?? Iyeee… saya juga tau. Harap di maklumi yeee…

Maaf sekali lagi kalo emang jeleeeeek.. hehehehe

Yasud yadah berarti yasudah.. L n C jangan lupa.. :D